6

Action Completed 2826

Rania terbaring lemah tatkala berjaya naik ke tilam. Leep mengiring sebelum meletakkan tangannya di atas perut Rania.

" Auw. " Keluh Rania sebelum berkaca matanya.

Leep mengeratkan lagi pelukannya. Empangan air mata Rania pecah membanjiri wajahnya. Teresak - esak dia menangis menahan sakit.

" Apa hal ? " Soal Leep dengan suara serak. Dia mengalihkan tangan perlahan - lahan.
Rania bangun menjauhkan dirinya daripada Leep.

Leep menarik kaki Rania sebelum bangun mendekatinya. Pipi Rania dipegang kasar.

" Aku tanya kenapa ? " Tekan Leep.
Rania hanya menggeleng.
" Kau fikir aku bodoh ? Tak apa - apa tapi menangis. " Marah Leep.
" Sa. Sakitlah. " Balas Rania sebelum menepis tangan Leep dengan beraninya.
" Sikit - sikit sakit. Cengeng. " Perli Leep.
" Eh , tak sakit pun. Seronok. Memang seronok kena terajang. " Balas Rania sinis sebelum ketawa olok - olok.
" Siapa yang terajang kau ? Mari aku terajang dia balik. " Soal Leep pelik.

Rania menarik nafas dalam sebelum menunjuk ke arah Leep. Leep menunjukkan jarinya ke mukanya. Rania mengangguk.

" Kau jangan cakap sesedap mulut sahaja. Aku tak buat pun. Kau tuduh - tuduh. Nanti aku terajang betul baru tahu. Nak aku terajang kau ? " Marah Leep.
" Aku tak tuduh. Memang kau terajang aku. Memang hobi ke terajang orang ? " Balas Rania sambil menjauhkan diri daripada Leep.
" Bila ? Kau jangan nak memandai. " Soal Leep tak puas hati.
" Masa aku nak naik sini tadi. Sebelum kau marah tak tentu hala. Kenapa nak terajang lagi ke ? " Balas Rania takut - takut dan bersedia untuk lari.
" Oh , aku ingat aku mimpi. Maaflah. Teruk ke ? " Kata Leep.
" Aku nak tidur belakang kabinetlah. " Kata Rania sambil menukar topik.
" Tak boleh. Nanti kau lari. Duduk sahaja sini diam - diam. " Marah Leep.
" Bolehlah. Aku tak lari. Aku janji. Tak sanggup aku dibelasah lagi. " Rayu Rania lemah.
" Tak boleh aku kata. Kau duduk sini diam - diam. " Balas Leep geram.
" Untuk apa ? " Soal Rania lemah.
" Kau tengok sana. Ada bantal ? " Balas Leep sambil menunjukkan ke arah kepala tilam.
" Tak naklah. Sakit aku. Tolonglah. " Rayu Rania lagi.
Leep menggeleng - gelengkan kepalanya sebelum menarik Rania agar kembali berbaring. Sengaja dia meletakkan kepala Rania di dadanya.
Rania meronta - ronta mahu bangun sementara Leep terus memeluknya. Dia berusaha keras agar dilepaskan. Akhirnya pelukan Leep terlerai. Rania bergerak ke bucu tilam untuk turun. Leep segera menarik tangan Rania.

" Saya nak pergi tandas. Lepaslah. " Kata Rania sebelum menarik tangannya.
" Kalau saya tak bagi ? " Soal Leep.
" Habis nak saya buang air dekat sini ? " Balas Rania geram.
" Berani ke ? " Soal Leep lagi.
" Lepaslah. Sakit tahu tak ? " Balas Rania menyampah. Lambat - lambat Leep melepaskan tangan Rania.

Sebaik sahaja keluar dari tandas , Rania bergerak menuju ke sofa di belakang kabinet yang sudah dianggap sebagai tilamnya. Dia duduk di hujung katil. Termenung merenung nasibnya.
Selang beberapa minit , Leep datang menarik tangan Rania. Rania menarik tangannya semula.

" Tak percaya sangat saya. Ikatlah kaki tangan saya. Saya nak tidur sini. Awak tidurlah sana. " Pinta Rania letih.
" Tak apalah saya tidur sini juga. " Kata Leep sebelum memegang bahu Rania.

Rania beralih duduk di lantai. Dia menangis semahu - mahunya.
Leep mencempung badan Rania sebelum meletakkannya di atas tilam sebelum menutup langsir.

" Okey beritahu saya apa masalah awak sebenarnya. Sementara saya masih bertolak ansur. " Kata Leep serius.
" Saya cuma nak tidur sendirian. " Balas Rania dalam tangisnya.
" Mati ke tidur dengan saya ? " Soal Leep geram.
" Tak. Tapi satu badan saya sakit. Saya tak boleh diusik. Berkali - kali saya jatuh hari ini. Dengan awak suka pukul saya lagi. " Balas Rania dengan esakan yang lebih teruk.

Leep memeluk Rania tanpa sepatah kata. Rania menolak - nolak badan Leep sebelum terhenti sendiri akibat kepenatan. Rania membiarkan Leep memeluknya dalam sendunya sendiri. Seiring masa berlalu , tangis Rania semakin berkurang sebelum akhirnya terlena sendiri dalam pelukan Leep.
Leep membaringkan Rania di sebelahnya sebelum turut berbaring dan terlena.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience