Kalvin Nauri B

Drama Series 387

Orang pernah bilang cinta itu takdir  yang gak kita tahu akan berakhir seperti apa. 

Orang juga bilang datangnya cinta itu gak semata-mata datang kemudian pergi sesuka hati mu,  tetapi dia  bersandar dulu seperti kapal cukup lama di dermaga satu kemudian berlayar lagi ke dermaga lainnya.

Jika cinta di ibaratkan seperti itu,  aku tidak setuju! Karena cinta akan memiliki cerita yang pasti seperti kapal yang berlabuh di tempat yang indah meskipun ombak datang sesuka hati, tanpa permisi,  tanpa mengucapkan maaf dan tanpa kita tahu berhentinya kapan, dan itu namanya jodoh. Tujuan mereka berlayar itu pasti.

Tetapi kita harus tahu,  semua itu tergantung si nahkoda bagaimana mengatasinya.  Jika nahkoda pintar dalam mengendalikannya, masalah tidak akan lama. jika nahkoda gegabah memutuskan tindakan apa yang akan dia ambil, dia bersama kapalnya akan hancur di timpa ombak.

-----------------(Awal) ------------------------

Namaku Argenta Sherinia Malau, lahir di suatu tempat yang sebenarnya bukan tempat dimana lahirnya marga orang Batak. Surabaya dengan tata kota yang hijau dan rapi meskipun panas, membuatku nyaman karena tidak ada kemacetan yang berjam-jam seperti Jakarta. 

Sudah 17 tahun lamanya kedua orangtua ku tinggal di Surabaya sejak rumah kami dijual, kata mama. Aku memiliki kisah yang unik menurutku, yang mungkin pernah kamu alami ataupun belum sama sekali dialami orang.  Saat itu aku masih menginjak di kelas X saat pertama kali aku masuk sekolah menengah atas. 

Kisahku bukan tentang bagaimana aku menemukan cinta pertama di awal masuk sekolah sebagai murid baru ataupun bertemu kakak kelas yang gantengnya melebihi Lee Min Ho, tetapi kisah ku ini tentang pertemuan kedua yang tidak aku inginkan namun berujung yang sama.

Pernah mendengar "Sahabat Rasa Pacar? Atau Kakak ketemu Gede?"

Ya..  Seperti itu mereka menyebut kami berdua saat itu.  Umur kami tidak terpaut jauh bahkan hanya selisi 3 bulan meskipun Kalvin lebih tua dari ku. Kemana aku pergi dia selalu ada, kemana dia pergi aku selalu ada.  bukan semata-mata karena kita memiliki rasa suka, tetapi ini semua karena janji diantara kami.  Sebelumnya kita pernah pacaran cukup lama, tetapi itu hanya cinta monyet anak SMP. Kami bertemu kembali di SMA.

Awalnya aku berharap tidak bertemu dia ataupun teman SMPku lainnya. Kepribadianku sedikit lain dari pada yang lain.  Tidak suka bertemu orang yang sama di suatu tempat yang berbeda. Menemukan orang yang baru dengan kebahagiaan yang baru,  masalah yang baru,  cerita yang baru. Sial seribu sial,  justru aku menemukan dia.

24 Juli 2017
Kalvin Nauri B.
Entah huruf 'B' ini kepanjangan dari apa tetapi itulah namanya dengan muka asam yang dia miliki saat melihat orang lain yang tidak ingin di temuinya, dia menatap ku seperti itu. Dia pikir dia siapa berani memasang wajah ala alien seperti itu. Akupun sama seperti dia hanya memalingkan wajah seolah kami berdua tidak saling mengenal. 

Sikap kami begini cukup lama kami lakukan di sekolah,  hingga suatu hari  aku terjatuh di anak tangga lantai 2. saat aku ingin kembali ke kelas setelah dari ruang guru mengantarkan tugas anak-anak dari Bu Sofia, kakiku terpeleset. Kaki kiri ku sepertinya terkilir, dan sedikit luka beret di dengkul akibat goresan ujung anak tangga.  Ini cukup pedih rasanya.

Aku meraih pinggiran tangga mencoba berdiri, menahan sakit. Dengan sekuat tenaga, aku menggunakan tanganku sebagai tumpuhan dan kaki ini melangkah menaiki Anak tangga. Satu sampai dua anak tangga berhasil aku lalui,  namun di anak tangga yang ke-tiga aku terjatu lagi. Aku menahan sakit lagi dan lagi.

Seseorang tiba-tiba mengangkat tubuhku, dan meletakkan lenganku di bahunya. "Kalau gak bisa berdiri kenapa gak teriak minta tolong?  Jangan sok kuat!" dengan nada ketus.

Aku hanya tertunduk malu. Aku tau persis siapa dia yang membantu aku berdiri dan mengajakku ke UKS. Kalvin menyuruh aku duduk di tempat tidur UKS, kemudian dia mengambil kotak P3K dan sedikit ragu dia memberikannya kepadaku.

"Bersihin tuh luka,  gue mau ke kelas lo dulu minta izin gak masuk kelas," ucapnya kemudian pergi.

Aku mengerutkan dahiku tanda bingung. Aku mengambil kapas, menuangkan alkohol di atasnya.  Aku mengusap lembut luka di dengkul.  Sedikit menahan pedih, aku menggigit kecil bibir ku.

Antiseptik aku oleskan terlebih dahulu kemudian ku teteskan obat merah ke luka ini.  Menikmati rasa pedih hingga lupa ada seseorang di depan pintu memerhatikan aku. Kalvin dengan tatapan dinginnya dengan seksama melihatku membersihkan luka.

Bukannya membantu,  Kalvin hanya memandang. Sisi baik mana dari Kalvin yang bisa diharapkan olehku. Aku makin kesal dengannya, tapi kalau tidak ada Kalvin pasti aku juga jatuh berkali-kali di tangga.

"Buat apa di situ,  kalau cuman lihatin gue nyengir-nyengir kesakitan." kata ku ketus.

"lagian lo manja. Itu cuman luka kecil, gak usah nangis." ucapnya membalas ketus.

"siapa juga yang nangis," aku mendengus kesal.

"terserah lo aja, oke gue balik ke kelas dulu." Kalvin memalingkan wajahnya dan ingin pergi. Saat Kalvin ingin melangkahkan kakinya,  aku menahannya dengan memanggil namanya.

"Vin,"

Kalvin berhenti tanpa melihat ku dia mendeham cukup keras memberikan isyarat bahwa dia menunggu.

"Thanks ya," sambungku sedikit berteriak karena jarak kami sedikit jauh.

Hanya anggukan yang mengiyakan tanpa melihat, berkata bahkan tersenyum, dingin.  Sikapnya yang seperti ini membuat ku ingin menarik kata terimakasih yang sudah aku ucapkan.  Tapi ya sudahlah mungkin dengan begini dan tetap begini akan membuat hubungan ini terlihat baik-baik saja. Bukan berarti dinginnya Kalvin bisa membuat ku marah dan memojokkannya atau menggerutu dalam hati 'kenapa sih lo,  bisa gak bersikap biasa aja seperti dulu?'

Aku menggeleng-gelengkan kepala menepis semua pemikiran negatif tentang Kalvin.  Dari pada aku memikirkan Kalvin, Kalvin dan Kalvin lebih baik aku mengecek smartphone.

Mata ku tertuju pada sebuah sosial media(instagram) pribadi ku. Banyaknya notifikasi pada instagram membuat ku antusias mengecek pemberitahuan sosmed. Banyak like dan tag pada notifikasi. Tetapi mata ku tertuju pada sebuah komentar.

@Galeha50(sahabat semasa SMP) yang mengomentari postingan foto tentang kegiatan MOS 3 hari yang lalu bersama beberapa teman baru.

@Galeha50 Kangen saat pertama kali kenal lo :p

Melihat isi pesan dari Galeha alias Gabriel Leona Habsari membuat ku terkekeh. Pasalnya kenangan itu tak akan terlupakan.  Bagaimana tidak,  siapapun pasti akan mengalami hal ini saat bertemu teman baru.  Memasang wajah sok polos padahal aslinya begajulan kalau udah akrab. Berbicara denga gaya aku kamu biar kelihatan sopan padahal biasanya lo dan gue. Kemudian kami saling sok-sok imut, manis jaga image gitu.

@Ar_thaMalau LOL :p dan saat itu muka kita kek orang bodo sok-sokan polos.

Setelah membalas komentar Gabriel,  aku memutuskan untuk rebahan. Luka di kaki ku gak begitu parah,  tetapi sedikit ngilu kalau digerakkan. Mata ku tertutup perlahan-lahan hingga akhirnya aku tertidur pulas.

14.00 WIB
Bel pulang sekolah bergemam dari setiap lorong sekolah.  Aku terbangun dan melihat sekeliling, masih di UKS. Dengan tatapan kosong sehabis bangun tidur,  aku melihat tas sekolah ku tergeletak di meja ruang UKS.  Perasaan tas sekolah ku harusnya ada di kelas kenapa sekarang ada di sini? Aku menghelai nafas panjang kemudian berjalan mengambil tas selempang ku.

Saat tas ini aku ambil,  ternyata ada secarik kertas yang bertuliskan

'Gue tunggu di parkiran' aku membacanya dalam hati.

Who? Siapa dia? Siapa yang meletakkan ini dan menunggu ku di parkiran? Aku mulai menebak-nebak.
"Apa Cilla? Ah tapi gak mungkin cuman naruh tas aja pakek ngasih surat begini. Fans? Iya kali punya fans secepat kilat," gumam ku.

Cilla adalah teman sebangku ku. Mustahil jika Cilla yang menaruh tasku kemudian dengan sengaja memberiku pesan singkat melalui surat. Siapapun dia yang membawakan tas sekolahku ke UKS,  aku akan tetap menemuinya di tempat parkir untuk mengucapkan terima kasih. Tanpa berpikir lama,  aku menyelempangkan tas ku ke bahu. Berjalan tertatih meninggalkan UKS, aku bergegas menuju tempat parkir. Siswa siswi SMA Gemilang berserakkan kemana-mana. Aku melewati beberapa gerumbulan dari mereka.

Seseorang dari kejauhan berteriak memanggil nama ku "Ar!"

Aku memalingkan wajah melihat teman sebangku ku yang terlihat sumringah berlari ke arah ku. Aku tersenyum melihat tingkah Cilla. Teman dekat ku banyak di kelas,  tetapi hanya Cilla yang selalu mengikuti ekor ku. Mungkin Cilla akan menggantikan Gabriel. Sebelum Cilla membuat pusat perhatian, aku memberikan kode 'why?' dengan kecapan mulut tanpa mengeluarkan suara.

Kami saling berhadapan, Cilla tertawa kegirangan tanpa sebab.  Tetapi aku bisa menebak perasaannya. Cilla sedang jatuh cintakah? Sepertinya iya!

"Kenapa?" tanya ku.

"Gue seneng hari ini," ucapnya.

"Iya,  seneng kenapa?" tanya ku lagi

"gue ceritain sambil jalan." Cilla menarik tangan ku,  reflek membuat ku mengernyitkan dahi kesakitan karena tarikan Cilla yang membuat kaki ku mengikuti arah tarikannya dan tanpa sengaja Cilla membuat kaki ku semakin ngilu.

"Auw!" teriak ku menahan sakit. Aku berjongkok mengecek kondisi kaki ku. Karena sendi di area mata kaki ku sedikit membengkak dan sekarang keseret menempel ke lantai.

"Aduh,  sorry Ar.  Gue gak tau kalau kaki lo sakit."

"Udah gakpapa. Gue gakpapa,  Cil!" tegas ku tetap menahan sakit.

"gue bantu berdiri ya," ucap Cilla menawarkan pertolongan. Tangan Cilla membopong lengan ku membantu ku untuk berdiri.

"Makasih Cil,"

Cilla hanya tersenyum.  Kami melanjutkan berjalan ke arah gerbang. Di setiap langkah kaki kami,  Cilla bercerita tentang siswa baru seperti kami yang lagi populer di kalangan kelas X-XII. Dengan antusiasnya hingga dia mengulang-ulang kata 'Cakep' sebagai gambaran bahwa cowok itu memang ganteng dimata dia.

"Tadi itu Ar, pas jam kosong ada siswa cakep banget pakek spesial masuk ke kelas.  Sumpah demi nama Lucinta Luna yang halunya selangit,  tapi gue gak sehalu dia memang cowok itu cakep, terus entah ngomong apa sama ketua kelas, yang penting itu cowok memang cakep," ucap Cilla panjang lebar.

"Terus,  kenapa?" tanya ku biasa aja.

"Terus aku ke Kyola (ketua kelas kami berdua)  nanya,  cowok tadi anak kelas berapa?  Namanya siapa? Udah punya pacar atau belum? Dia anak ekskul mana?" seantusiasnya Cilla kali ini melebihi lebaynya mimi peri dengan cara ngomongnya yang melambai-lambai dan bilang dia cantik tujuh belas kali cantik dia berkata seperti itu.

"jadi, dapet titik terang dari semua pertanyaan lo itu?" tanya ku lagi dengan merubah nada menjadi gak antusias sama sekali dengan cerita Cilla.

"Dapet! Tapi bukan itu yang bikin gue heboh." ucap Cilla menggantung.

"maksudnya?" aku mengernyitkan dahi, bingung.

"Jadi setelah gue nanya apapun tentang tuh cowok,  ya aku baru tahu kalau cowok itu lagi jadi buah bibirnya satu sekolahan. Karena apa?  Karena dia cowok terganteng di kelas sepuluh,  lalu dia juga jadi trending topic di SMA Gemilang karena adiknya salah satu senior di SMA ini yang paling cool."

Aku pikir setelah ini Cilla bakal berhenti berbicara karena topik ceritanya sudah selesai,  ternyata dia melanjutkan ceritanya.

"yang bikin gue heboh lagi, satu jam setelah dia masuk menemui Kyola,  dia jalan ke arah gue setelah kyola nunjuk ke gue. Ya jantung gue berasa habis maratonan gitu karena makin deket sama gue.  Eh ternyata,  dia ngambil tas lo terus pergi gitu aja." sambung ceritanya yang berhasil membuat ku terkejut.

"What?" ucapku reflek tidak percaya. Hal ini membuat ku menduga setelah menebak-nebak berhadiah di dalam UKS tentang seseorang yang berbaik hati membawakan tas ku diam-diam ke UKS adalah Kalvin. Sesuatu yang membuat ku yakin atas dugaan ku adalah karena Kalvin berkata kepada ku untuk ke kelas meminta izin tidak masuk kelas setelah membawa ku ke UKS.

Faktanya pada cerita Cilla ada siswa dari kelas lain masuk ke kelasku menemui ketua kelas pada jam kosong.  Fakta kedua siswa yang sama mengambil tas ku kemudian dibawa ke UKS. Iya benar,  pasti ini Kalvin dan yang di maksud Cilla si cakep itu Kalvin.  Oh my God.

"Lah,  sekarang gue mau nanya ke lo. Kok bisa dia ngambil tas lo?  Emang lo kenal dia?  Dan pada saat itu lo kemana?  Lo diajak bolos sama dia atau apa?" belum juga aku menelan ludah karena rasa terkejut ku menimba-nimba kenyataan bahwa itu Kalvin,  Cilla sekarang memberiku banyak pertanyaan yang jawabannya panjang sekali jika di jabarkan.

"sebentar, sebentar! Kita duduk dulu. Gue mau tanya dulu ke lo." Aku menghentikan langkah kaki kami,  dan menunjuk ke kursi taman sekolah bermaksud mengajak Cilla duduk. Kami pun duduk melanjutkan topik pembahasan di awal.

"Ciri-ciri dia gimana?" untuk memperjelas dugaan ku yang semakin mendekati fakta ke Kalvin. Aku harus membuktikan bahwa itu memang Kalvin.

"Cakep nomer pertama," ucap Cilla berhenti beberapa detik tanpa menghilangkan kata cakep sebagai pujian.

"Ehmm,  rambutnya lurus,  ada jambulnya dan mohak gitu gaya rambutnya,  pakai jam tangan navy,  terus ada kumis tipis banget, cakep pokoknya," sambung Cilla menggambarkan siswa itu dengan senyum-senyum sendiri ala memuja.

Semua yang digambarkan Cilla menjurus ke Kalvin,  sang mantan alias cinta monyet ku. Semua bukti otentik memang menjuru ke Kalvin.  Jadi yang bikin pesan singkat itupun Kalvin? Jadi sekarang Kalvin lagi nunggu aku di Parkiran?

'Demi apapun entah itu princess Sahrini, Anya Geraldi yang tabok-tabokan sama Awkarin,  atau Lucinta Luna yang halu seperti ucapan Cilla,  ini kayaknya mimpi' batin ku dalam hati berkata seperti itu. Ada urusan apalagi sama Kalvin sampai dia rela menolong ku di tangga. Membawa ku ke UKS,  hingga dengan baiknya membawakan tas ku, dan sekarang menunggu ku di parkiran. Apa ada sesuatu yang ingin diucapkan,  atau ada keperluan lain dengan ku?  Aku rasa tidak,  karena terakhir kali kami bertemu, kami memutuskan untuk tidak saling mengenal dan menganggap semua adalah kenangan saja.

Aku berdoa ini semua mimpi. Jujur aku masih gak bisa berhadapan langsung dengan Kalvin apalagi berduaan padahal tadi memang sudah sempat berduaan meskipun hanya menolongku. Kejadian tadi saja sudah menciptakan suasana yang hening,  apalagi nanti di parkiran sekolah.

'Ayolah Argenta,  lo jangan kegeeran dulu. Kali aja Kalvin mau bilang ke lo kalau dia ngebantu bukan karena lo mantannya atau udah kenal lo. Tapi karena dia ibah saja' batin ku menghibur diri sendiri menetralkan detak jantung yang berdegup kencang karena gugup. Mungkin kalau di rekam jantung dengan alat EKG detak jantung ini grafiknya ancur gak teratur.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience