Rate

BAB 2

Romance Completed 488

“Ada apa?” tanya Haris mengejutkanku. “Kamu berbohong!” kataku dengan tetap membelakanginya. “Maksudmu apa? Aku tidak mengerti.” tanyanya bingung. Kubalikkan badan seraya berkata, “Kamu bukan pengirim surat maupun kertas nasehat ini. Benar bukan?”. “Kenapa kamu tiba-tiba berkata seperti ini?” tanyanya lagi. “Coba kamu lihat ketiga benda ini.” ucapku sambil memberikannya surat, kertas nasehat, dan kertas yang baru saja kutemukan. Haris mengambilnya, melihatnya dengan baik-baik dan sedikit terkejut. “Bukankah ucapanku benar? Kamu membohongiku dengan mengaku sebagai penggemar rahasiaku dan untuk kertas nasehat itu, apakah kamu akan mengakui kalau kamu juga yang mengirimnya?” tanyaku kemudian. Haris hanya terdiam seperti kehabisan kata-kata. “Atau apa perlu aku memintamu untuk menulis sekarang supaya dengan jelasnya kalau bentuk tulisanmu berbeda dengan bentuk tulisan di kedua benda yang kamu kirim padaku?” tambahku memojokkannya.

“Tidak usah. Dia tidak bersalah dan memang dia tidak menulis surat ataupun kertas nasehat itu. Tapi, aku yang menulisnya.” kata seseorang dari belakangku. Saat putar badan, aku dapati kak David berdiri tegak dengan memasang wajah serius. “Ada hal yang harus kamu ketahui sebelumnya.” dia berhenti sejenak sambil melihat ke arah Haris. “Sebenarnya aku dan Haris adalah saudara kandung. Dia adalah adikku satu-satunya yang sangat aku sayangi. Sebulan yang lalu, aku tidak sengaja mendorongnya dari tangga yang membuat 3 jari utama miliknya patah. Dan awalnya bentuk tulisan kami sama, maka dari itu dia memintaku untuk menuliskan surat dan kertas nasehat itu untuk diberikan kepadamu. Dia melakukannya supaya kamu mudah mengenali bahwa penulisnya adalah dia. Dan di dalam surat itu, dia menulis terima kasih kerana kamu membantunya menjadi orang yang tidak boros dan lebih bersyukur dengan kesederhanaanmu. Ucapan selamat ulang tahun juga dia tulis kerana dia tidak tahu ulang tahunmu tanggal berapa hanya bulannya saja yang dia tahu.” jelasnya dengan tegas seperti biasanya. Dan aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasan darinya begitu juga dengan Haris.

“Haris, aku datang ke sini dan menjelaskan semua ini kerana aku masih belum percaya denganmu kalau kamu akan mengatakan semuanya. Sekarang kuserahkan semuanya padamu untuk menjawab pertanyaan dari Maryam yang mungkin sebentar lagi dia lontarkan kepadamu.” Kak David berjalan melewatiku dengan senyuman dan menepuk pundak kiri Haris. Dia pun pergi. Setelah kepergian kak David, Haris menjawab semua pertanyaan dariku seperti yang telah diperkirakan kak David sebelumnya. Setelah itu, aku meminta maaf kepada Haris atas tuduhanku padanya dan akhirnya kami pun pulang bersama dengan sepeda masing-masing.

Beberapa hari setelah peristiwa itu, aku disibukkan oleh pekerjaan mempersiapkan hadiah ulang tahun Haris. Besok sepulang sekolah akan aku berikan padanya tapi tidak dengan sembunyi-sembunyi seperti cara Haris tentunya.
Sepulang sekolah tidak kujumpai Haris. Mungkinkah dia tidak masuk sekolah?
Beberapa hari berikutnya sama, tidak ada Haris. Tidak hanya Haris kak David pun tidak ada. Setelah kukirim pesan mengenai ketidakhadirannya, dia hanya meminta maaf. Tetapi, suatu hari dia mengajakku ketemuan di taman sekolah.

“Sudah menunggu lama?” tanya seseorang tapi sepertinya bukan suara Haris. Kuangkat kepalaku dan ternyata itu adalah kak David. “Kenapa kak David yang datang? Haris di mana?” tanyaku bingung. “Haris tidak bisa datang tetapi dia menyuruhku untuk memberikan surat ini padamu.” katanya sambil memberikan surat putih bermotif bunga lili seperti yang biasa dia berikan dulu. Kuterima surat itu dan mulai membacanya.

Hai Maryam…
Aku senang jika kamu tidak bosan membaca surat yaang aku kirimkan berulang kali padamu. Tapi, ini adalah yang terakhir kalinya. Saat kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak bisa bertemu denganmu lagi. Hari ini adalah ulang tahunku. Jujur saja aku mengharapkan hadiah darimu walaupun hanya ucapan selamat yang berbeda pengucapannya. Tapi, aku memiliki firasat aneh sejak 40 hari yang lalu. Kalaupun aku tidak bisa bertemu denganmu, itu tidak masalah bagiku. Ada satu hal yang ingin kukatakan padamu. Aku menyukaimu sudah sejak lama tapi kupendam kerana kutahu kalau kamu tidak akan menerimanya.
Satu pesanku, tetaplah menjadi Maryam seperti yang kukenal. Dan aku minta kepadamu untuk melakukan semua nasehatku kerana itu yang membuatku tenang.
Senang bisa bertemu denganmu walaupun hanya sekejap mata.
…Haris

“Ini?” tanyaku bingung. “Surat terakhir dari Haris sebagai ucapan selamat tinggal.” ujar kak David singkat. Aku terkejut mendengar kalimat kak David. “Memangnya Haris ke mana?” tanyaku bingung. “Kemarin tepat di hari ulang tahunnya, teman-temannya menjatuhkannya ke dalam kolam renang di belakang sekolah. Haris sejak kecil sudah menderita penyakit jantung dan tidak tahu kenapa tepat adegan penjatuhan itu penyakitnya kambuh sehingga membuatnya tidak bisa tertolong.” kata kak David sedih. “Tapi, surat ini?” tanyaku hampir tanpa suara. “Disaat-saat terakhirnya, dia berusaha berbicara dan menyuruhku untuk menulis semua yang dikatakannya.” katanya dengan air mata yang sudah mulai berjatuhan. Seketika itu, tubuhku lemas dan akhirnya jatuh berlutut. Air mata pun bercucuran. Aku menangis tanpa suara. Kak David hanya memandangku penuh kasihan.

Hatiku terasa sakit sekali, baru kemarin aku mendapatkan seorang teman yang sangat perhatiannya padaku tapi sekarang sudah tiada lagi. Haris. Kuingat semua kenanganku bersamanya dan juga salah satu nasehat darinya yang berbunyi, “Kehidupan tidak selamanya indah. Air tidak selamanya jernih. Langit tidak selamanya biru. Hutan tidak selamanya hijau. Dan perasaan pun tidak selamanya bersuka ria. Ketika kamu mengalami masa suram, cukup ingat Tuhan pencipta semesta alam dan semuanya akan kembali tenteram.”

1 tahun berlalu, tanpa ada Haris ataupun kak David. Kulewati hari seperti biasanya sebelum mereka berdua datang. Tapi, bukan berarti aku melupakan kedua saudara itu terutama Haris, my secret admirrer. Mereka akan tetap menjadi bagian dari kisah hidupku. Tanpa mereka, aku tidak akan memiliki kisah yang mendewasakan seperti ini. Haris semoga kamu tenang di sana. Doaku akan seperti suratmu yang sampai kapanpun selalu membantu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience