" Habistu nama kau apa? " .
" Luna " .
Rizqin ketawa terbahak-bahak.
Dengan pantas Luna menampar lagi bahunya.
" Kau apahal? " soalnya marah.
" Nama kau dah macam colour pensil. Luna kan Hahahha " .
" Ishh tak guna. Kau jangan main-main ea dengan nama aku. Aku tumbuk muka kau nanti " Luna menunjukkan penumbuk nya pada Rizqin.
" Relax relax aku gurau jer lah. Cuma pelik jer nama kau " .
" Arwah abah aku bagi. Maksud Luna tu bulan. Dia umpakan aku macam bulan yang menerangi hidup dia dan mak aku " Luna tertunduk sedih. Sayu hatinya mengenangkan arwah abah nya.
" Sorry Luna. Aku takda niat nak buat kau sedih pun " .
" Takdalah. Aku okay jer. Jom " .
" Pergi mana? " soal Rizqin.
" Lepak mamak. Kita pekena teh tarik dengan roti canai " .
" Ishh taknak lah aku. Kalau nak makan pun, kita pergilah kedai lain. Ada ke lepak mamak. Mana ada class " .
" Amboi Amboi sedap mengutuk, ada class bagai. Banyak duit nak makan tempat lain? Dah jom " Luna terus menarik tangan Rizqin.
Rizqin hanya menurut.
" Roti kosong 2, teh tarik 2 " pesan Luna pada pelayan itu.
Rizqin hanya diam. Matanya masih lagi memerhati sekeliling.
" Luna aku tak selesa lah. Jom kita balik " .
" Eh kau jangan macam-macam ea. Aku dah order tau " .
Luna memandang tepat wajah Riqzin.
" Kenapa kau pandang aku macam tu? " soalnya.
" Kau cakap kau tak selesa, habistu selama ni kau makan kat mana? Restoran 5 star? " .
Riqzin mengangguk. Sepanjang usianya tidak pernah dia menjejaki kedai mamak. Inilah kali pertama.
" Penipu lah. Tengok gaya kau ni macam orang takda pedoman hidup. Ada duit ke nak makan restoran mahal tu? ".
" Mulut kau ni kan, aku sepit pakai sepit baju baru kau tahu. Kau pernah tengok CEO macam aku ni lepak mamak? Makan kat kedai tepi jalan? Eh memang tak lah " .
Luna ketawa terbahak-bahak.
" CEO? Oii berangan ke apa? Muka selebet macam ni CEO? " .
" Luna, aku ni CEO. CEO Kiara Holdings. Selebet kau cakap? Mata kau rosak ke apa? Punyalah hensem aku ni " .
Luna membuat gaya ingin muntah.
" Hensem? Ya Allah nak muntah aku. Kau nampak tak pakcik tu? " Luna menunjukkan jarinya pada seorang lelaki tua berdekatan meja mereka.
Rizqin memandang ke arah lelaki itu.
" Kemapa dengan dia? " soal Rizqin lurus.
" Dia lagi hensem dari kau. Tengoklah diri kau, rambut serabai. Jambang berserabut. Muka tak mandi. Nasib baik tak bau busuk, kalau tak memang taklah aku nak makan dengan kau " .
Rizqin meraba jambang di wajahnya. Agak serabut. Mana tidaknya, sudah 2 tahun dia tidak mencukur. Begitu juga dengan rambut, sudah 2 tahun dia tidak memotong nya.
" Buruk sangat ke muka aku Luna? " soalnya pada Luna.
Luna ketawa lagi.
" Buruklah jugak. Nanti kalau amu jujur sangat, kecik pulak hati kau " .
" Kau ni Luna, jahat lah. Sampai hati kau kan " .
Seorang pelayan datang menghantar makanan dan minuman yang dipesan sebentar tadi.
" Terima kasih " ucap Luna pada pelayan itu.
" Makan lah " .
Rizqin memandang makanan di hadapannya, agak menyelerakan.
" Eh Riz, makan jer lah. Kau tenung apa? " .
Rizqin mengambil garpu dan sudu lalu memotong sedikit roti kosong di dalam pinggan nya itu.
Roti itu disuapkan ke mulut. Perlahan-lahan dia mengunyah.
" Luna! " matanya terpejam menikmati roti kosong itu.
" Eh kau kenapa? " soal Luna kaget.
" Sedapnya " Rizqin dengan pantas menghabiskan roti itu.
Luna tersenyum sinis.
" Tadi cakap takda class lah. Takda selera lah " perli Luna.
Rizqin tersengih memandang Luna.
Share this novel