"¿Qué he visto?"
....
Tak beberapa lama setelah itu, mereka sampai di villa tujuan mereka di desa itu. Karena hujan masih lebat, mereka memutuskan untuk tetap diam di dalam mobil sampai hujan reda.
Malam berlalu dengan cepat, cahaya matahari pagi menyinari desa itu dan hujan lebat kemarin malam telah reda. Satu per satu dari mereka mulai terbangun, keluar dari mobil sambil membawa barang barang mereka masing masing.
Tristan memegang kunci villa jadi ia langsung membuka pintu lalu masuk ke dalam villa diikuti teman temannya. Keadaan di villa itu masih terjaga kebersihan tempat itu. Di lantai satu ada delapan kamar, itu juga termasuk dua kamar mandi. Di ruang tamu ada dua sofa panjang berwarna merah maroon lalu di depan sofa ada SmartTV lengkap dengan home theater. Ada juga rak buku berbentuk pohon yang tertempel di dinding sebagai pemisah antara kamar satu dan kamar dua.
"Bebe!!" Mendengar jeritan Jessie, Lunetta hanya menatap gadis itu datar. Memang dari semua temannya, hanya dia yang tidak memiliki pasangan. Tidak. Hoseok bukan pasangannya, hanya teman.
"Air di kamar mandi kosong, siapa yang mau mengambil air?" tanya Calista yang baru saja keluar dari kamar mandi. Jessie menatapnya sekilas lalu kembali memeluk erat Tristan. "Kalau kau butuh air, kenapa tidak kau saja yang ambil"
"Hei! Kekasihku bukan pembantu kita semua" balas Alex, lalu kembali tenang membaca novel. Jessie memutarkan matanya sebal, "Ya ya ya ya... Aku tahu itu"
"Bagaimana kalau kau menemani ku, Jess? Aku tak bisa pergi sendiri" mohon Calista sambil memegang erat pergelangan Jessie. Gadis itu hanya diam menatap Calista dengan senyum datar, "Cih...! Baiklah ayo"
.
.
.
.
"Baiklah. Ayo kembali" ajak Jessie yang sudah selesai menimpa air dari sumur. Calista mengangguk lalu mengangkat ember berisi air penuh yang dibawanya.
Berjalan di belakang Jessie lalu tiba tiba langkahnya terhenti karena melihat sebuah boneka cantik yang terlihat kotor dan berdebu.
"Jessie! Lihat apa yang kutemukan" panggilnya. Jessie berbalik dan melihat boneka yang dipegang Calista dengan mimik wajah jijik, "Ih... Boneka itu terlalu kotor, buang saja" ujarnya. Calista memajukan bibir bawahnya, "Tapi aku suka boneka ini"
"Aku bisa berbicara dengan Alex agar membelikan mu banyak boneka" balas Jessie lagi. Boneka itu kotor, beberapa bagian di wajah boneka itu di penuhi tanah, juga baju boneka itu yang terlihat kumal karena dipenuhi tanah.
"Aku mau yang ini. Aku suka boneka ini dan aku tidak mau yang lain" ucap Calista sambil memeluk erat boneka itu. Jessica menggeleng cepat, "Itu terlalu mengerikan"
"Cih! Aku akan membuat boneka ini menjadi bersih dan cantik nanti, lihat saja" ucap Calista lagi, masih berpegang dengan kemauannya tadi. Jessica mengangguk ragu lalu kembali berjalan sambil membawa dua ember di masing masing tangannya sementara Calista memeluk erat boneka yang ditemukannya.
Jessica tahu boneka itu. Sama seperti boneka yang di bawa anak perempuan yang melintasi mobil mereka kemarin malam. Tapi entahlah. Gadis itu juga tak yakin dengan pikirannya sendiri. Mungkin ia hanya salah liat. Ia menjauhkan pikirannya lalu kembali fokus berjalan bersama Calista.
.
.
.
.
.
"Aku bisa membelikan mu boneka yang lain" ucap Alex saat Calista menjelaskan semuanya, tentang boneka usang itu.
Jessica hanya bersandar di pintu kamarnya sambil memeluk kedua tangannya di depan dadanya, "Aku sudah memberitahunya tadi, tapi gadismu itu bersikeras terhadap kemauannya" ucap Jessica datar, "Dia terlalu keras kepala" lanjutnya lagi.
"Itu terlalu mengerikan, bahkan boneka itu seperti terus menatapku" timpal Hoseok. Ia berjalan menjauh dari sofa lalu berdiri di samping Jessie.
Share this novel