Dua puluh Tujuh

Romance Completed 140178

Rajin komen dong!
Biar Shin updatenya cepet!
Tapi jangan isinya cuma, NEXT, CEPET UPDATE!! bikin anjlok moodnya :(

Happy Reading...????

??????????

"Bu Amanda, ada tamu yang ingin berte---" ucapan Karin terpotong akibat kehadiran seorang pria tampan yang menyela ucapannya.

"Bisa kita bicara empat mata?"

Amanda memejamkan mata lalu menghembuskan napas beratnya ketika melihat pria itu hadir di depannya.

"Tinggalkan kami berdua," ucap Amanda dan Karin dengan cepat keluar ruangan.

Amanda tidak tahu dengan bahasa apalagi yang harus ia pakai untuk membuat pria di hadapannya ini mengerti. Baru saja satu hari lalu ia pamit untuk pergi menjauh, tapi ternyata hari ini pria itu muncul kembali di depannya.

Arsitek cantik itu memijat pelipisnya sambil menghela napas panjang.

"Apa kau tidak mengerti bahasa manusia?" kata Amanda datar.

Pria miskin ekspresi itu memandang Amanda dengan tatapan dalam.

"Aku kemari hanya mampir," ucap Darko santai.

Ia mendudukan dirinya di atas sofa yang berada di dalam ruang kerja Amanda.

"Bukankah aku memintamu untuk tidak menemuiku dan mencariku dalam dua bulan ke depan? Apa kau tidak paham akan bahasa yang aku pakai?" desis Amanda.

Darko menyilangkan kedua lengannya ke depan dada, memandang lurus Amanda.

"Yang aku pahami hanyalah aku mencintaimu dan menginginkan kau menerima permintaanku," Amanda melengos mendengar ucapan picisan yang ke luar dari mulut Darko.

"Itu pemaksaan namanya!" geram Amanda.

"Kau tahu bukan kalau aku ini memang pemaksa," jawab Darko santai.

Amanda menggosok wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Apa maumu? Jangan bertele-tele. Aku yakin, kau cukup pintar untuk mencerna ucapanku kemarin!" tanya Amanda.

Darko tersenyum miring.

"Tidak salah jika aku tergila-gila padamu. Kau adalah wanita yang pintar," kata Darko.

"Aku kemari mengantarkan berkas-berkas yang harus kau tanda tangani. Berkas pemindah alih saham perusahaan milik Antonio,"

"Kenapa aku? Bukankah itu milikmu? Kau yang membelinya, bukan aku!" tanya Amanda penasaran.

"Bukankah sudah aku katakan kemarin. Ini adalah hadiah untuk wanita mata duitan sepertimu. Kau sendiri yang berkata jika kau mata duitan, benarkan?" Amanda berdecih mendengar sindiran Darko.

'Brengsek! Dia membalikkan perkataanku kemarin!' batin Amanda.

Amanda menaikkan dagunya tinggi. Ia tidak ingin ketahuan lagi berbohong.

'Jangan sampai aku benar-benar dicap sebagai wanita mata duitan oleh pria sinting ini. Kenapa aku selalu bertindak bodoh kalau sudah menyangkut pria ini. Menyebalkan!' batin Amanda.

"Hadiah? Cuma-cuma? Oh, yang benar saja! Permintaanku kemarin saja kau balas memberiku tantangan apalagi ini. Perusahaan cukup berkelas di London, kau hadiahkan padaku," Amanda berdecih setelahnya.

"Semua perusahaan Antonio sudah proses balik nama menjadi milikmu. Kali ini aku memberikannya tanpa mengharap imbalan apapun. Anggap saja ini balasan sakit hatimu terhadap apa yang ia perbuat di masa lalu,"

"Aku tidak akan membiarkan wanitaku di rendahkan oleh siapapun. Sekalipun wanita itu PERNAH dibutakan oleh cinta bertepuk sebelah tangannya," perkataan Darko membuat Amanda tersentuh.

Ia mengakui jika memang ucapan Darko kali ini benar, mengenai dia pernah dibutakan oleh cinta di masa lalu. Mengharapkan seseorang yang jelas-jelas memilih orang lain.

"Kau menghancurkan Antonio dengan menggunakan perusahaannya untuk menarik simpati dariku, bukan?" kata Amanda mencoba mengorek lebih dalam.

Darko berdiri dari duduknya dan memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam kantung celana yang ia pakai.

"Bisa dikatakan begitu. Kau suka pria jujur, bukan? Tapi sepertinya tindakanku sama sekali tidak membuatmu terkesan dan terlihat sia-sia." kata Darko.

"Bagus kalau kau menyadarinya. Aku sama sekali tidak terkesan," Amanda menyadar di kursi kerjanya dengan santai.

"Yah, kau memiliki gengsi setinggi langit untuk mengakuinya. Tapi setidaknya aku sudah berusaha untuk melakukan apa yang aku suka demi wanita pilihanku," sindir Darko.

"Ah, mengenai waktu dua bulan itu, apakah tidak ada keringanan waktu?" tanya Darko.

Amanda mau tak mau terkekeh mendengar pertanyaan pria miskin ekspresi yang memiliki lolipop cukup besar dihadapannya ini.

"Kau mengajakku bernegosiasi?" tanya Amanda balik.

"Ya~ mungkin, bahasa halusnya seperti itu," jawab Darko.

"Jawabannya tetap sama! Aku tetap minta waktu dua bulan. Tidak ada keringanan waktu. Dengan kata lain, negosiasimu ditolak!" tegas Amanda.

Darko mendengus sekaligus menggemeretakan giginya. Begitu kesal mendengar jawaban yang diberikan Amanda. Tapi wanita itu terlihat tidak peduli dengan gerak gerik Darko.

"Kau bilang, kau datang ke sini untuk membawa berkas pengalihan saham milik Antonio untukku. Sekarang mana suratnya? Setelah itu kau bisa pergi tinggalkan kantorku," ucap Amanda santai tanpa beban.

Darko menyugar rambutnya. Ekspresinya begitu datar dan dingin. Ia tidak menduga jika wanita yang ia pilih untuk menjadi calon istrinya ternyata begitu keras kepala dan memiliki gengsi setinggi langit.

'Stupid! Bisa-bisanya aku yang tunduk dengan semua ucapannya! Benar-benar sialan ini!' batin Darko.

Pria itu merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan menghubungi asistennya.

Hanya berselang lima menit, Brian sudah masuk ke dalam ruang kerja Amanda dengan membawa serta berkas-berkas di tangannya.

"Letakkan di atas meja dan keluar," ucap Darko otoriter.

Brian meletakkan berkas sesuai perintah Darko dan segera meninggalkan ruangan tersebut.

"Kenapa dia harus keluar?" tanya Amanda.

"Karena aku tidak mau diganggu." kata Darko tegas.

Darko berjalan menuju meja kerja Amanda, sedangkan wanita itu terlihat begitu waspada. Siapa tahu pria itu akan bertindak nekat melakukan sesuatu yang buruk padanya meskipun rasanya sangat kecil kemungkinannya.

"Amanda Altakendra, mari kita bernegosiasasi dari awal lagi," ucap Darko lembut.

Amanda cukup terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Bagaimana mungkin pria itu berbicara begitu lembut padanya seakan memelas.

Tapi Amanda tetaplah Amanda, ia mencoba tidak mudah terpengaruh. Ia tidak boleh lengah lagi. Darko pria berbahaya untuknya jika tidak, ia kembali akan melemparkan dirinya kepada pria itu.

Amanda memicing sinis ke arah wajah tampan pria yang sudah berkali-kali mengajaknya menikah ini.

"Apalagi yang mau kau negosiasikan?" tanya Amanda.

"Come on! Dua bulan bukan waktu yang sebentar. Beberapa minggu saja sudah membuatku ingin meledak karena merindukanmu. Apalagi, dua bulan. Astaga! Kau benar-benar mau membuatku mati perlahan sepertinya," Perkataan Darko sukses membuat Amanda melototkan mata karena terkejut.

Wanita itu lagi-lagi tidak menyangka jika pria miskin ekspresi ini bisa merengek seperti balita padanya. Amanda segera berdiri mendekati Darko. Wanita itu menempelkan punggung telapak tangannya pada dahi Darko. Memastikan apa yang terjadi pada Darko sebenarnya.

"Kau tampaknya baik-baik saja," Amanda menarik telapak tangannya setelah mengecek dahi Darko.

Pria itu memutar bola matanya pada Amanda.

"Aku tidak baik-baik saja jika kau ingin tahu,"

"Aku sedang sakit. Maka dari itu, aku datang kemari untuk mencari obatku," ucap Darko.

Amanda shock sekaligus menganga, melihat Darko semakin bertindak tidak seperti biasanya. Wibawa pria itu seketika lenyap digantikan rayuan yang entah pria itu dapatkan dari mana.

"Seharusnya kau pergi ke rumah sakit. Sepertinya penyakitmu sudah bertambah parah," kata Amanda.

Darko menarik lengan Amanda sehingga tubuh wanita itu berdiri tepat di depan tubuh Darko.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, sayang,"

"Amanda, please. Bahkan aku belum bisa melupakan bagaimana nikmatnya menabur benih denganmu. Aku membutuhkan heroinku dan itu adalah kau."

"Aku sudah menjatuhkan harga diriku demi wanita keras kepala sepertimu. Bagaimana? Kau akan mengubah keputusanmu, bukan? Kita nikmati lagi malam panjang yang panas penuh dengan desahan kita berdua. Kau begitu seksi ketika berada di bawahku," Darko mengeluarkan smirknya.

Kepala Amanda mendadak nyeri saat mendengar kata per kata yabg keluar dari mulut pria dingin itu. Kenapa dia terlihat begitu konyol dan mesum di waktu yang bersamaan.

'Kenapa dia harus membawa-bawa urusan celup mencelup pada negosiasi hari ini. Aku jadi menginginkan kejadian itu terulang lagi,' batin Amanda kesal.

Amanda menarik napas panjang. "TIDAK!!!"

'Ya, jangan tergoda Amanda! Pintar, jangan terbujuk lagi, walaupun lolipopnya nikmat, kau harus menahan dirimu, batin Amanda.

"Aku tidak akan mengubah keputusanku!" jawab Amanda tegas.

Darko menghempas sebelah lengannya dari pegangannya di pinggang Amanda.

"Ouch, shit!" umpat Darko begitu geram.

"Apa lagi yang kau ragukan dariku? Aku sudah membanting harga diriku karena aku mencintaimu. Ini benar-benar sial!" keluh Darko.

"Jika kau belum pernah merasa terluka dan terbuang karena jatuh cinta, kau tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi aku,"

"Kata cinta saja yang ke luar dari mulutmu tidak bisa sepenuhnya menjadi pengobat hatiku. Aku butuh waktu untuk membangun rasa percaya pada seorang pria,"

"Kau tahu?" Amanda menatap lekat Darko dengan bola mata mengisyaratkan begitu dalam kesakitan yang ia rasakan.

"Aku lebih menyukai kalimat aku percaya padamu dibanding dengan kata aku cinta kamu. Karena apa? Aku tidak akan mungkin selalu percaya pada orang yang aku cintai, tapi aku akan selalu mencintai orang yang aku percaya,"

"Setiap orang berhak menentukan pilihannya dan aku memilih untuk berpikir seperti itu. Bersabarlah sebentar dan beri aku waktu untuk memupuk rasa percayaku padamu," Amanda membelai wajah Darko lembut.

"Damn! Kau membuatku gila. Sialan, kau Amanda!" Darko menarik tengkuk leher wanita itu dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat.

Keduanya saling mencecap rasa satu sama lain. Menyalurkan perasaan masing-masing.

Darko menyudahi ciumannya dan menyatukan dahi mereka sambil mengatur napas.

"Aku akan menunggumu. Jangan kau pikir aku akan menyerah dan melepaskanmu. Sekalipun kau lari tetap akan ku kejar. Ingat itu baik-baik!" bisik Darko.

Amanda mendongak dan menatap kedua mata Darko. Tatapan yang menunjukkan keseriusan dan tekat yang kuat.

"Jaga dirimu. Aku percaya padamu, aku menunggu dua bulan ke depan kedatanganmu. Jika tidak, aku akan mencarimu dan mengurungmu agar kau tidak bisa ke mana-mana lagi dan tetap bersamaku." ucap Darko.

Amanda hanya berdiri mematung setelah Darko mencium bibirnya sekilas dan kemudian pria itu pergi meninggalkan ruangan Amanda. Amanda memegangi bibirnya dan tersenyum kecil.

"Babo (Bodoh)" gumam Amanda sambil berjalan kembali ke kursi kerjanya.

Wanita itu mengambil berkas-berkas yang diletakkan Brian di atas meja kerjanya. Ia membacanya dengan teliti surat pengalihan saham itu. Ternyata Darko tidak main-main dengan ucapannya.

"Dasar pria sinting miskin ekspresi yang sangat kejam. Ia benar-benar mau menghancurkan Antonio ternyata, astaga!" Amanda bermonolog sambil geleng-geleng kepala.

??????????

"Aku sudah memperingatkanmu, suatu saat kau akan mendapatkan karma dari apa lakukan. Jadi, untuk apa kau memohon-mohon padaku lagi?"

"Dengar, ini adalah harga yang sebanding yang kau dapatkan dari apa yang pernah kau perbuat,"

Pria itu kembali menyeruput teh hijau yang baru saja si hidangkan oleh pelayan.

??????????

Pasangan yang sempurna adalah dua orang yang tidak sempurna yang tidak ingin menyerah membangun sebuah hubungan.

- BebbyShin -

??????????

Btw, Shin bilangnya 2 - 3 bab lagi dari zaman kapan mo ending tapi ga ending2 ??????
wkwkwkwk

Aku tuh emang PHP ????
aku masih sayang sama Darko-Amanda, rasanya belum rela mau ending ????

Share this novel

Muryati
2019-12-30 00:20:31 

mntul dech

Muryati
2019-12-30 00:20:23 

mntul dech

Muryati
2019-12-30 00:20:16 

mntul dech


NovelPlus Premium

The best ads free experience