Lawan Tanding Piya

Crime Series 21272

Pertandingan adu ketangkasan memanjat tebing itu akhirnya di menangkan oleh Salam, Piya jelas kalah secara fisik, baik kekuatan ataupun speed atau kecepatan, satu lagi perbedaannya karena Piya perempuan "Aku cuma kurang latihan", Piya tidak nau mengaku kalah. Kakek Subandi tertawa, cucunya itu memang tidak suka di anggap lemah. Apa hubungannya ini dengan jenis kelamin. Kata Piya dalam hati, kesal. Piya tidak suka di bedakan karena gender. Intinya dia kalah karena lama tidak latihan, bukan karena kelas jenis kelamin. Piya tentu saja tidak mau di bilang kalah. "Kita adu ulang, satu minggu lagi", tantang Piya lagi. "Boleh. Tapi di tebing yang alami dan asli!" Salam mengikuti irama pertarungan dengan Piya.
Ibu Piya tidak setuju. "Cari pertandingan yang lain aja!" Jantungnya tidak kuat, berdebar kencang. Ia tadi sangat kalau Piya terjatuh. Meski tadi disekitar Wall Climbing, sudah di pasang matras pengaman.

"Jadi tanding apa dong ?" ayah Piya, Rodin. Ia juga tidak ingin pertandingan ini diteruskan. "Balap karung!" jawab ibunya di disambut gelak tawa Fatma. Piya jago balap karung tiap 17-an waktu SD. Piya menarik rambut Fatma kesal. "Bawa kelereng dalam sendok!" kata Fatma tertawa sambil menghindar dari Piya yang berusaha menarik rambutnya lagi. Dua orang itu walau sudah dewasa tapi tingkahnya seperti anak kecil. Salam penasaran, dia bertanya pada Arman, tentang jenis pertandingan yang di maksud Fatma. Arman menjelaskan dengan pelan. Salam menyimak lalu, dia tertawa setelahnya.

"Tanding Karate!" Jawab Piya tak peduli yang diobrolkan Arman dan Salam. "oke! " jawab Salam mantap. Deal! Mereka berdua bersalaman. Kedua kakek tua di samping mereka tersenyum. Piya tidak tahu, Ryozo alias Salam adalah guru karate mereka, dulu mereka suka latihan perang-perangan, Ryozo melatih mereka bermain pedang, karate, berenang dan gulat. Mereka latihan jauh di tengah hutan, jauh dari barak tentara, di tengah malam menjelang waktu subuh ketika bulan purnama, mereka mencuri waktu ketika para pasukan penjaga malam sedang mabuk.

Pertandingan Karate dilaksanakan di rumah. Dalam sekejap ruangan tamu sudah berubah fungsi menjadi arena olahraga. Ayah Saskia, Jaka bertindak menjadi wasit, dia seorang karateka. Arman membantu pertandingan ini sebagai pencatat di papan nilai/n scoring board. Ibu Piya tidak menyetujui pertandingan ini, menurutnya pertandingan ini tidak ada gunanya. Ia sama sekali tidak memasalahkan kebenaran tentang Salam. Toh Salam pemuda yang baik dan cocok karakterya dengan Piya yang tidak mau mengalah, tomboi tetapi kekanak-kanakan. Tapi kedua kakek tua itu menyetujuinya, mereka ingin bernostalgia dengan caranya mereka sendiri. Di samping pertandingan ini penting untuk menundukkan Piya dan mendekatkannya dengan Salam. Perjodohan dengan cara seperti ini sudah kuno, dan membuang-buang waktu. Ibu Piya tidak keberatan menerima Salam sebagai menantunya.

Nampaknya pertandingan kumite¹ ini sangat serius. Jaka mempersiapkan pertandingan ini dengan baik, memasang matras papan khusus pertandingan, Jaka meminjamnya dari KONI³ kota.
Sebenarnya Jaka, paman Fatma adik bungsu ibunya, sangat penasaran dengan cerita Salam, ia dan istrinya Cahya, berdiam diri mendengar cerita aneh tentang Salam ini, tetapi mereka juga tidak ingin menceritakan hal ini kepada siapapun, selain keluarga dekat, tidak ada yang tahu. Jaka, saudara ibu Fatma yang satu-satunya masih hidup, dia dan istrinya dengan setia dan sabar memelihara kakek buyutnya yang panjang usianya melebihi Sobirin, anaknya kakek Fatma juga Hamidah, ibu Fatma.

Salam dan Piya mengenakan Karategi pakaian khusus karate. Khusus Piya memakai Female Chest Protector². Jaka memberikan mereka Alat pelindung tangan, helm dan Face Maker.
Jaka peniup peluit, pertandingan tanpa kelas ini di mulai.

Jaka membacakan Peraturan kumite :

"Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang!".

Pertandingan ini memerlukan waktu yang lama dan persiapannya dan peralatannya cukup banyak, tetapi pertandingan ini cuma memakan waktu yang tidak lama hanya lebih kurang satu jam, Piya sudah dinyatakan kalah oleh wasit. Piya menyerah, Salam memang jagoan.

Ibu Piya keluar dari dapur, dari tadi dia berhenti mengomel, tetapi tidak seorang pun yang peduli omelan nya. Fatma kemudian membantunya menyiapkan makan malam. Malam ini mereka makan besar. Piya menyediakan mereka masakan Padang yang di pesannya sedari sore.

Di meja makan, kakek Basuki menceritakan kejadian ketika mereka dulu latihan karate di dalam hutan, Salam sebagai pelatihnya. "Pantas kakek jago karate!" Puji Saskia tulus, anak kecil ini pandai menyimpan rahasia. "Kia janji menjaga rahasia kakek semua, kakek Basuki, kakek Bandi dan kakek Salam!" Salam terkejut di panggil kakek oleh Saskia, yang di sambut semua orang dengan gelak tawa. Saskia sangat cerdas dan lucu. Salam mengusap rambut keriting bocah itu. Salam sudah menjadi guru renang Saskia selama ini.

Makan malam ini berlangsung akrab, tidak ada lagi ketegangan usai permainan pertandingan tadi. Diam-diam Fatma membaca gelagat Salam yang selalu mencuri pandang ke Piya. Salam sudah jatuh cinta ke Piya. Sementara si gadis tomboi itu tidak sensitif sama sekali. Fatma harus mencari lawan tanding Piya untuk memperebutkan Salam. Orang itu adalah Delima, saudara sepupu Piya dari pihak ibunya.
Ponsel ibu Piya berdering. Sesuai prediksi Fatma, telpon itu dari Delima. Gadis itu akan datang berkunjung ke rumah itu. Delima penasaran ingin melihat rumah bibinya yang sekarang sudah kaya raya.

_______
[¹] kumite : pertandingan

[²]Berguna untuk melindungi payudara yang dampak yang tidak diinginkan saat pertandingan.

[³] Komite Olahraga Nasional Indonesia

Share this novel

Fia Ona
2020-06-06 12:52:05 

♥️


NovelPlus Premium

The best ads free experience