Sepuluh

Romance Completed 140176

??????????

Kecanggungan begitu terasa terutama untuk Amanda. Mengingat tingkah bodoh dan gila yang baru saja ia lakukan bersama pria itu membuat dirinya ingin menenggelamkan diri ke dalam sungai nil saja.

Bagaimana mungkin, ia dengan mudahnya tergoda hanya dengan sentuhan pria tampan sialan itu. Amanda tak habis pikir dengan tubuhnya yang tidak bisa berkompromi pada hati juga akalnya.

Ia harus berusaha menjaga gengsi dan juga menaikkan kembali harga dirinya. Ia tidak boleh jatuh dalam pesona pria itu. Tidak, tidak boleh pokoknya tidak boleh.

"Untuk apa kau masih duduk disini?" tanya Amanda dengan ketus

Darko mendongak mendapati wanita seksi yang memiliki ribuan ucapan pedas dan tajam ini sedang bersedekap tangan menatapnya sinis. Padahal, beberapa menit yang lalu, wanita itu masih mendesah karenanya.

"Kau mengusirku?" tanya Darko santai

"Ya!" jawab Amanda tegas

Darko tertawa seakan mengejek tanpa beranjak dari sofa yang tengah ia duduki.

"Daripada kau mengusirku, lebih baik kau duduk disini atau di sebelahku," Darko menepuk pahanya dengan santai dan menepuk bagian sebelah sofa yang ia duduki

Amanda mendengkus. Di dalam otaknya, tentu saja ia akan memilih duduk diatas pangkuan pria seksi nan tampan itu, tapi demi menjaga harga diri serta gengsinya yang terlampau tinggi, Amanda mengabaikannya.

"Kau tidak malu? Ini apartmenku, tapi kau berlagak menjadi tuan rumah disini?" sindir Amanda

Tawa Darko semakin menjadi-jadi. Amanda mengerenyitkan dahi melihat pria itu tiba-tiba tertawa keras. Padahal ucapannya sama sekali tidak ada yang lucu malah berisi sindiran keras.

Dan tolonglah, jantung Amanda bergemuruh riuh melihat tawa itu. Wajah tampannya semakin terlihat menarik, seksi dan menawan saat ini. Oh benar-benar sialan!

Darko berdiri dan Amanda langsung memundurkan tubuhnya menjaga jarak agar aman. Darko menatap Amanda dari ujung kaki hingga ujung rambut sambil bersedekap tangan di depan dadanya.

"Bukankah sudah ku bilang kau itu calon istriku," ucap Darko santai

Amanda memutar bola matanya.

"In your dream! Wake up... wake up!" ejek Amanda sambil bertepuk tangan di depan wajah Darko

Darko menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum smirk.

"Aku akan membuatmu tunduk dan menjadi milikku seutuhnya," ucap Darko dengan penuh percaya diri

Amanda berjalan mendekat pada Darko dengan senyum miring. Tepat berdiri di depan Darko, Amanda menjulurkan jari telunjuknya di dada telanjang Darko dan mengukir, meliuk-liukkan jarinya disana. Darko spontan memejamkan mata menikmati sentuhan itu.

"Kau bilang akan membuatku tunduk padamu?" tanya Amanda pelan

Darko mengangguk dengan tetap terpejam.

Dengan sekuat tenaga Amanda mendorong tubuh kekar Darko membuat pria itu tersentak dan terkejut. Rahangnya mengeras, giginya bergemerutuk, memandang kesal pada Amanda.

Sedangkan wanita itu hanya tersenyum miring sambil bersedekap.

"Kau terlalu percaya diri. Aku bukan jalang atau maid yang akan patuh serta tunduk akan perintahmu begitu saja. Aku tidak suka diperintah dan diatur orang lain,"

"Simpan saja rasa sombongmu untuk wanita lain. Jangan menyombongkan diri di depanku, karena aku sama sekali tidak tertarik," ucap Amanda pongah

"Bibirmu berkata demikian tapi tubuhmu berbeda," balas Darko

"Itu hanya reaksi biasa antara wanita dan pria. Hal yang lumrah untuk bersenang-senang. Aku sudah sangat terbiasa seperti itu, tidak hanya denganmu tapi dengan pria lain juga akan seperti itu,"

Ucapan Amanda sukses membakar kobaran amarah muncul dari dalam diri Darko. Pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat sehingga urat-uratnya terlihat dengan jelas.

Benar-benar bahaya mulut wanita di hadapannya ini. Tajam, sinis dan kejam.

"Kau sudah berhasil merusak moodku," desis Darko

Pria itu menyambar kemeja yang berada diatas nakas di dekatnya dan memakainya dengan cepat. Tatapan mata tajam Darko tertuju pada Amanda yang terlihat acuh tak acuh. Benar-benar wanita yang keras kepala dan bergengsi tinggi.

Dari pada emosinya meledak, Darko memilih untuk pergi dari apartmen Amanda. Meninggalkan wanita itu sendiri. Setelah melayangkan tatapan tajam yang sarat dengan kekecewaan, Darko melangkah menuju pintu untuk segera pergi dari sana.

Amanda hanya diam memandangi tingkah pria itu dengan tatapan mata kucingnya. Perasaannya seketika bercampur aduk.

Pintu apartmen ditutup dengan sedikit kencang sehingga menimbulkan suara deguman yang lebih kencang, sukses membuat Amanda terkejut dan tersentak.

"Sialan! Awas saja sampai pintu apartmenku rusak. Akan kutuntut dia ganti rugi," umpat Amanda setelah Darko pergi

Amanda menghela napas berat dan berjalan mendudukkan dirinya di atas sofa, tempat yang sebelumnya diduduki oleh Darko sebelum pergi meninggalkannya sendiri.

Perasaan Amanda kini bercampur aduk, ia bahkan bingung mengapa kini otaknya terlalu memikirkan tatapan kecewa yang diberikan Darko padanya sebelum pergi.

Amanda merasa jika ucapannya sama sekali tidak ada yang menyinggung perasaan pria itu, lantas kenapa pria itu terlihat begitu marah dan juga kecewa padanya.

"Dasar pria aneh. Apa salahku memangnya? Kenapa dia harus semarah itu padaku? Menutup pintuku dengan kencang. Dan lagi, apa-apaan, tatapan kecewanya itu? Dasar pria bedebah. Kenapa selalu saja membuat otakku harus memikirkannya," Amanda berdiskusi pada dirinya sendiri

Amanda memijat pelipisnya. Berusaha keras untuk mengenyahkan pikiran tentang ekspresi Darko. Kenapa saat ini Amanda malah merasa sedikit bersalah.

"Bisa gila aku lama-lama dibuat pria bastard itu!"

"Arrrrrrghh... kenapa dia harus hadir dan mengacak-acak kehidupanku yang sudah tentram ini. Super sialan," Amanda mengacak rambutnya kesal

Lebih baik ia masuk kamar dan berendam, menjernihkan otaknya dan juga membersihkan badannya yang tadi dipenuhi keringat akibat permainan singkatnya bersama Darko.

??????????

Pagi yang cukup cerah untuk memulai hari. Matahari di Ibukota ini bersinar cerah, namun tidak di iringi dengan wajah Amanda pagi ini. Ia jauh dari kata segar, wajahnya sayu dan kantung matanya begitu terlihat jelas, meskipun hampir satu jam ia berusaha menutupinya dengan make up yang ia miliki tapi tetap saja tidak bisa disamarkan.

Wajah zombie Amanda pagi ini dipersembahkan oleh otaknya yang terus kepikiran Darko. Alhasil membuatnya tidak tidur semalam suntuk, meskipun sudah beribu-ribu banyaknya ia menghitung domba tapi hasilnya nihil.

Efek pria itu ternyata cukup besar untuk dirinya. Semakin kuat ia mengelak mengenai perasaan yang perlahan tumbuh di hatinya, maka semakin terlihat jelas bahwasanya ia membutuhkan pria itu.

"Apa aku harus mencarinya? Kemana aku harus mencari pria itu? Bukankah dia tidak menetap di Indonesia?" gumam Amanda ketika berada di dalam mobilnya

"Tidak- tidak! Untuk apa aku mencarinya. Kenapa aku mendadak jadi agresif seperti ini. Dia akan merasa bangga jika aku mencarinya dan lagi--- dengan alasan apa aku menemuinya?"

"Tidak mungkin aku datang padanya dan mengatakan, Hai, aku merindukan sentuhanmu. Bisakah kau menyetuhku lagi, buat aku mendesah dan klimaks. Ah... michyeota! Kenapa begitu menjijikan,"

*michyeota : Aku hampir gila.

"Amanda Altakendra, please. Sadar dan kembalilah menjadi dirimu sendiri. Kenapa kau jadi seperti jalang saat ini," Amanda menepuk-nepuk pipinya dengan cukup kencang dan memandang wajahnya melalui kaca spion mobilnya.

"Lupakan pria bastard itu, lebih baik fokus pada pekerjaanmu yang menumpuk. Kau bahkan tidak tahu dimana ia tinggal," setelah menyakinkan dirinya sendiri, Amanda menstater mobilnya untuk segera mengarah ke kantornya.

??????????

Di tempat yang berbeda, Darko tengah duduk bersandar di atas ranjang sambil memangku laptop mahalnya.

Ia begitu fokus melihat layar laptop yang menunjukkan berbagai angka dan grafik. Namun siapa sangka jika tatapannya hanya mengarah ke layar tapi pikirannya melayang pada wanita bermulut pedas dan sadis semalam.

Ia masih kesal dengan ucapan wanita itu. Menyamakannya dengan pria-pria lain yang bahkan Darko yakini tidak selevel dengannya. Sungguh menyebalkan!

Dia seharusnya jauh lebih dari segalanya dibandingkan para pria yang pernah make out dengan wanita keras kepala itu. Betapa pintarnya wanita itu mengacaukan pikirannya.

"Lihat saja apa apa yang akan aku lakukan ketika bertemu kembali padanya," desis Darko

"Jangan panggil aku Darko Dio Rajasa, jika aku tidak bisa menaklukkan wanita itu dibawah kendaliku. Akan kubuat dia mengakui pada seluruh dunia, jika aku satu-satunya pria yang paling mengagumkan dalam hal memberi kenikmatan padanya," tekat Darko

"Sudah cukup kita bermain-main wanitaku. Tidak akan ada pria lain yang akan kau puja selain aku. Aku pastikan itu," senyuman miring di wajah dingin Darko tercetak jelas.

Tabuhan genderang perang pada Amanda sudah mencapai puncaknya. Ia akan memastikan kali ini, tidak akan ada lagi cicilan seperti yang lalu-lalu yang hanya membuang waktunya.

Kearoganan Darko seketika muncul kembali ketika wanitanya berhasil memancing api emosi yang terpendam beberapa lama ini. Sudah waktunya mengakhiri permainan dan memulai sesuatu yang jauh lebih menyenangkan dan menarik.

??????????

Kalian bisa nebak pasti gimana kedepannya!
Cerita ini tuh gak banyak konflik, karena emang shin bukan tipikal org yang suka nulis masalah
????
Masalah hidup aja udah banyak dan berat beb, gak tega mau nulis banyak drama ono ini pula ????????

Please, jangan tanyain kapan update terus yah,
kalo emang aku punya waktu luang buat nulis, aku pasti update tanpa kalian suruh

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience