Puisi 9

Poetry Series 862

Guguran air menyembah tanah.
Bumi sudah dijamah resapan hujan senja.
Redup.

Seredup hati yang sedikit terguris.
Dalam terpaksa mencipta senyum palsu.
Mata tepat memandang sosok tubuh
yang berdiri kaku.

Waktu yang terlalu awal,
atau aku yang terlambat?
Mengapa harus pergi dan
mencipta kesesalan?

Semesta seakan-akan membenarkannya pergi.
Hujan yang menjatuhkan lara
perlahan mulai teduh.
Ku larangnya melangkah,
namun tak diendah.

Sudahlah hati.
Sejatinya, dihujung tiap pertemuan,
kita harus berpisah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience