BAB 8

Horror & Thriller Completed 214

“Arsey.”

“Hm, ada apa?”

“Sepertinya dia trauma.”

“Kerana apa?”

“Kerana perlakuan kita padanya.”

“Kau tahu dari mana kalau dia trauma?”

“Aku melihat di buku diary-nya. Dia bahkan menuliskan tanggal, jam, menit, dan detik waktu kita minta maaf padanya. Menuliskan saat-saat dimana kita menyiksanya beserta kapan itu berakhir dan juga menulis daftar berapa kali kita berbuat baik padanya dalam seminggu. Dia menulis segala hal yang menimpanya dengan sangat teliti. Sepertinya dia sangat tertekan dengan ini semua.”

“Lalu?”

“Aku fikir , dia tidak percaya akan kesungguhan kita meminta maaf padanya.”

“Lova itu masih kecil. Dia hanya perlu diperlakukan dengan manis. Hatinya pasti langsung luluh.”

“Aku tahu itu. Tapi ada satu hal lagi yang sempat kubaca di bukunya. Sesuatu yang sangat penting.”

“Apa itu?”

“Lova merancang untuk bunuh diri.”

“Kenapa boleh sejauh itu? Padahal kita sudah baik padanya selama kurang lebih tiga hari.”

“Itu kan belum seberapa. Toh kita pernah tidak mengganggunya selama seminggu penuh dan minggu berikutnya kita kembali mengganggunya. Aku yakin Lova meragukan kita. Bahkan Lova menuliskan bahwa pembawaan kita nyaris sama dengan Madame. Potts penghuni panti jompo di sebelah rumah.”

“Ah. Jangan terlalu terbawa suasana. Lova memang suka melebih-lebihkan sesuatu perkara mahupun keadaan.”

“Aku harap itu tak terjadi.”

“Itu tak akan terjadi Esra .” Arsey berdiri dan beranjak meninggalkan Esra . Dia keluar dari rumah lalu mengambil sepeda di gudang. Dia mengayuh sepeda menuju jalan di sebelah kanan depan rumahnya dan baru berhenti di depan sebuah bangunan yang menyerupai menara katedral tua dengan lonceng besar di puncaknya. Arsey masuk ke bangunan itu setelah menyandarkan sepedanya di sebuah pohon.

When you are unhappy

The devil wears a grin

But oh, he starts to run in

When the light comes prowling in

Lova terus menggesek sebuah biola besar. Gerakannya sebat seperti orang kesurupan. Lagi-lagi dia menyanyikan lagu kesukaannya. Sepertinya dia begitu menikmati gesekan biolanya berpadu dengan suara merdunya. Lova memang punya bakat bermusik luar biasa. Dia sudah berkali-kali tampil di berbagai pentas. Mulai dari pentas di gereja hingga acara sekolah.

I know he’ll be unhappy

Cause I’ll never wear a frown

Maybe if we keep on smiling

He’ll get tired of hanging around

Lova terus bernyanyi disertai gesekan biola yang semakin terdengar sulit. Tiba-tiba sebuah suara ikut bernyanyi menyambung lagunya.

If forget to say my prayers

The devil jumps with glee

But he feels so awful, awful

When he sees me on my kness

So if you feel of trouble

And you never seem to move

Just open up your heart

And let the sun shine in

Suara yang berasal dari mulut Arsey. Lova menghentikan permainan biolanya kemudian mendelik ke arah Arsey. Penggesek biola di letakkan di dekatnya.

“Ada apa Arsey?”

“Suaramu semakin bagus.”

“Siapa yang meragukannya?”

“Aku!”

“Kenapa?”

“Aku meragukannya seperti kau meragukan permohonan maafku dan Esra .”

“Kenapa meralatnya sekarang?”

“Aku kecewa.”

“Orang sepertimu tak pernah merasa kecewa melainkan selalu ingin membuat orang merasa kecewa. Kau fikir aku percaya. Permohonan maafmu sudah berulang kali. Aku masih mengingat dengan jelas Arsey. Pernah sekali kau di suatu siang meminta maaf padaku sambil menangis dan malam harinya kau merusak mainanku. Ingatanku sangat tajam Arsey.”

“Tapi kali ini lain Lova . Kau benar-benar kejam.”

“Jangan mengataiku dengan bermacam-macam kata buruk sebab semuanya lebih pantas untuk ditujukan padamu. Bukan kepaadaku!”

“Lova . Aku ti…”

“Sudahlah kau dan Esra hanya pura-pura. Jangan harap aku akan tinggal diam. Aku akan melakukan apa pun untuk menghentikan perlakuan burukmu dan Esra . Aku akan bun…”

“Diam Lova !!!” Arsey membentak.

Lova terdiam kaget. Matanya berkaca-kaca. Gadis itu berdiri dan hendak beranjak pergi namun Arsey mencekal lengannya. Lova kaget disertai gerakan spontan melindungi wajahnya.

“Kenapa?” Lova mendengus. “Mau memukulku lagi? Silakan!”

“Tidak Lova .”

“Lalu apa?”

“Kenapa dengan lenganmu?”

“Kenapa katamu? Kau ini sudah pikun ya? Ini itu luka bakar sayangku. Bekas pijakan setrika tempo hari kasihku. Setrika panas yang kau genggam itu cintaku.” Lova berusaha melepaskan lengannya dengan tarikan sebat namun Arsey mencekalnya lebih erat lagi.

“Lepaskan!!!” Lova menjerit keras.

“Tidak Lova . Aku menyayangimu adikku.”

Arsey meraih tubuh Lova kemudian membawanya ke dalam pelukannya. Arsey memeluk tubuh mungil itu dengan sangat erat.

Tampak di jendela sepasang mata yang merah dan basah sedang mengintip. Mata Esra .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience