BAB 3

Drama Completed 383

“Kak, ini ada sesuatu untuk kakak” Seorang anak kecil memberiku sebuah buku. ”Dari siapa?” Tanyaku. ”Aku tak tahu namanya. Yang jelas, ia sangat tampan. Mempunyai dua lesung pipi yang dalam. Dan akan tampak saat ia tersenyum. Dan dua mata indah seperti bintang” Kata anak itu dengan senyum manis di wajahnya yang polos. ’Itu Leon . Ya, Leon ! Apakah ia tahu aku ada di sini? Aku sangat merindukannya.

“Kamu tahu dia ada dimana….” Anak itu menghilang begitu cepat seperti kilat. Aku tak tahu dari arah mana datangnya. Dan sekarang, ia menghilang tanpa jejak, seperti ditelan bumi. ’Aku tak menyadari betapa indah, Leon dimata semua orang. Bahkan, anak sekecil dia sudah pandai berpuisi menggambarkan keindahan wajah Leon ’ Gumamku. Buku yang sekarang aku pegang, memang benar bukunya Leon . Aku ingat sekali! Ini buku diary yang pernah aku berikan padanya. Aku sudah tak sabar ingin membacanya. Aku ingin tahu apa yang selama ini ingin ia katakana padaku. Aku membaca apa yang tertulis di buku itu. Aku fikir, apa yang Leon tulis adalah apa yang terjadi setelah aku pergi meninggalkannya. Ternyata bukan, ia ingin memebritahuku tentang ucapannya dahulu.

‘Suatu saat kau akan tahu hal itu’. Iya,aku masih ingat dengan kata Leon waktu itu. Dan ini kata-kata Leon yang tertulis di bukunya, lembaran-lembaran terakhir yang menakjubkan.

Hafiza , banyak orang yang menyukaiku, banyak orang bilang dia mengagumiku, banyak orang bilang dia mencintaiku. Aku tak pernah percaya dengan kata-kata itu. Mereka bohong Fiz, mereka hanya menginginkanku, mereka ingin aku dan keindahan wajah ini. Tapi, mereka tak dapat memberiku cinta yang tulus. Kerana itu, aku pernah bilanhg ke kamu. Tidak mudah mendapatkan cinta yang tulus.

“Sekarang,aku mengerti apa maksud kata-katamu waktu itu Leon .Aku percaya Leon , sekarang banyak orang yang mengagumiku. Dan aku tak tahu apa sebabnya! mereka juga bilang mencintaiku, aku bingung Leon , aku bingung! Apakah diantara mereka ada yang benar-benar mencintaiku. Dan apa yang dikatakan Leon memang benar. Dengan bibir bergetar dan air marta yang terus mengalir dari kedua sudut mataku, aku mencoba melanjutkan membaca isi dari buku itu. Malam ini, bulan begitu terang, ia ingin menemaniku.Aku tahu, kerana ada senyum di balik cahayanya. Aku pernah melihat senyum itu, tapi milik siapa? Disamping bulan itu ada berjuta bintang yang bercahaya. Dan di sana ada dua bintang yang bersinar terang, dua bintang itu terus berpendar dan terlihat indah dari taman. Aku pernah melihat sinar dari bintang yang perpendar itu, tapi di mana?

Hafiza ,aku persembahkan kedua bola mataku intukmu. Aku ingin engkau dapat melihat keindahan dunia ini. Aku tahu, semua orang sangat mengagumi keindahan wajahmu. Aku tak bermaksud menyinggungmu dengan hadiah ini. Aku ingin engkau tahu betapa aku sangat mencintai sahabatku. Engkau tidak hanya mendapatkan cinta yang tulus, tapi aku juga rela berkorban demi kebahagiaanmu. Mengorbankan keindahan yang sangat dikagumi banyak orang. Saat aku mengalami kecelakaan, dan aku tahu kalau hidupku sudah tidak lama lagi, aku langsung teringat denganmu saat bertemu denganmu di taman kota dengan keadaan buta. Hadiah ini hanya teruntuk orang yang sangat aku cintai dengan tulus. Dan aku tahu, kamu juga dapat mencintai sahabatmu ini dengan tulus. Seperti ketulusan cintaku terhadapmu.

Membaca kata-kata itu membuat dadaku semakin sesak. Rasa sakit yang aku rasakan kerana menahan tangis. Aku sudah berusaha menahan kesedihanku, tapi air mata ini terus mengalir. Aku merasa sedih, kesedihan yang sangat mendalam. Apakah benar, ini air mata kesedihanku? Ini mata Leon , dan aku tak tahu siapa yang menangis sebenarnya. Aku atau Leon ? Aku memegang kedua mataku, dan dengan lembut aku mengusap air mata di pipiku. Berhentilah menangis, Leon !

“Aku tahu Leon , apa maksud dari kata-kata yang pernah kamu katakana padaku. Orang-orang mengagumiku kerana mata indahmu. Dan sulit mencari orang yang benar-benar tulus mencintaiku. Tak dapat ku pungkiri, aku juga kagum dengan keindahan wajahmu dan kebaikkanmu, Leon . Aku juga mencintaimu dengan tulus, Leon . Sungguh Leon ! Terima kasih kerana kau sudah memberiku hadiah yang sangat indah. Dua bintang yang akan selalu berpendar di wajahku. Semoga engkau dapat mendengarku, Leon . Aku mengambil sebuah foto dari tasku. Seandainya saja saat aku buta, aku dapat meraba wajah Leon , aku akan melukiskannya di dalam hatiku. Aku letakkan foto itu didadaku, aku peluk dan aku dekap dengan erat. Aku mencoba memejamkan mataku. Perlahan-lahan kuas ajaib menorehkan garis-garis wajah Leon di hatiku. Dan sebuah lagu terdengar samar-samar, sepertinya itu lagu yang pernah aku putar untuk pendengar setiaku. Dan kali ini lagu itu untukku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience