"Mbak Dian!. Kenapa nggak bilang kalau rasanya nggak enak." Renita merebut kroket kentang dari tangan Diandra.
Diandra terkejut dengan sikap Renita. Maka Diandra hanya tersenyum tipis. "Agak sedikit pedas ya?", ujar Diandra grogi.
"Kalau ini sih nggak pedas biasa Mbak tapi pedas banget-nget-nget. Jujur saja nggak apa kok Mbak aku orangnya terbuka", terang Renita. Diandra hanya kembali memberikan senyuman.
"Oh ya aku kedalam dulu ya Mbak".
"Maaf kroketnya mau diberikan sama Pak Rendra?", entahlah tapi Renata merasa kalau Diandra tak tega melihat kakaknya muntah makan masakannya.
"Tenang saja Mbak kroketnya aku buang kok. Aku duluan ya". Renita tersenyum lebar saat mengetuk pintu ruangan sang kakak. Ya dia memulai rencananya tepat hari ini.
"Selamat siang Mas, nih aku bawain makanan untuk mengganjal perut sementara". Renita meletakkan kotak berwarna merah didepan Rendra. Kakaknya hanya melirik dan melengos kembali menekuni komputer.
"Memang bisa dimakan?" , tanya Rendra skeptis. Renita memutar kedua bola matanya.
"Dicoba dulu dong!", jawab Renita ketus. Rendra terkekeh mendengar jawaban dari adiknya. Ia tak sanggup memakan hanya melihat tampilan kue itu membuatnya
sedikit mulas.
Rendra mengambil satu dan memasukkan kemulutnya. Ia menghela napas matanya menyipit saat merasakan kue Renita.
"Ini...beneran masakan kamu?", tanya Rendra tak percaya. Kenapa rasanya mirip masakan Ibu ya?, gumam Rendra.
"Mas sih selalu berprasangka buruk terus jangan semuanya dilihat dari platingnya", Renita menasehati. Rendra hanya mengangguk setuju. Lalu mengambil lagi dan lagi total ada lima kue yang sudah ia makan. Padahal kue itu ukurannya tidak kecil. Renita tersenyum tipis ia menukar kotak kue itu.
"Besok Minggu liburan yuk?. Mas nggak kasihan sama Anjani? dia udah bosan dirumah terus", ajak Renita.
Rendra menoleh dan melihat kalender. Besok rencananya Rendra ingin melamar Diandra lagi, diterima atau tidak seyogyanya ia sudah berusaha tinggal berdoa untuk melengkapi niatnya.
Rendra menatap wajah adiknya. Ia juga tak tega selalu menolak ajakan Renita lagipula Anjani bolak balik menangis dan merengek minta liburan bersama.
"Oke, mau kemana?. Atau kita ke zoo saja?", ajak Rendra senang.
Renita berdehem menyegarkan tenggorokan.
"Aku punya rencana sih, tapi kalau Mas Rendra setuju".
"Apa?" Rendra penasaran.
"Nggak usah jauh-jauh Mas cukup di taman kota saja", Rendra membulatkan kedua mata mendengar jawaban Renita.
"Kamu lagi nggak bikin rencana yang aneh-aneh kan?", selidik Rendra.
"Aduh si Mas nih. Masak tampang polos begini punya jiwa pendosa", sungut Renita.
"Siapa tahu. Hati orang tidak ada yang tahu", sahut Rendra acuh
"Okelah siapkan masakan yang enak seperti ini", lanjut Rendra. Hatinya sedikit meradang karena
gagal tapi biarlah mungkin besok ada waktu.
Renita menjentikkan jari dan menerbitkan senyuman.
Diandra kaget luar biasa saat ada tepukan di lengan kanannya. Renata tampak berdiri canggung dan tersenyum pada Diandra.
"Kok masih disini?", tanya Diandra.
Renita tak menjawab malah menyeret Diandra menuju kafe di seberang kantor.
"Silahkan pesan Mbak, banana cake-nya enak loh", tawar Renita. Diandra hanya mengangguk lemah, seumur hidup baru kali ini ia menginjak kafe. Biasanya ia makan di warung-warung dekat jalan. Tanpa air conditioner dan terbuka tanpa sekat. Saat ini Diandra tak berhenti tersenyum. Menikmati pemandangan kafe yang ditata modern. Kapan lagi bisa seperti ini, pikirnya. Mungkin esok ia kembali ke asal mulanya.
Diandra hanya memesan lemon tea dan sepiring tiramisu. Itupun rekomendasi dari Renita. Mana tahu ia menu-menu asing semacam ini.
"Mbak Dian besok ada rencana keluar nggak?", tanya Renita. Diandra diam tampak menimbang pertanyaan adik sang bos.
"Nggak ada memangnya ada apa ya?".
"Aku mau ajak Mbak Dian piknik ke taman kota. Bisa ya Mbak?".
Hah!
Kedua mata Diandra terbelalak sempurna. Yang pasti Renita tidak sendiri pastinya ia bersama Rendra dan Anjani. Jangan deh nanti aku tambah gugup masak habis ditolak ketemuan lagi, batin Diandra.
"Gimana mau ya Mbak?", Renita menatap Diandra dengan wajah memelas.
"Nggak ada Mas Rendra kok, itu kalau Mbak Dian mau tahu", sahut Renita lagi. Kali ini jantung Diandra hampir copot.
"Maaf maksudnya apa?. Kalaupun ada Pak Rendra ada hubungan apa dengan saya?", ujar Diandra sopan.
Renita tersenyum simpul, "Saya tahu semua termasuk Mbak Dian yang diam-diam suka sama Mas Rendra", Renata melempar senyuman.
Diandra mengedipkan kedua matanya, jelas saja ia kaget memang Renata tahu darimana ya?.
**
Ola..maaf ya kalau telat update banyak yang harus diurusi nih....hehe sok sibuk ya...
Oya semua cerita saya tidak ada yang nyata jadi fiktif belaka seandainya karakter maupun alur atau nama tokoh sama cerita lain, maafkan saya tidak ada unsur kesengajaan ataupun plagiat...
Semua cerita asli pikiran penulis....dan sebentar lagi tamat insya Alloh.
########
Share this novel