Kartu Identitas

Crime Series 21271

Piya membawa Ryozo alias Ya Lam pindah ke rumah baru. Piya membayar perawat untuk menjaganya dan seorang asisten rumah tangga. Rumah itu sangat besar terletak di lingkungan perumahan elit di ibukota.

Piya mendatangkan guru yang mengajari membaca dan menulis. Dalam waktu 2 minggu, Ya Lam sudah bisa membaca dan menulis.

Ya Lam mengisi kebosanannya dengan berenang atau olah raga lainnya, selebihnya waktunya di habiskan dengan membaca dan memasak.

Ya Lam hampir setiap hari memasak, masakan Jepang dalam berbagai menu.

Masakannya sangat enak. Ya Lam membuat masakan selalu dalam porsi banyak. Hasilnya setiap hari asisten dan perawat itu membagikan hasil masakannya ke tetangga sebelah rumah, sekuriti, petugas taman atau kebersihan.

Setiap tetangga secara bergiliran mencicipi masakan secara gratis. Mereka menyukai hasil masakan Ya Lam, bahkan ada yang memesan masakannya.

Piya tidak mengetahui apa yang di kerjakan Ya Lam setiap harinya, karena dia selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang sudah malam. Ya Lam membuatkan makannya setiap pagi sebelum kerja. Piya pikir Ya Lam memasak hanya untuk mereka saja. Hingga asisten rumah tangga melapor dan meminta uang belanja harian.

Piya kaget uang 10 juta untuk belanja satu bulan habis dalam 2 minggu. "Kemana uangnya pergi?" Piya marah-marah. Asisten itu memberikan rincian belanja dapur Ya Lam. "Untuk apa dia memasak sebanyak itu? apa dia mau buka restoran?".

Piya menuju dapur dan menemukan persediaan makanan melimpah. Piya baru melihat kalau Ya Lam membeli kulkas preezer yang besar dan menampung banyak daging, ayam dan ikan. Dia juga membeli kompor tambahan.

Piya benar-benar tidak memperhatikan keadaan rumah itu. Dia terlalu sibuk dengan kasus penangkapan kelompok begal yang hampir memperkosanya tempo hari. Rumah ini memang sangat besar dan memiliki dapur besar pula.

Piya tidak menghabiskan waktu dengan mengamati isi rumah ini. Dia hanya berada di dapur hanya sepuluh menit setiap hari, lalu kerja hingga larut malam kadang juga keluar kota. Jadi dia tidak mengamati perubahan di dalam rumah. Piya keluar dari dapur bertemu Ya Lam yang ingin masuk ke dapur, mereka hampir bertabrakan.

Sebenarnya Piya agak canggung juga, tinggal serumah dengan pria yang baru di kenalnya, aneh memang. Kalau ayahnya tahu, jelas, pasti ngamuk. Pasti tidak menyenangkan di usia seperti ini di marahi orang tua, lebih tidak enaknya lagi, masa polisi macam dia, yang setiap hari berurusan dengan preman, tak berdaya di depan orang tuanya. Untung orang tuanya tidak tahu dimana dia tinggal. Mereka hanya tahu kalau dirinya kost. Bukankah rumah besar ini bisa dianggap rumah kost juga? Ini bisa di jadikan alasan bila orang tuanya, akhirnya tahu di mana tempat tinggalnya.

"Piya, saya ingin bicara", Piya bergerak ke ruang tamu diikuti Ya Lam. "Bisakah saya dibuatkan KTP?" Kata Ya Lam setelah mereka duduk.

KTP!. Ya Lam tidak punya identitas. Saking sibuknya dia tidak memikirkan itu. Piya berfikir sejenak. "Oke! tunggulah!" Ya Lam senang. Dia baru saja ingin naik ke lantai dua menuju kamarnya, ketika bel pintu berbunyi.

Atika, asistennya membuka pintu. Seorang gadis kecil, Saskia, keponakan Fatma, berdiri dengan wajah lucu. "Saskia apa kabar?"Ya Lam menyapa Saskia sebelum Piya, dia langsung turun dari tangga menghampiri Saskia, gadis kecil itu bergelayut manja di lengan Ya Lam. Piya heran Ya Lam mengenal Saskia. "Kakek, minta dibuatkan nasi kepal lagi". "Nasi kepal?"Piya heran. "Tunggu ya, kakak buatkan", Ya Lam menuju dapur di ikuti Saskia.
Jadi Ya Lam menerima orderan makanan di rumah. Hebat juga.

Rumah besar kedua yang dititipkan Piya atas nama Fatma akhirnya di tempati kakek Fatma dan pamannya berserta istri dan anaknya Saskia. Letaknya tidak jauh dari rumah yang ditempati Piya dan Ya Lam.

Kakek buyut Fatma, Basuki, adalah seorang veteran pejuang kemerdekaan, umurnya hampir 100 tahun, tetapi pikirannya sangat baik, tidak pikun, suaranya jernih dan jelas. Meski sekarang tidak bisa berjalan lagi dan duduk di kursi roda. Kakek Basuki yang hidup di segala zaman, dia lebih panjang umurnya dari anak cucunya.

Nasi kepal pesanan Kakek sudah jadi, dalam waktu 15 menit. Saskia pamit pulang. "Sebentar Kia, kakak antar kamu pulang", Piya menuntun Saskia.
"Boleh saya ikut?!" Kata Ya Lam penuh harap. "Saya ingin bertemu pelanggan pertama saya", Ya Lam tersenyum bangga. Sekarang hidupnya terasa bermanfaat.
Piya mengangguk. Tidak masalah.

Tetapi tak disangka pertemuan kakek Basuki dan Ya Lam, bakal membuka tabir kebenaran Ya Lam

Share this novel

Ggnaa Galih
2020-05-12 14:01:11 

yes

Rahmi Idris
2020-05-10 19:42:16 

Next

jannahti
2020-05-10 07:28:39 

next


NovelPlus Premium

The best ads free experience