"ini pesanannya.silahkan dinikmati?" Ucap seorang pelayan sambil menaruh makanan dan minuman pesanan Adnan,bela,Gita dan juga rika diatas meja.
"Makasih mbak?" Ucap Adnan penuh keramahan.
Sang pelayan tersenyum manis.setelah selesai pelayan itu pun pergi meninggalkan Adnan dan yang lainnya.
Bela,Gita,dan Rika menatap mie ayam pesanan mereka penuh minat kemudian mulai memakan makanan tersebut.
"Makasih ya kak.udah traktir kita makan siang?" Ucap bela di sela aksi makannya.Adnan kembali mengumbar senyuman manis.
"santai aja.kayak sama siapa aja sih?" Ucap Adnan yang kemudian mulai menyantap mie ayam miliknya.
"Oh,ya Vania kemana??kok dia gak ikut ke sini?" Tanya laki-laki itu.
"Gak tau tuh.tadi sih aku udah bilang kalau kak Adnan mau traktir makan siang.tapi dia bilang gak mau ikut?" Jawab Gita.
Sebenarnya Adnan sedikit kecewa lantaran Vania tidak bisa ikut makan siang bersama nya.padahal dirinya ingin sekali bertanya banyak hal kepada gadis itu.terutama perihal Vania yang menangis di acara pertunangan Gilang beberapa waktu lalu.
"Mungkin Nia mau nenangin diri kali kak?" Ucap Rika tiba-tiba.
"Nenangin diri??" Adnan langsung mengentikan pergerakan tangannya yang akan memasukkan mie ayam kedalam mulut.lalu menatap kebingungan keempat gadis yang tengah bersamanya itu
"Ya.nenangin diri dari affair yang udah dilakuin sama pak Gilang?" Jawab Rika.
Adnan semakin tidak mengerti apa maksud perkataan Rika barusan.affair???Gilang,???apa hubungannya sama Vania???
"Maksud kamu gimana Rika??aku gak ngerti?" Ucapnya.
Rika yang baru sadar akan ucapannya langsung dibuat kelimpungan."*njir.lagi-lagi gue keceplosan?!" Gumam Rika kemudian langsung memalingkan wajahnya dari Adnan.
"Bela.gita.tolong jelasin sama aku.apa yang udah terjadi sebenarnya?" Adnan menatap penuh selidik bela dan Gita.
"A-anu kak?" Bela juga tampak kebingungan menatap adnan.aish,,dasar Rika ember.bisa-bisa nya dia keceplosan kayak tadi.sekarang dia harus menjelaskan apa kepada Adnan.
"Pak Gilang sama Vania pacaran kak???" Saat bersamaan pandangan semuanya tertuju ke arah Gita.
"Git,loe kok-"
"Gak apa-apa bel.kak Adnan berhak tau yang sebenarnya terjadi?" Potong Gita.
"S-sejak kapan?" Walau sedikit sakit hati dengan kenyataan itu tapi Adnan harus mengorek lebih jelas informasi tersebut.
"Sebelum kak Adnan pergi keluar kota?" Jawab gadis itu.Seketika Adnan terdiam memandangi mie ayam yang baru dia makan satu sendok.
===========
Setelah mendengar semua penjelasan dari Gita,Adnan langsung pergi menemui Gilang di kantor.
EMOSI???...jangan ditanya lagi.
Adnan sangat emosi saat ini.walau pun dirinya merasa sakit hati karena Vania lebih memilih Gilang dari pada dirinya.tapi Adnan tidak terima jika Vania disakiti oleh Gilang.
"Maaf pak.anda gak boleh masuk?" Ucap sekertaris Gilang menghadang Adnan yang hendak memasuki ruangan Gilang tanpa izin.
"Minggir kamu!!...saya mau ketemu Gilang!!" Adnan berusaha memegang gangang pintu namun tangan kekar itu langsung ditepis oleh sekertaris Gilang.
"Sekali lagi mohon maaf pak.hari ini pak Gilang sangat sibuk dan gak bisa di ganggu?" Jelasnya lagi.
Adnan berdecak kesal.tidak ingin bertele-tele lagi adnan pun langsung nyelonong masuk ke dalam ruangan Gilang.
"Adnan?* Gilang menatap kebingungan saat sang sahabat masuk ke dalam ruangannya secara tiba-tiba.
"M-maaf pak.tadi saya udah larang pak Adnan untuk masuk tapi-"
"Tidak apa-apa.kamu boleh kembali bekerja?* Ucap Gilang memerintah sang sekertaris.
"Baik pak?" Wanita itu pun mengangguk paham lalu segera pergi meninggalkan kedua laki-laki tersebut.
Gilang menghentikan aktivitasnya kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Adnan.
"Ada apa nan?" Tanya Gilang.
Adnan menatap kesal sang sahabat.kedua tangannya kini mengepal dengan kuat merasakan emosi yang menyelimuti dirinya.
"DASAR BRENGSEK!!" Dengan cepat Adnan membogem wajah Gilang.
"ADNAN!!!... APA-APAAN SIH LOE!!" Gilang menyentuh pipinya yang terasa sakit.dia sangat kaget dengan apa yang sudah Adnan lakukan kepadanya.
"DIEM LOE.BAJINGAN!!" Adnan melayangkan kembali pukulan diwajah Gilang hingga membuat sang sahabat jatuh tersungkur di lantai.
Masih dalam keadaan kesal Adnan menghampiri Gilang lalu mencengkeram kuat kerah jas sahabatnya itu.
"Dengerin baik-baik Lang!!" Sepasang mata Adnan menyorot tajam laki-laki didepannya.
"Mulai detik ini.jauhi Vania!" Ucap Adnan.
Gilang tersenyum kecut.dia baru mengerti sekarang akan maksud Adnan yang memukulinya bertubi-tubi seperti ini.
"Siapa loe!!..berani-beraninya ngomong gitu sama gue!!" Ucap Gilang balas menatap tajam adnan.
Gilang tertawa remeh saat Adnan tidak bisa menjawab pertanyaannya barusan.
"Gak bisa jawab kan loe!!" Melihat cengkraman Adnan melemah Gilang pun segera melepaskan tangan Adnan dari jas nya.
"Sampai Kapanpun Gue Gak Akan ngelepasin vania.paham loe!!" tegas Gilang kemudian segera bangkit dari lantai dan merapihkan kembali jas nya yang terlihat berantakan akibat ulah Adnan.
*JANGAN EGOIS LANG!!...LOE-"
"GUE GAK EGOIS NAN.GUE CINTA SAMA VANIA!!" ucap Gilang.
"TAPI LOE UDAH TUNANGAN LANG!!..KALAU LOE LUPA ITU!!" kali ini giliran Gilang yang terdiam.
"Loe.gak bisa perlakuin Vania kayak gini.vania berhak untuk bahagia?!" Ucap Adnan menekan setiap kata-kata nya.
Setelah puas meluapkan emosinya Adnan segera pergi meninggalkan kantor Gilang.
==============
Disebuah taman terlihat Vania tengah duduk sendirian di bangku.sambil termenung gadis itu melemparkan dedaunan ditangannya ke arah kolam ikan.
Tanpa Vania sadari dari arah lain Adnan datang menghampirinya.dengan membawa sekotak coklat dan boneka Teddy bear kesukaan Vania,laki-laki itu berniat menghibur princessnya.
"Jangan bengong gitu.nanti kesambet loh?" Ucap Adnan yang berhasil membuat Vania kaget melihatnya.
"Kak Adnan?" Gumam gadis itu.
Adnan tersenyum lalu duduk di samping Vania tanpa permisi terlebih dahulu.
"Kak Adnan tau dari mana aku ada disini?* Tanya Vania.
Sebelum menjawab Adnan memberikan barang bawaannya itu kepada Vania.
"I-ini..." Vania memandangi barang yang diberikan oleh Adnan.
"Untuk kamu?" Adnan menatap gadis disampingnya.
"Makasih kak?" Ucap Vania dan langsung diangguki oleh Adnan.
"Tadi aku sempet ke rumah.terus Tante Dea bilang kamu ada di taman ini?" Ucap Adnan menjawab pertanyaan Vania.
"Oh,Jadi mama yang bilang kalau aku ada disini?" Adnan mengangguk lagi.
"Vania?" Kini tangan kiri Adnan menggenggam lembut tangan kanan vania.sesekali ibu jarinya tampak mengelus punggung tangan gadis tersebut dengan tenang.
"Aku tau apa yang kamu rasakan saat ini,princess.kalau kamu butuh tempat bersandar.aku siap kok?" Kini pandangan keduanya saling bertemu.
"Menangis lah.jika kamu memerlukan itu?" Ucapnya dengan tatapan sendu.
"Kak...a-aku..." Vania tidak bisa membohongi dirinya lagi.saat ini hatinya memang sakit memikirkan hubungannya dengan Gilang.dan Vania butuh tempat untuk mencurahkan segala kesedihannya itu.
Adnan yang melihat Vania mulai menangis langsung menyandarkan kepala gadis itu di ceruk lehernya.
"Terus menangis princess....luap kan semuanya sampai semua beban itu hilang?" Vania memakin sesegukan mendengar perkataan Adnan.
============
Merasa cukup puas mengeluarkan semua beban dihatinya Vania pun menghentikan tangisnya itu.
"M-makasih ya kak?" Vania segera menegakan kepalanya.Sejenak Adnan memandangi wajah cantik Vania.
"Kamu gadis cantik,Vania.?" Tangan Adnan bergerak menghapus buliran air mata yang tersisa di sudut mata Vania.
"Kamu pantas dapat laki-laki yang lebih baik dari Gilang?" Merasa terhipnotis dengan kecantikan alami gadis idamannya,Adnan pun perlahan mendekat wajahnya ke wajah Vania dan...
Cup
Adnan mengecup bibir berwarna pink milik vania.ya,hanya mengecupnya tidak ada lumatan di sana.
Selama satu menit bibir keduanya menempel.hingga akhirnya Adnan menjauhkan wajahnya beberapa centi.
"Jadilah kekasihku,Vania?" Bisik Adnan.
Sementara disisi lain Gilang yang sedari tadi mengikuti Adnan dari kantor dibuat hancur hatinya saat laki-laki itu mencium bibir wanitanya.
"Vania" lirih Gilang.
==============
Malam hari ini Gilang sengaja mengundang Raisa dan keluarganya datang ke rumah.ada hal penting yang ingin Gilang sampaikan kepada mereka dan juga keluarganya.
"An,ada apa ya.kok Gilang minta kita kesini?" Tanya ibu Elina yang baru saja duduk di ruang tamu.
"Aku juga gak tau el.gilang gak bilang apa-apa sama aku?* Jawabnya.
Perasaan Raisa mendadak cemas.dirinya takut kalau Gilang akan membatalkan rencana pernikahan mereka berdua.
Tidak lama Gilang datang menghampiri keluarganya dan keluarga Raisa.
"Apa kabar om,Tante?" Tanya Gilang lalu mencium punggung tangan ke dua orang tua Raisa.
"Baik,Lang?" Jawab pak Erlangga.Gilang pun duduk tepat di samping sang bunda.
"Maaf ya.udah ganggu waktu kalian malam ini?" Ucap Gilang.
"Gak apa-apa lang.oh ya,ada apa ya.kok kamu minta kita kumpul di sini?" Tanya pak Erlangga.
Sebelum menjawab Gilang terlebih dahulu menatap orang disana dan berakhir pada sosok Raisa yang ada disampingnya.
"Ada hal yang ingin aku sampaikan perihal pernikahan aku dan Raisa?" Jantung Raisa semakin berdebar kencang menatap laki-laki yang sudah bertunangan dengannya kemarin.
"Apa itu?" Ucap ibu Elina yang ikut cemas memikirkan hal yang ingin disampaikan oleh Gilang.
"Aku....mau pernikahan ini dilangsungkan secepatnya?" Jelas Gilang.
Terlihat semuanya menatap Gilang penuh keseriusan.
"Kamu serius lang?" Kali ini pak Gunawan yang angkat bicara.
Gilang mengangguk yakin."aku serius yah?" Jawabnya.semuanya pun tampak tersenyum bahagia.
"Baiklah.kita akan percepat pernikahan kalian berdua?" Ucap pak Gunawan lagi.
"Bagaimana kalau seminggu lagi?" Saran ibu Elina.
"Aku setuju?" Ucap ibu Hanna.
"Bagaimana Lang?" Tanya pak Gunawan kepada sang anak.
"Aku setuju yah?" Jawab Gilang.
Bukan tanpa alasan Gilang memutuskan hal ini.setelah kejadian ditaman tadi membuat Gilang sadar akan sesuatu.vania berhak untuk bahagia.dan bahagianya Vania bukanlah dengan laki-laki brengsek seperti dirinya.
Share this novel