12.

Romance Completed 143720

Hai, selamat membaca...

Rendra merasa ada keganjilan dengan sekretarisnya. Raut wajahnya seperti robot dan minim ekspresi.

"Mas Rendra, liburan yuk?", ajak Renita. Rendra menarik kedua matanya dari Diandra dan menatap adiknya. Rendra menghela napas, tak mengerti dengan sikap adiknya satu-satunya itu. Kemanapun ia pergi selalu saja adik itu mengikutinya.

"Mau ya, Mas?", ajak Renita.

"Kemana?", tanya Rendra malas.

"Pantai. Kita bertiga nginap di hotel. Mau ya?", Renita memohon. Sebenarnya Rendra ingin berlibur dengan sang adik tetapi pekerjaan yang tidak pernah surut membuatnya selalu menunda. Anjani pernah meminta tapi yang keluar dari mulut Rendra hanya janji-janji.

Sekali lagi ia menghembuskan napas. Mungkin aku perlu rehat sejenak, pikir Rendra.

"Ajak Mbak Dian juga, biar rame", pinta Renita. Raut wajah Rendra berubah drastis. Ia menoleh pada Renita dan menyipitkan kedua matanya, tatapannya dalam dan menyelidik.

"Kok tiba-tiba gitu, nggak biasanya kamu ajak-ajak orang lain?", tanya Rendra curiga.

"Mbak Dian bukan orang lain, iya kan?", balas Renita.

"Aku tahu kok Kakak suka sama Mbak Dian. Kenapa nggak ngomong sih?", lanjut Renita. Sontak saja Rendra berpaling dari pekerjaannya. Ia menatap lekat wajah Renita.

"Kenapa?. Aku betul kan, sejak kapan Mas?", tanya Renita santai. Gelagapan mendengar pertanyaan adiknya Rendra hanya terdiam dan pura-pura mengetik di laptop. Renita tersenyum miring. Dasar pembohong, batin Renita.

Malamnya Rendra nyaris insomnia. Dalam benaknya masih terngiang omongan Renita. Rendra merasakan gelenyar kebahagiaan dan suntikan semangat. Ia berjanji besok ia akan menyatakan cintanya.

Renita tak ingin sang kakak menikah lagi. Tak apa untuk sekarang ia menjadi duda yang terpenting perhatian Rendra hanya untuk Renita. Tapi bisa apa dia, sekejap ia memandang Anjani, dadanya
sakit melihat Anjani tumbuh tanpa ibu disisinya.

Ia tak ingin hal itu terjadi pada sang keponakan. Cukup dirinya dan sang kakak saja kehilangan orang tua karena kecelakaan. Diusap pucuk kepala Anjani. Sebuah gumam terbit dari bibirnya.

"Kita akan menyatukan mereka berdua, Anjani", Renita mengambil tangan Anjani dan mengaitkan jari kelingkingnya dan kelingking milik Anjani.

Tok..tok...tok..

Rendra menoleh kearah pintu dan menyaksikan Renita tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Tumben kamu udah bangun, Anjani udah mandi?", tanya Rendra penasaran.

"Udah beres semua Mas. Mas tinggal sarapan", Rendra berhenti memasang dasi dan menatap Renita menyelidik.

"Kamu nggak lagi rencanain sesuatu kan?"

"Nggak kok, Mas. Ini murni bentuk kasih sayang adik terhadap kakaknya", Renita tersenyum lebar.

Rendra melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Bau gosong memenuhi ruangan. Ia menatap meja makan dengan tatapan horor.

Rendra terharu dengan perhatian Renita. Tapi makanan yang ada dimeja makan sepertinya tidak layak untuk dimakan.

"Hmm...gimana kalau kamu kita sarapan diluar aja?", Renita hanya bengong dengan ucapan sang kakak. Sia-sia saja berarti ia memasak dari jam empat pagi tadi.

Renita mengangguk setuju dan melangkah kekamar Anjani mengambil tasnya dan menggiring Anjani menuju garasi. Rencana Renita tidak berhenti sampai disitu saja ia masih memiliki angan agar Rendra bisa terbuka dengan hatinya. Renita tak tahu bahwa kakaknya juga punya rencana lain.

**

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience