Bab 28

Romance Completed 25593

BAB 28

Sebuah lengkingan keras membuatku dan Vian terkejut,

Dan rasanya aku benar-benar ingin menghilang saat ini, ketika melihat di balkon kamar sebelah tepat di sisi kamar Vian, seseorang dengan mata tajamnya menatap kami dengan penuh emosi.

Ini akan menjadi akhir dari semuanya atau awal dari semuanya. Hidupku ditentukan mulai detik ini. Kalau boleh memilih aku tak mau berada di sini, semuanya benar-benar tak bisa kutelaah lagi .

Braaaakkkk!!!

Suara pintu kamar terhempas dengan keras, membuat tubuhku menggigil ketakutan. Tapi dekapan hangat dan kuat mendekap tubuh mungilku erat. Vian bergeming di tempatnya, saat melihat Ryan melangkah dengan penuh emosi menuju ke arah kami.

Tapi tiba-tiba tanganku ditarik dengan kuat oleh Ryan membuat tubuhku menjauh dari pelukan Vian. Vian menahan tanganku yang satunya, dan yang satu lagi di tarik Ryan dengan keras. Mereka berdua menyakiti kedua pergelangan tanganku.

Keduanya sama-sama terdiam tapi saling menatap,

membuatku bingung berada di tengah-tengah mereka.

“Lepaskan, Mas.” kali ini Vian yang membentak Ryan

membuat Ryan makin mencengkeram tanganku.

“Awhhhhh.” Aku benar-benar kesakitan karena

cekalan tangan Ryan yang sangat kuat itu.

Vian menatapku iba.

“Mas, lepaskan!!! Kau menyakiti Aline!”

“Tak akan kulepaskan, dia milikku, dan kenapa kau menciumnya, huh?” Kali ini suara Ryan menggelegar menandakan dia benar-benar menahan emosinya.

Matanya menggelap karena emosi.

“Dia istriku, Mas, istri sahku di dalam agama dan juga negara, kau tak berhak,” jawab Vian kali ini.

Kepalaku tiba-tiba terasa pening, perutku mual dan juga tubuhku makin menggigil, tanganku juga makin terasa sakit.

“Istrimu? Kebohongan dari mana ini? Kau juga mencintainya? Kau berkhianat artinya, Yan, kau kan tahu aku mencintainya. Sangat mencintainya, tapi kenapa kau tega melakukan ini!!“ teriak Ryan ke arah Vian.

Tubuhku telah mengeluarkan keringat dingin. Mataku makin berkunang-kunang.

“Semua tak seperti yang kau pikir, Mas, kau sudah lama tak bertemu Aline, bahkan kau sudah menikah dengan mbak Sisca, kau tak peduli dengan Aline, lagipula aku tak tahu kalau Aline adalah wanita yang kau cinta selama ini, lepaskan Aline dan ikhlaskan dia.”

Tangan Ryan kurasakan makin mencengkeram pergelangan tanganku, tapi kemudian tubuhku seakan terlepas membuatku limbung dan semuanya tampak berputar. Kupegangi kepalaku dengan kedua tangan, dan sebelum semuanya menghilang aku melihat Ryan menghantam Vian dengan keras.Lalu semuanya gelap.

*****

Pening, lemas, dan mual. Hal itu yang kurasakan pertama saat kubuka mata. Bau obat yang tak kusuka langsung menusuk indera penciumanku.

“Mbak, alhamdulilah akhirnya sadar juga.”

“Evan?” aku mengernyit melihat Evan sudah duduk di samping ranjang. Kupaksakan diri melihat sekeliling. Aku berada di dalam kamar, pasti ini rumah sakit.

Tiba-tiba ingatanku kembali menyeruak. Teringat saat Vian limbung terkena pukulan Ryan.

“Van, Vian?” tanyaku panik ke arah Evan.

Tapi Evan menahan agar aku tak terbangun.

“Mbak, istirahat dulu, mbak Aline tak boleh banyak bergerak.” Evan membaringkanku kembali di atas ranjang. Tapi hatiku tak tenang karena belum mengetahui keadaan Vian.

“Bagaimana aku bisa di sini, dan Vian mana, Van?” cecarku ke arah Evan dan membuatnya menghela napas. Lalu mengangguk dan kemudian bersedekap di depanku.

“Tadi Vian meneleponku suruh menjaga mbak Aline dulu di sini, sementara dia sekarang sedang melihat keadaan mas Ryan mbak,” jelasnya membuatku tertegun.

“Ryan? Memangnya dia kenapa?”

‘”Mas Ryan, setelah memukul Vian, tiba-tiba memegang kepalanya dan kemudian jatuh tak sadarkan diri tepat setelah mbak Aline juga terjatuh, tadi Vian yang menceritakannya kepadaku, dan kalian berdua langsung dibawa ke sini.”

Hatiku mencelos mendengarnya. Kenapa semua menjadi rumit begini?

“Mbak istirahat lagi ya, masih pusing?” Evan mengusap rambutku dengan sayang.

Aku hanya mengangguk dan mencoba memejamkan mataku kembali .Aku tak boleh egois, bayi di dalam kandunganku ini harus tetap sehat.

*****

Hangat, tubuhku terasa hangat, ada rasa nyaman juga yang menyelusup membuatku makin bergelung dengan hangat.Tapi reflek mataku langsung terbuka saat kurasakan napas hangat menerpa wajahku.

Jarak yang begitu dekat, membuatku bisa menatapnya. Wajah bocahku ini, tampak tertidur pulas. Dia suamiku yang sudah mendekap erat hatiku. Gurat kebiruan tampak di rahang pipi kanannya. Membuatku meringis, itu pasti bekas pukulan Ryan tadi. Kuusap perlahan memar itu, tapi tanganku tiba-tiba digenggamnya.

‘”Sudah puas menatap wajahku,” suara Vian yang lembut membuatku tersipu meskipun dia masih memejamkan matanya.

“Sakit, ya?”

Vian membuka matanya dan langsung mencium keningku.

”Tak terasa apa-apa, Sayang sudah tak pusing atau mual? sekarang pasti lapar ya makan, yuk,” ucapnya dan melepaskan pelukannya lalu bangkit.

Dan saat itulah aku tersadar kalau ini bukan di rumah sakit tadi sebelum aku tertidur. Ini sebuah kamar, kulihat kamar ini tak luas, tapi tampak rapi dan simpel. Semuanya didominasi dengan warna biru. Ini juga bukan kamar Vian di rumahnya. Lalu aku di mana?

“Yan, kita di mana?” tanyaku bingung.

Vian memakai sweaternya lalu melangkah mendekat ke arahku dan mengambil satu gelas susu yang sudah tersedia di atas nakas.

“Minum dulu, ya, biar dekbay juga sehat,“ ucapnya tanpa menghiraukan pertanyaanku.

Aku kemudian menurut dan meneguk susu itu. Tapi rasa mual membuatku menyerahkan susu itu kembali kepadanya.

“Aku mual.”

“Tapi Cinta harus minum, atau mau makan apa?”

Aku kembali menggelengkan kepalaku, ”Di mana kita, Yan,” cecarku tak sabar.

Vian akhirnya meletakkan gelas susu itu kembali di atas nakas, dan kini beringsut duduk di sampingku.

“Kita di Solo, Mbak, tepatnya di dalam caféku, ehm café milikku dan kedua temanku.” Ucapannya membuatku membelalak.

“Kau membawaku kemari? Tadi?” Kulihat Vian mengangguk.

”Maaf, tapi ini harus kulakukan, Mbak, kita harus pindah dan menghilang dulu dari keluarga Atmawijaya,” ucapnya, membuatku mengernyit.

“Maksudnya apa?”

Vian menghela napasnya tapi kemudian menarikku ke dalam pelukannya. Dikecupinya rambutku dengan sayang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience