Bab 17

Romance Series 13933

"WHAT!!!...PAK GILANG NYIUM LOE!!" Seru rika dengan suara menggelar,membuat para mahasiswa dan mahasiswi di lorong kampus menatap Rika penuh tanya.

Sadar sudah menjadi tontonan banyak orang Vania langsung membekap mulut Rika dengan telapak tangannya.

"Bisa dipelanin dikit gak sih suara loe!!!..loe mau bikin gue malu,hah!!!" Kesal Vania.

"Mmmppphh" dengan cepat Rika melepaskan bekapan Vania lalu menatap sengit sahabatnya itu.

"Bodo amat!!abisnya loe bikin gue kesel sih!!" Ucap Rika kesal Vania sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue yang mau ngerasain bibirnya tuh dosen,eh malah loe yang dapet?" Vania memutar bola matanya dengan malas sementara Gita mendengar ucapan Rika langsung menoyor kepala Rika seenaknya.

"Kalau ngomong asal jeplak aja!!...lagian pak Gilang juga ogah nyicipin bibir loe itu!!" Ucap Gita.

"Ih,kenapa??bibir gue kan seksi?" Balas Rika kemudian memanyunkan bibirnya kearah Gita.

"Seksi dari Hongkong.yang ada bibir loe itu jelek,asem pula?" Ledek Gita sambil menjulurkan lidahnya.

"Sialan loe!!" Rika yang tidak terima bibirnya dihina langsung mengacak-acak rambut Gita.

"*Njir!!..rambut gue berantakan!!" Gita yang kesal balik mengacak-acak rambut Rika.alhasil keduanya kini saling mengacak-acak rambut satu sama lain.

Vania terkekeh melihat tingkah kedua sahabatnya sedangkan bela hanya tersenyum menatap Vania.

"Kenapa loe liatin gue kayak gitu?" Tanya Vania setelah sadar dengan bela yang terus menatap ke arah dirinya.

"Ga apa-apa?" Jawab bela diakhiri senyuman manis penuh misteri.

"Udah ah,gue mau pulang.ngeladenin kalian gak ada habisnya tau gak?" Vania hendak pergi dari sana tapi tiba-tiba saja hp digenggamannya berdering.

"Pak Gilang is calling..."

"Panjang umur tuh dosen.baru juga diomongin?" Celetuk Rika ketika melihat nama Gilang tertera pada layar hp vania.

"Ngapain ya pak Gilang telfon gue?" Tanya Vania kebingungan.

"Angkat aja.siapa tau penting?" Titah bela.

Awalnya Vania ragu untuk mengangkat panggilan telepon dari Gilang,mengingat ada para sahabatnya disini.pasti mereka akan kepo dengan pembicaraannya.tapi jika tidak diangkat,Vania takut kalau Gilang menghubunginya untuk hal yang penting.

"Yeee...malah bengong?!cepet diangkat telfonnya?!" Ucap Rika menegur Vania.

Sesaat gadis itu melihat ketiga sahabatnya,memberi kode kepada mereka untuk diam.kemudian dirinya segera menggeser tombol berwarna hijau pada layar hp.

"Iya,halo pak?" Ucap Vania dengan tenang.

Begitu melihat Vania sudah menjawab panggilan dari Gilang,ketiga sahabat Vania itu pun segera merapatkan diri ke arah hp untuk mendengarkan perkataan Gilang.

Vania berdecak kesal melihat aksi kepo ketiga sahabatnya itu.namun saat ini dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena harus menjawab panggilan dari Gilang.

"Iya,halo pak?"

"............"

"Gak ada,kelas saya udah selesai?"

"............"

"Bubur ayam???"

"..........."

"Oke,nanti saya bawakan bubur ayam kerumah sakit.apa ada lagi yang bapak mau?

"............"

"Sama-sama?'

Vania sedikit mengumbar senyumnya lalu segera mematikan panggilan telepon tersebut.

"Pak Gilang minta dibawain makanan?" Tanya Bela.

"Iya?" Vania mengangguk pelan.

"Kalian mau ikut?" Tawar Vania.

Baru saja Rika ingin mengiyakan tawaran Vania,namun lagi-lagi mulutnya dibungkam,kali ini oleh Bela.

"Loe aja gih yang pergi.kita lagi banyak urusan?" Ucap Bela.

Vania terdiam sejenak menatap para sahabatnya."yaudah,kalau gitu gue jalan dulu ya?" Secara bersamaan Bela dan Gita menganggukkan kepala mereka sedangkan Rika berusaha melepaskan bungkaman tangan bela.

"Hati-hati dijalan?" Pesan Gita.

"Oke?" Vania mengacungkan ibu jarinya,tanpa berlama-lama lagi Vania berjalan pergi meninggalkan ketiga sahabatnya itu.

"Loe itu apa-apaan sih!!" Ucap kesal Rika setelah berhasil melepaskan bungkaman bela.

"Loe yang apa-apaan?!kita bertiga kan udah sepakat buat deketin Nia sama pak Gilang,ngapain loe gangguin?" jawab Bela dengan sengit.

"Ya,kan gue cuma mau jenguk pak Gilang doang??emangnya salah??" Cicit Rika.

"SALAH!!" Seru Bela dan Gita secara bersamaan,membuat rika terkejut mendengarnya.

Disisi lain,tidak jauh dari tempat bela,gita dan rika berdiri.ada seseorang yang tengah menguping pembicaraan mereka sedari tadi dan menatap ketiga gadis itu dengan penuh kekesalan.

"Sial!!!..jadi laki-laki itu selamat!!" ucapnya,terlihat orang itu mengepalkan tangannya dengan kuat sampai buku tangannya memutih.

=================

Setelah beberapa menit menelusuri jalanan akhirnya Vania menemukan juga warung bubur ayam yang buka.vania tersenyum senang setelah itu segera turun dari mobilnya dan berjalan menuju warung tersebut.

"Pak,bubur ayamnya satu,bungkus ya?" Ucap Vania memesan bubur ayam kepada sang penjual.

"Oke,neng?" Sang penjual pun langsung menyiapkan bubur pesanan Vania.

"Bubur nya kasih ayam gak neng?" Seketika Vania mendelik tajam,membuat sang penjual keheranan melihatnya.

"Kalau dikasih ayam saya makan apa pak?" Ucap Vania sengit.

Mendengar perkataan Vania sang penjual bubur ayam tersebut langsung menghela nafas panjang,sepertinya Vania sama sekali tidak paham dengan perkataannya barusan.

"maksud saya bukan gitu neng?buburnya mau ditaburi suwiran daging ayam atau enggak?" Jelasnya.

"Oowhh...ngomong yang jelas dong pak?" Vania menyengir kuda menatap sang penjual.

"Pake pak,yang banyak ya?" Pintanya.

Sang penjual mengangguk paham kemudian melanjutkan kembali menyiapkan pesanan Vania.

"Ini neng buburnya?" Ucap sang penjual sambil menyerahkan plastik yang berisikan satu box bubur ayam.

"Jadi berapa pak?" Tanyanya.

"15 ribu,neng?" Vania pun segera mengambil dompet ditasnya lalu mengambil selembar uang lima puluh ribu.

"Ini pak.kembaliannya ambil aja?" Sang penjual mengambil uang pemberian Vania dengan senang hati.

"Wah...makasih neng.sering-sering aja neng beli bubur disini?" Vania yang mendengar perkataan sang penjual hanya mengumbar senyum manisnya.

"Insyaallah pak,kalau inget?" Ucapnya setelah itu Vania berjalan menuju mobil.

===================

Dirumah sakit terlihat Gilang tersenyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya,sang bunda yang menyadari tingkah aneh tersebut merasa keheranan dan bertanya kepada Gilang.

"Kamu kenapa Lang,kok senyum-senyum gitu?" Tanya ibu Hanna.

Gilang segera mengalihkan pandangannya dari hp dan menatap sang bunda sambil tersenyum manis.

"Gak apa-apa Bun?" Jawab Gilang yang diakhiri senyum manis lagi.

"Jangan bohong sama bunda,kamu liatin apa hm??" Tanya ibu Hanna lagi karena dirinya masih penasaran dengan apa yang dilihat oleh anaknya.

Lagi-lagi Gilang tersenyum setelah itu menggelengkan kepalanya kearah sang bunda

"Apa ini karena Vania?" Tebak ibu Hanna menatap Gilang penuh selidik.

Gilang terdiam,sesaat pandangannya kembali tertuju pada layar hp.karena penasaran sekali dengan apa yang sedari tadi dilihat oleh sang anak,dengan cepat ibu Hanna merebut hp milik Gilang.

"Bunda?!" Gilang terkejut lalu berusaha mengambil hpnya kembali.namun karena tubuhnya masih terasa sakit alhasil pergerakannya terbatas dan sulit mengambil hp ditangan sang bunda.

"Jadi ini toh,yang buat anak bunda senyum-senyum sendiri dari tadi?" Ucap ibu Hanna lalu tersenyum setelah melihat foto perempuan yang tengah bersama anaknya itu.

"Cantik ya??Apa kamu menyukai Vania,nak?" Tanyanya.

Ya,foto yang dilihat oleh ibu Hanna adalah foto Vania yang tengah berdansa dengan Gilang saat ulang tahun bela beberapa hari lalu.

"Apa sih bunda?kok malah tanya kayak gitu?" Gilang menggaruk tengkuknya berkali-kali.dirinya dibuat salah tingkah dengan tatapan sang bunda.

"Jawab aja lang?apa kamu menyukai Vania?" Ulanginya.

"Hm...aku???..." Perkataan Gilang terhenti saat melihat sosok ayahnya memasuki kamar rawat.

"Ayah??" Ucap ibu Hanna.pak Gunawan sedikit mengumbar senyum kemudian melangkahkan kakinya mendekati ranjang sang anak.

"Ayah kapan balik?" Tanya ibu Hanna lalu segera mencium punggung tangan suaminya.

"Satu jam yang lalu.tadi ayah pulang ke rumah dulu sebentar untuk bersih-bersih badan setelah itu datang kesini?" Jawabnya.

Gilang yang melihat kedatangan sang ayah seketika mood nya turun dan menatap ayahnya dengan penuh kekesalan.

"Ck!!!..ngapain ayah datang ke sini?" Tanya Gilang ketus.

Ibu Hanna yang melihat Gilang kesal dengan suaminya segera memberi kode kepadanya untuk meredam emosinya.

"Memangnya salah kalau seorang ayah menengok anaknya yang lagi sakit?" Jawab pak Gunawan kemudian menaruh buket buah-buahan yang dia beli tadi diatas nakas.

Gilang tertawa remeh."jadi ayah masih ingat dengan anak ayah yang satu ini?" Saat ini Gilang memang sedang kesal,pasalnya setelah beberapa hari gilang di rumah sakit baru kali ini sang ayah menjenguk dirinya.

Pak Gunawan menghela nafas panjang,dia berusaha mengontrol emosinya agar tidak membuat keributan di rumah sakit.

"Ayah tau ayah salah.ayah benar-benar minta maaf karena baru bisa jengukin kamu sekarang.tapi kan ayah sudah kasih tau bunda kalau beberapa hari ini ayah ada urusan di Surabaya?" Jelasnya.

Sejenak pak Gunawan terdiam menatap Gilang yang juga terdiam.beberapa detik kemudian laki-laki itu menoleh ke arah istrinya,seakan meminta pertolongan.

Ibu Hanna yang mengerti akan hal tersebut segera mengelus pucuk kepala Gilang dengan lembut.

"Yang dikatakan ayah itu benar lang.dia sangat mengkhawatirkan kamu selama di Surabaya?" Ucapnya.

Gilang masih diam,dirinya enggan berkomentar apapun atas apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya.

Tidak lama terdengar suara ketukan dari luar.ketiganya kini terfokus pada pintu kamar rawat Gilang.

"Masuk?" Ucap ibu Hanna.

Ceklek

Pintu terbuka,terlihat sosok Vania yang berdiri di ambang pintu dengan tangan kanan menenteng kantong kresek berisikan bubur ayam.

Vania langsung dibuat salah tingkah ketika ditatap oleh ketiga orang yang ada didalam kamar.

"Kamu siapa?" Tanya pak Gunawan sambil menatap Vania penuh selidik.

"Dia Vania?" Ucap ibu Hanna.

Dengan cepat pak Gunawan menoleh ke arah istrinya.

"Kamu kenal?" Tanya pak Gunawan.

"Iya,mas.dia salah satu mahasiswi nya Gilang?" Jelasnya.

Kedua alis pak Gunawan terkerut,kemudian dirinya kembali menatap gadis itu.Vania yang kembali ditatap pak Gunawan semakin dibuat salah tingkah.

"Ma-maaf saya ganggu.saya cuma mau anter ini aja kok?" Vania berjalan perlahan ke arah ranjang.

"Ini pak buburnya?" Gadis itu segera meletakkan bungkus makanannya keatas nakas,bersebelahan dengan buket buah bawaan pak Gunawan.

"Siapa yang suruh kamu taruh di situ!!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience