Yaaa… Aku mau nya cuma kamu?? Bukan dia, hanya kamu yang ada dipikiranku saat ini dan mungkin entah sampai kapan. Cuma kamu, bukan Tito yang mamberikan aku sebuah kalung pada waktu ulang tahunku kemarin. Bukan juga Willie, sahabatku dari kecil yang tiba-tiba saja berbalik menyukaiku dan nekat menyatakan cintanya. Hanya kamu….. Seseorang yang jauh disana…jauh sekali. Bukan ratusan tapi ribuan kilometer jaraknya. Terpisah antara jarak dan waktu, musim bahkan benua. Dialah laki-laki yang telah mampu meluluhkan hatiku. Yang telah lama membatu bahkan mungkin sudah seperti fosil yang di baru saja di temukan dari ribuan tahun lalu yang terpendam sangat dalam.
Kisah ini berawal dari beberapa tahun yang lalu. Laki-laki itu datang ketika aku masih trauma dengan masalah percintaan. Di tinggal diam-diam menikah dengan pacar adalah hal yang paling menyakitkan dan suatu penghianatan, itulah pengalaman yang sangat pahit dalam hidup ini. Semenjak itu aku tidak percaya, bahkan malas berhubungan dengan yang namanya laki-laki. Pikirin ini hanya tertuju pada satu-satunya usaha butik yang aku miliki, menyenangi orang tua dan tentunya menyenangi diriku sendiri. Sudah hampir tahun ke tiga aku menjomblo dan yang aku dengar, mantan pacarku sudah mempunyai bayi yang mungkin sangat lucu. Hmm…..jujur saja aku tidak mau membayangi bahkan memikirkannya untuk saat ini. Aku sangat menikmati kesendirianku. Bila malam minggu tiba, aku keluar pergi dengan teman-teman dekatku, tertawa, bergosip, gembira???? Wahhh senangnya hati ini dan damn….aku paling malas jika mendapat undangan resepsi perkawinan. Selain bingung siapa yang mau aku ajak untuk dijadikan pasangan sementara, aku juga malas bila ada yang mulai bertanya sudah punya pacar belum?? Atau kapan mau menikah?? Bertahun-tahun pertanyaan itu yang membuatku rasanya ingin teriak……..pusiiinggggg……
Dia bernama Afla, laki-laki itu muncul bersama dengan teman dekatku Eddo. Malam itu mereka sengaja datang kerumah, kerana aku berjanji pada Eddo akan membawakannya oleh-oleh yang aku beli dari Bali.
“Kenalin nih Cha, teman gue kata Eddo sambil melirik kearah laki-laki yang berada di samping kanannya”.
“Afla…. katanya memperkenalkan diri”.
“Aku Ocha jawabku sambil meraih tangannya”. Dan kami pun berjabat tangan.
Tiba-tiba jantung ini berdetak sangat cepat, untuk menatap matanya saja sepertinya aku tak sanggup. Yaaa Tuhan ada apa dengan diriku sekarang, kenapa laki-laki ini membuat aku gemetaran. Dan aku yakin dia manusia bukan mahluk gaib, tetapi kenapa sekujur tubuhku lemas didekatnya. Atau kah dia seorang malaikat yang kau beri untuk menolongku. Atau kah dia yang ada di impianku selama ini, seseorang yang menarik tangan dan mencoba menolongku ketika aku terperosok kedalam lubang yang dalam setelah di tinggal pergi oleh mantan pacarku. Ataukah sekarang aku sudah mulai gila kerana ingin sekali menemukan orang yang menolongku di impian itu, yang sudah hampir tiga tahun lalu lamanya. Tak sedar aku pun menarik napas panjang dan mencoba untuk mengatur nafas ini yang mulai tidak kompak dengan irama detak jantungku.
“Kenapa loe Cha, Tanya Eddo sambil menatap tajam diriku”.
Mendengar pertanyaan Eddo aku pun mulai tersedar dari dunia khayalanku ini. Dan seperti orang bodoh aku tersenyum di hadapan mereka berdua.
“Yeeee…… di Tanya malah senyum-senyum doang kata Eddo yang terlihat bingung”.
“Kerja dimana Fla, tanyaku yang mulai berbasa-basi”.
“Kebetulan sekarang aku sedang berkerja di Toronto, hmm…aku pulang ke Indo lagi liburan aja nih, mumpung dapat cuti dari kantor jawab Afla yang masih saja memandangiku”.
“OOHHHHH….. aku pun tersenyum”.
Dalam hati, ingin sekali aku menepuk jidad ini dan berteriak, Gileeee jauhh amat,…. Ternyata dia tinggal di Canada?? khayalanku pun mulai meninggi lagi.
“Woooyyyy……. Kok bengong lagi loe??? Teriak Eddo sambil menjuleki kepalaku ”.
“Ahhhhhhh…… loe jangan main julek-julekin aja dong, kepala orang kan di fitrahin tauu?? teriakku sewot sambil mencubit lengan Eddo”.
Aku menatap Afla sedang tertawa melihat kelakuanku yang mungkin mulai aneh ini.
“Kamu kerja dimana Cha, tanya Afla”.
“Hmmm….. dia itu pengusaha Butik, Fla potong Eddo”.
Aku mengganggukan kepala tanda setuju dengan jawaban Eddo.
“Aku punya Butik kecil-kecilan, usaha biasa aja kok, kataku yang mulai tidak percaya diri”.
Afla pun menatap diriku kembali sambil tersenyum.
Malam itu menjadi awal pertemuan kami berdua. Keesokan harinya kami bertiga pergi menonton film dan menemani Afla jalan-jalan selama ia di Jakarta. Di akhir bulan Mei, Afla pulang ke Canada. Sebelum ia pergi Afla sempat menelefonku. Dia mengucapkan terima kasih kerana aku telah menemaninya selama ia ada di Jakarta, dan dia berpesan.
“Cha jangan lupa yaa kabar-kabarin aku kalau nanti aku sudah di sana kata Afla”.
“Sippp….. beres Fla, nanti kita saling kontak yaa jawabku”.
“Sebenarnya aku masih kepengan banget di sini, tapi cuti kerja ku sudah habis kata Afla”.
“Jangan lupa kapan-kapan balik ke Indo lagi yaa, nanti kita jalan lagi okie….. jelasku”.
“Okei…. Jawab Afla sambil tertawa”.
Share this novel