Rumah mungil itu kupandangi untuk terakhir kalinya. Aku berdiri mematung di depan pagar rumah yang banyak meninggalkan kenangan untukku itu.
”Ayo, Dik!”
Aku menoleh. Mas Juna , laki-laki yang telah melingkarkan cincin tunangan di jari manisku, mengulurkan tangannya, mengajakku beranjak dari kenangan. Aku menyambut uluran tangannya lalu ikut melangkah di sisinya, meninggalkan rumah mungilku jauh di belakang.
Share this novel