Sandra menatap sahabatnya dengan pandangan kasihan. Dan Diandra benci akan hal itu. Ia belum akan mati, Diandra hanya menolak lamaran seorang pria.
"Kenapa ditolak?", akhirnya Sandra membuka obrolan setelah hening beberapa menit.
"Aku hanya..aku hanya belum siap", jawab Diandra terbata.
"Apa?", Sandra tak mendengar
"Aku belum siap untuk kecewa, Sandra", tegas Diandra. Sandra mengernyitkan dahinya mendengar perkataan sahabatnya.
"Perasaan kalian berdua belum berpacaran kan?", tanya Sandra penasaran.
" Ya belumlah, cuma kata Arya orang kaya itu suka bosan suatu hari aku pasti ditinggal" Diandra mendesah.
Sandra hanya diam mendengarkan omongan Diandra. Apa mungkin Pak Rendra seperti itu. Setahu Sandra Pak Rendra adalah orang yang setia.
"Jangan mudah percaya omongan orang, memang Arya pernah mengalami?", tanya Sandra.
"Ibunya yang pernah, bapaknya sekarang menikah lagi. Dan bapaknya pedagang kaya dikampungku", jelas Diandra. Sandra jadi ciut nyali saat ingin bicara.
"Eh, tapi Di nggak semua laki-laki sama loh, dan aku yakin Pak Rendra orangnya setia", bela Sandra. Diandra menghela napas seakan mengeluarkan beban berat dalam jiwanya. Ia merasa kalah dalam pertempuran.
"Di, nggak ada salah kamu terima, tetapi bukan sebagai kekasih melainkan sebagai teman, gimana?", Diandra mengerjapkan kedua matanya tak percaya pada pendengarannya.
" Maksudnya gimana, San?", Diandra belum mengerti maksud perkataan sang sahabat.
"Kalau kamu terima sebagai kekasih nanti pas patah hati sakit hatinya lama, tapi kalau sebagai teman paling nggak sakitnya nggak lama-lama". Sandra menerbitkan senyuman
Diandra hanya tersenyum tipis, entahlah untuk memulai sebagai teman rasanya masih sulit juga. Ia merasa diambang tanduk. Di satu sisi ia ingin bahagia tetapi disisi lain Diandra takut disakiti karena gosip yang ia dengar.
Diandra menata Rendra dari balik kaca ruangan pimpinan. Jujur saja ia merasa iba dengan Rendra, sesekali ia melirik gerak geriknya.
"Hai!. Mbak Dian tebak deh aku bawa apa?". Sontak Diandra kaget mendengar sapaan tuan putri centil yang sedang tersenyum lebar.
"A-ada a-apa?", Diandra berusaha menetralkan debaran jantungnya karena suara cempreng milik Renata.
Renita memicingkan kedua matanya ia melihat gelagat Diandra lain dari kemarin, perempuan itu tampak gelisah.
"Cobain Mbak, ini aku bikin sendiri loh", kedua alis Renita naik turun. Ya sedikit memaksa. Diandra membalas dengan senyum terpaksa. Ia membuka mulutnya dan memasukkan kroket kentang buatan Renata ke dalam mulutnya.
Dan?????
Kedua mata Diandra membuka lebar, tenggorokan terasa terbakar setelah dilewati kue berasal dari kentang itu. Tapi Diandra terlalu takut untuk berkomentar pedas jadi dia hanya mengangguk dan mengacungkan jempol kanannya.
Makanan ini mengandung racun, batin Diandra.
Diandra mengunyah sambil tersenyum. Renita penasaran dengan rasa masakannya ia ikut mencomot satu. Teriakan Renita memenuhi ruangan pimpinan.
"Arghhh.....kenapa rasanya begini!!!!!"
**
Share this novel