Completed
2826
Liya ketawa sembunyi - sembunyi.
" Aku nampaklah. " Kata Lil tiba - tiba.
" Maaf. " Kata Liya serba salah.
" Sudah makan cepat. Tidur. Dah lewat ini. " Arah Lil.
" Sebentar. " Kata Rania sebelum bangun membuka almari tepi pintu. Sebuah jam kecil dikeluarkan.
" Tolong setkan masanya. Saya tak tahu waktu. " Kata Rania pada Lil.
" Boleh dengan syarat. " Kata Lil.
" Syarat apa pula ? Syarat - syarat dengan dia. Saya ada kerja. " Kata Rania sebelum menunjuk ke arah Liya. Rania bangun menuju ke singki membasuh pinggannya sebelum memeriksa bahan untuk memasak esok.
" Ehhh , kita pula yang terkena. " Kata Liya sebelum ketawa. Rania hanya diam.
" Nak ke tak nak ? " Soal Lil pula.
" Naklah. Apa syaratnya ? " Kata Liya.
" Syaratnyaaaa. " Kata Lil meleret - leret sebelum ketawa.
" Ish seram. Apa syaratnya ? " Soal Liya takut.
Lil ketawa.
" Syaratnya suap saya nasi itu sedikit. " Kata Lil sebelum duduk menganga mulut di sebelah Liya.
Liya menyuapkan Lil yang menganga seperti anak burung kelaparan. Chip , chip , chip.
" Amboi , amboi , amboi. Bersuap - suap. Pandai sangat dia. Mama suap papa , papa suap mama. Oooo. " Sakat Mie yang tiba - tiba turun dari tilam.
Mie dan Black ketawa berdekah - dekah sementara Lil menundukkan kepalanya. Malulah itu.
" Menyanyi ke itu ? " Soal Black bergurau.
" Aku tak pandai nyanyi. Lil pandai. Nyanyi sikit Lil. " Sakat Mie lagi.
" Di mana dia intan payung saya ? Eh - eh di depan saya. " Sakat Black pula. Black dan Mie bertepuk tangan.
" Dah - dah aku lapar ini. " Kata Lil menutup malu.
" Aishh takkan lapar lagi ? Intan payung dah suap. " Sakat Mie sebelum Rania meletakkan pinggan yang telah dilap di atas meja.
" Ish mana adalah. Aku lapar betul - betullah. Tadi nak rasa sahaja. Sedap ke tak. " Kata Lil lagi.
" Alah aku nampaklah. " Sakat Black pula.
" Baiklah. Ya aku mengaku tadi aku minta dia suap. Puas hati ? " Kata Lil geram.
Mie dan Black menertawakan Lil.
" Alalala. Tomey - tomey. Merajuk pula kawan kita ini. " Kata Mie dengan nada mengada.
Liya bangun membasuh pinggan. Semua terdiam.
" Eh , Liya pun merajuk ke ? Janganlah marah - marah. Nanti Abang Lil marah kita. Kita takut tahu. " Kata Mie mengada - ngada.
" Mana ada. Tak adalah. " Kata Liya.
" Ah , tak ada tak ada. Diam aku lapar ini. Liya , Rania pergi tidur. Ambil jam ini. Aku dah betulkan. " Kata Lil tegas.
" Baaiiikk Abang Lil. " Kata Black meleret - meleret.
Rania hanya diam membawa diri ke atas tilam sebelum hanya duduk termenung. Liya mengambil jam sebelum naik ke atas tilam.
" Rania awak tak apa - apa ? " Soal Liya risau.
Rania menggeleng - gelengkan kepalanya.
" Betul ini ? " Soal Liya.
Rania cuba senyum tetapi malangnya air matanya mengalir perlahan di pipi. Liya memeluk Rania.
" Dah - dah jangan menangis. Sabar ya. Semuanya akan baik - baik sahaja nanti. " Pujuk Liya.
" Betul ke ? Tapi Suraya mati depan kita. Kenapa Leep bunuh dia ? Kenapa ? " Bisik Rania perlahan.
Liya menyeka air mata Rania.
" Rania. Aku rasa Leep sukakan kaulah. Sebab sebelum Leep mengamuk Suraya ada mengumpat kau. Aku rasa dia dengarlah. Tapi aku tak pastilah. " Bisik Liya.
" Apa bisik - bisik itu ? Ada aku suruh ? Aku suruh tidurkan ?" Marah Lil tiba - tiba.
" Ya. " Kata Liya.
" Tidur ya Rania ? " Bisik Liya.
Tiba - tiba pintu bilik diketuk. Mereka berbincang namun tidak jelas isinya.
" Liya. Turun sekarang. Bos kau suruh kau balik. " Arah Lil tiba - tiba.
" Sebentar. " Sahut Liya.
Liya bangun sebelum Rania menangis memeluknya.
" Maaf Rania. Aku kena pergi. " Pujuk Liya sebelum melepaskan pelukan Rania. Liya turun meninggalkan Rania.
" Cepat sikit. " Arah seorang lelaki tegas.
Rania turun melihat Liya mungkin buat kali terakhir. Air matanya mengalir laju membasahi pipi. Lil berpaling memandang Rania. Rania segera memanjat tilam. Dia menangis semahu - mahunya sebelum terlena dalam tangisnya.
Share this novel