Siete

Thriller Series 7758

"Ayo pergi"
....

"Hah... Akhirnya kita sampai di rumah" ucap Tristan. Lelaki itu menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tamu.

"Akhirnya ada jaringan di sini! Aku merindukan mu fac!" seru Alex dengan suara pelan, hampir tidak bisa di dengar oleh siapapun. Lelaki itu memang tidak bisa lepas dengan media sosial.

"Ada yang mau ice cream? Akan ku ambilkan" ucap Lunetta, Jessie mengangguk lalu gadis itu--Lunetta-- berjalan ke arah dapur untuk mengambil ice cream.

Lunetta berjalan menjauh dari ruang tamu, meninggalkan kelima sahabatnya yang terlihat kelelahan sepulang dari perjalanan tadi. Sebenarnya ia masih takut untuk pergi ke dapur sendirian. Tapi boneka itu sudah tidak bersama mereka, jadi apa yang ditakutkan.

Gadis itu membuka lemari pendingin dan mengambil semangkuk penuh ice cream, mengambil beberapa sendok lalu menutup kembali pintu lemari dan berjalan menjauh dari meja bar.

Tubuhnya seketika membeku saat melihat sebuah boneka sedang duduk di meja makan. Itu boneka ya, boneka. Boneka yang ada di villa, tapi bagaimana bisa berada di rumah ini?

Lunetta berlari membawa mangkuk penuh ice cream itu dengan beberapa sendok yang di ambilnya tadi berceceran di lantai.

"Kenapa?" tanya Hoseok, ia berdiri dari posisinya tadi untuk menatap Lunetta.

Lunetta mengatur nafasnya yang terengah rengah lalu menenangkan dirinya, "Boneka itu, boneka yang seharusnya ada villa sebelum kita meninggalkan villa tadi!" Lunetta berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya, "Aku melihatnya, boneka itu ada di dapur, sedang duduk di meja makan sambil membelakangi ku ketika aku melihatnya tadi"

"Dimana yang lain?!" lanjut gadis itu terlihat panik dengan keringat dingin yang bercucuran di dahinya.

"Calista dan Alex pergi keluar untuk mencari makanan, aku akan menelpon mereka. Jessie dan Tristan ada di kamar mereka. Tenangkan dirimu ok?" Mendengar ucapan Hoseok, Lunetta mengangguk.

Hoseok berjalan menjauh dari ruang tamu untuk menghubungi ponsel Alex. Sambungan teleponnya tersambung dan suara Alex terdengar. Terlalu banyak suara yang terdengar, mungkin ia dan Calista pergi ke minimarket yang ramai.

"Hei! Kalian dimana?" ucap Hoseok langsung. Alex seperti sedang berbicara dengan orang lain di seberang sana, tapi suaranya terdengar tidak jelas.

"Yo! Man. Whatsup? Ada sesuatu yang ingin kau pesan?"

"Bukan itu! Cepat bawa Calista pulang"

"Ad-

" Aaaaakkkhh!!!"

Belum Alex menyelesaikan kalimatnya, suara teriakan tiba tiba terdengar. Dan suara itu dekat tempat Hoseok berada. Lelaki itu terlihat panik dengan keringat dingin yang bercucuran di dahinya.

"Ada apa di sana?"

Tutt... Tutt... Tutt...
. .
. .
"Shhtt... Tenanglah. Kami bersama mu, sekarang" bisik Calista pelan sambil memeluk Lunetta yang menangis di pundaknya.

"Ceritakan, apa yang kau lihat" timpal Hoseok.

"Jangan paksa dia, biarkan dia tenang" balas Jessie. Hoseok mengangguk, "Biar aku yang ceritakan kejadian sebelum teriakan Lunetta terdengar tadi"

"Ceritakanlah" Hoseok mengangguk setelah Tristan dan Alex sama sama berbicara, mereka berdua terlihat penasaran terhadap apa yang terjadi.

"Boneka itu" Hoseok mulai bercerita, Jessica menatapnya sambil mengernyit lalu sejurus kemudian menoyor kepala lelaki Asia itu, "Cepat ceritakan! Jangan buat kami penasaran"

Hoseok meringis lalu kembali menatap teman temannya serius, "Boneka yang seharusnya ada di villa sebelum kita meninggalkan villa. Ada di dapur" Ia memejamkan kedua matanya untuk menarik nafas, "Duduk di ruang makan, membelakangi Lunetta saat gadis itu mendapatinya. Boneka itu terkutuk" lanjutnya.

"Ta-tadi aku melihat anak perempuan itu. Tersenyum menatapku dengan senyumam riang yang mengerikan sambil membawa sebilah pisau dapur. A-aku berteriak lalu pandanganku menjadi gelap" Lunetta menjeda kalimatnya, "Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi"

Calista mengangguk lalu mengambil kotak kayu ukuran sedang yang biasanya di simpan Jessie di rumah untuk menaruh buku buku miliknya. Kotak kosong yang di simpannya di belakang rak buku.

"Buang boneka itu, malam ini juga. Cari tempat yang jauh dari rumah ini, buang di sungai kecil yang jauh dari rumah. Simpan boneka itu di dalam sini" Mendengar usulan Calista, Tristan mengangguk, "Yah... Kurasa itu ide yang bagus untuk menjauhkan boneka terkutuk itu" balasnya.

"Biar aku dan Tris yang membuangnya" timpal Alex. Tatapannya beralih menatap Hoseok dan Jessie.

"Oh... Come on Al. Aku tahu apa maksud dari tatapan mu itu, kau pasti akan bilang. Ambilkan boneka itu di dapur" ucap Jessie menebak sambil meniru suara Alex.

Alex mengangguk lalu tersenyum puas, "Cepat ambilkan ya" ucapnya lalu tertawa kecil.

Hoseok menatap Jessie lalu keduanya berjalan ke arah dapur mengambil boneka itu.

Mereka kembali dari dapur, Hoseok memegang boneka itu sementara Jessie terlihat berjalan agak berjauhan darinya dan boneka itu.

Hoseok memberi boneka itu pada Alex lalu lelaki itu langsung mengikat boneka itu dengan rantai besi di dalam kotak kayu itu. Tristan menutup kotak itu ketika Alex selesai meaaruh boneka sialan itu di dalam kotak, ia kembali merantai kotak itu dengan kuat sampai tak ada seorang pun yang dapat membukanya.
. .
. .
. "Bagaimana?" tanya Alex sambil mengendarai mobil di jalanan pinggiran kota yang tidak terlalu ramai. Dan tempat itu gelap.

"Yah... Di sekitar sini ada sungai kan? Di tempat itu saja" usul Tristan yang terus memegang kotak itu di pangkuannya. Alex mengangguk lalu mulai mengendarai mobil itu mencari sungai kecil yang dimaksud Tristan.

Keduanya sampai di depan sungai kecil itu, Tristan dan Alex sama sama berdoa sebelum melempar kota itu ke sungai. Setelah selesai, mereka kembali lagi ke dalam mobil untuk pulang ke rumah.

"Semoga boneka itu tidak meneror kita lagi" ucap Alex sambil fokus menyetir pulang. Tristan mengangguk mengiyakan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience