“Aku memang pernah tengok dia tapi selalunya dari jauh je. Moreover, aku tak pernah ada chance nak tengok dia buat live show. Kau tahulah aku ni sibuk.”
Aku memandang Akmal dengan riak wajah yang seakan tidak percaya. Sejak bila dia minat budak semester satu yang bermain gitar dalam band ini? Kenapa aku tak pernah tahu?
Perhatian aku teralih ke arah stage buat seketika apabila seorang gadis yang mengenakan high heels, berdress hitam merah paras lutut dan bertopeng hitam berbulu merak, menghampiri mikrofon. Sebuah gitar elektrik tersangkut di bahunya.
“Are you ready to rock tonight?!” Gadis itu mengangkat tangan kanannya. Dia tersenyum, menunggu jawapan daripada semua yang ada di dalam dewan itu.
“Yeah!!” Ternyata, pertanyaannya mendapat sorakan daripada hampir semua yang ada di dalam dewan.
“Then, join me in this red fantasy!”
Losing him was blue like I'd never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
Loving him was red
Loving him was red
Touching him is like realizing all you ever wanted was right there in front of you
Memorizing him was as easy as knowing all the words to your old favorite song
Fighting with him was like trying to solve a crossword and realizing there's no right answer
Regretting him was like wishing you never found out that love could be that strong
Share this novel