Entah berita itu telah didengarnya atau belum, untuk satu hal, aku ragu. Di dengar atau tidak tak akan mengubah apa pun, ia tetap kokoh dengan pendiriannya, dengan janjinya. Aku tahu ia ragu, kecewa, marah. Sorot matanya merekah. Sesekali memalingkan kedip, ketika satu pandang bertemu lurus dan saling tatap, sekilas, antara aku dan dirinya, sering ia membuang muka.
Bukan berarti aku tak kecewa, marah, ragu. Melihat wajah tampannya dengan tatap mata, adalah permata di antara berlian, adalah tangkai di antara ranting, sama indahnya, tapi kian memunculkan aura berbeza . Aura kenyamanan.
Share this novel