TAHU-TAHU terjojol seorang yang tertentu. Seorang lelaki berumur dalam lingkungan 30 tahun. Seorang lelaki tinggi dan kurus, memakai serba hitam. Dia berdiri terpacak berhadapan muka dengan Chomel dan Louis.
Wajahnya yang berjanggut sejemput itu direnung tepat-tepat oleh Louis. Orang itu memang benar-benar dikenalinya.
Chomel merenung wajah Louis tenang-tenang. Ada yang hendak dipastikannya.
Louis sengetkan sedikit kepalanya ke arah Chomel. "Please do not be alarmed. There is nothing to fear."
Chomel merenung mukanya dengan pandangan curiga. "I guess you two know each other?"
"Oh, we're old friends," kata Louis dengan yakin.
"Been looking all over for you," sapa yang datang itu dengan tiada tekanan. Dia menggaru-garu pipinya.
"So you managed to find me." Louis memperlihatkan sikap acuh tak acuh saja.
"It's not without difficulty. You don't stay any place too long."
"If you don't have any organization to protect you, moving around is the next best thing. So I never stay anywhere more than a week and that's the way I wanna keep it."
Orang itu menatap kepada Chomel. Keraguannya timbul. Lalu menoleh kepada Louis dan dia pun bertanya, "Who is that with you?"
"Oh, this? Just someone who enjoys my company."
"Hello. My name's Chomel." Chomel menguntum senyum.
"I am Marcus Aquila, the Prefect of the New World Tribe." Dia menggaru-garu pipinya lagi.
Dahi Chomel berkerut memikirkan makna percakapan Marcus itu. "I don't get what that means."
"There's more of us out there. We're everywhere. We keep the existence of our kind a secret. We don't make spectacles of ourselves, and we don't kill conspiously. Vampires only kill what they need to survive. One or two people a month. This area is under the domination of two vampire tribes. The Nightstalkers and The After Dark. They are so fierce, they're feared by all tribes in the area," Louis menjelaskan.
Chomel memahami apa yang dinyatakan oleh Louis. Dia jeling Marcus dengan ekor mata.
Marcus merenungi Chomel.
"I can assured you, I mean you no harm. Honestly, you're in no danger from me." Lembut saja suara Marcus. "I'm mainly here on personal business."
Chomel diam mengawasi. Dalam hatinya berterjunan tanya. Tetapi tidak mahu dilepaskan.
Sejurus kemudian Marcus memutar pandangannya ke arah Louis. Tiba-tiba suaranya jadi tajam. "Now let's get down to business. I've been wanting to talk to you."
"What about?"
"Let's talk about Celine and her daughter. Where are they now?"
Louis bangun berdiri, maju ke depan lalu berkata dengan tidak gentar, "You looking for Celine and Eve? What am I, Wikipedia? Yeah, well you just forget it."
Marcus menggeleng-geleng. Dia tidak setuju.
"Somehow Louis, I don't think you're in much of a position to refused anything," rengus Marcus memperingatkan. Pandangannya seperti seorang mengejek.
"I suggest you tell me where they are right now." soal Marcus kerana hendak menghilangkan keraguannya.
"Far away from here. In a safe place," tegas Louis, angkuh.
"Louis, your lack of cooperation is amazing. Must you be so uncooperative, Louis?" Marcus mendesak sambil melepaskan cebikan mencemuh yang getir sekali. Dia tidak puas. Keterangan Louis sangat sedikit. "I'm afraid you don't have that luxury."
Secepat kilat beberapa vampire mendadak sudah berada di sisi Marcus. Berdiri diam, bergerak tidak, bertutur tidak. Siap sedia untuk menerima arahan.
Chomel macam mahu mengatakan sesuatu, tapi tidak terucap. Bibirnya tetap terkunci rapat-rapat. Dalam itupun fikirannya masih menjalar.
"Everyone here, they're vampires," Marcus berkata. Dia menoleh pada pengiring-pengiringnya. Bilangan mereka terlalu ramai. Pada perhitungannya mungkin 14 vampire. Muka mereka kelihatan garang, segarang api neraka.
"Reinforcement, Marcus? How many?" tanya Louis.
Marcus tersenyum mendengarkan pertanyaan Louis. "Oh, there's 14 of them. You are outnumbered. By a lot."
"Yeah, that's a lot," Louis menentang pandang Marcus. Dia tak terdengar ketakutan, kerana dia memang tidak takut.
Louis merenung setiap muka mereka. Mereka, lelaki, perempuan, menatap kembali kepadanya dengan menyeringai. Seringai ini membuat wajah mereka tampak begitu menyeramkan kerana dua gigi seri bahagian atasnya membentuk ujung tajam.
Marcus tersenyum licik. "All you got to do is cooperate with me. Now, what's it going to be?"
Tiba-tiba Chomel yang sejak tadi hanya mendengar, terus berdiri dan maju ke depan. Matanya mempelajari keadaan kelilingnya. Diperhatinya muka setiap yang hadir.
Vampire berhidung mancung yang paling dekat dengan Marcus mencuri perhatiannya.
"Pay attention. This might be a shock," Chomel berkata penuh yakin. Dia yakin ini, sebab itu dia tidak pernah gusar dalam menempuh sebarang bala.
Telunjuk jarinya yang runcing menuding ke arah si hidung mancung. Gelodak rasa yang sejak tadi tertahan, tidak mampu dibendung lagi.
Dengan tak semena-mena, jaket yang dipakai si hidung mancung terbakar. Api yang membakar jaket itu panas bagai bara.
Akibatnya si hidung mancung itu terkejut bukan kepalang. Terhenjut-henjut dia menanggalkan jaketnya.
Mereka berpandangan antara satu sama lain. Mereka bagai terpukau dengan hakikat itu. Tidak lama kemudian mereka semua mengalihkan pandangan ke arah Chomel.
Pontianak itu memiliki kebolehan semula jadi apabila mampu menghidupkan api serta-merta dengan menuding telunjuknya. Mukanya dipalingkan ke arah yang lain.
Chomel berkata, "Now, thing may seem strange. Really strange. But stranger things happen every day."
Dia menuding telunjuknya ke arah vampire yang mukanya berparut. Seperti tadi juga, sasarannya tetap ke jaket yang dipakai.
Marcus melihat dengan mata terbeliak dan dengan sedikit kejutan pada detak nadi. Bagaikan tidak percaya terhadap apa yang berlaku di hadapannya itu.
"All right, who's next?" kata Chomel dengan nada suara yang agak keras. Penuh semangat. Dia sedar bahwa dia berbicara terlalu lantang, tapi dia tak dapat menguasai dirinya lagi. Lepas satu wajah ke satu wajah Chomel tenung.
Mereka pun tercengang. Merenung sama sendiri. Sesekali mereka merenung muka Chomel, dengan penuh tanda tanya.
Sesuatu perkara yang tidak pernah dibayangkan berlaku ke atas mereka. Petaka apa ini? Kecemasan merentap tangkai hati mereka. Hati mereka kerusuhan terus.
Marcus mengerutkan wajahnya. "I'm shocked. I've never seen anything like this."
"I can make things burn without touching them. I can make bad things happen to people who are mean to me. So, is this startling? I do it any chance I can get. I get a lot of fun out of it"
"How did you do that?"
"You know what I am?" Chomel membalas, terlalu angkuh bila bercakap dengan Marcus.
Marcus menatapnya dengan tajam dan untuk pertama kali dalam hidupnya, dia berasa seolah-olah ada sesuatu yang begitu menggoncangkan hati.
"Neither vampire nor lycans. I don't have a damn clue what the hell you are." Di ruang kepalanya terkumpul pelbagai pertanyaan.
Dia melihat Chomel tersenyum kecil memandang wajahnya.
"Well, it's hard to explain. Someone can go and do research in Internet and figure out what I am."
"This is something I have to look into," Marcus menoleh pada Louis. "Quite a find, Louis.Where in hell did you find her?
"I didn't find her. She found me," Louis menjawab bersungguh-sungguh.
"What gives you the right to interfere?" tanya Marcus.
"What do you care? I'll tell you what. Why don't you be real smart and use your head. Start walking now and go back where you came from," Chomel mengusulkan, tidak terlalu lembut, tak terlalu keras.
Marcus merenung usul itu sejenak. Akhirnya dia mengalah dan mengangguk-anggukkan kepalanya tanda bersetuju. Dalam keterpaksaan demikian, akur yang diberi memang tidak ikhlas.
"I think that's exactly what I ought to do." Marcus juga sedar. Sikap menentang Chomel hanya akan membawa padah. Keadaan akan bertambah buruk.
"I suggest you make haste."
Chomel menoleh kepada puaknya yang tidak kurang dari 14 vampire. Semua mata memanah Chomel. Mereka nampak resah. Hati mereka bagai dicubit.
Dimaniskan mukanya dan berkata memberi arahan, "That goes for the rest of you. You all get going now and leave us be!"
"We're leaving now," dengus Marcus. Kecewa. "Hope to see you again someday."
"Not while I'm conscious, you won't," jerkah Chomel dengan tenang, tetapi tegas, seperti mencabar Marcus. Dia memandang jauh ke dalam mata Marcus.
Marcus merengus geram.
Selepas itu mereka bersurai. Masing-masing beredar dengan arah tujuan tersendiri.
Louis mendekati gadis itu.
"Hey, you're pretty damn good at that," kata Louis. "How do you do it?"
"Years and years of practice. It's just a matter of practice and getting use to it. You looked confused about it."
"I am," kata Louis, pendek.
"You still don't know anything about me."
"It is, indeed, a Pandora's box. What else is there to know?"
"Some day, when I get to know you better, I'll tell you. Until then I must ask you to be patient."
Share this novel