Maaf ya kalau terlambat update....
Renata tersenyum saat membuka pintu dan menyuruh Sandra serta Diandra masuk ke rumahnya.
"Maaf aku nggak kasih kabar kalau kami sudah balik ke rumah. Duduk dulu yuk", Renata melempar senyum.
"Agak kaget juga sih pas kita berdua lihat yang sakit bukan Pak Rendra", Diandra menyenggol perut Sandra.
"Aduh!", seru Sandra. Diandra hanya pura-pura tak mendengar. Untung saja Renata hanya tersenyum dan buru-buru ke dapur untuk mengambil minuman.
"Rumah Pak Rendra biasa aja ya, aku pikir bakal lihat rumah bak istana dinegeri dongeng", ujar Sandra getir.
Diandra berdecak dan menyikut lagi perut rata Sandra.
"Aduh!, kenapa lagi sih!" jawab Sandra ketus. Diandra menggerakkan dagunya kearah Renata. Langsung saja Sandra diam dan melempar senyum.
"Mari diminum Mbak", Renata mempersilakan.
"Mas Rendra masih istirahat dikamar, hanya diperban", ujar Renata lagi. Diandra tersenyum lega mungkin minggu depan, bosnya bisa masuk kerja.
"Ah maaf aku harus pulang, adikku minta jemput", Sandra menatap Diandra seraya meminta maaf.
"Iya nggak apa nanti biar Mbak Dian aku antar pulang".
"Eh, nggak usah aku naik ojek online aja", cegah Diandra.
"Aku buru-buru nih, aku pulang dulu ya", Diandra sedikit sewot karena sikap Sandra yang kurang sopan.
"Maaf ya dia agak kurang ajar", ujar Diandra malu.
"Udahlah nggak apa, ayo diminum. Oh ya ada obrolan yang harus kita diskusikan, Mbak". Diandra menegang mendengar ucapan Renata.
"Ada apa ya?", tanya Diandra hati-hati.
"Jadi begini...", Renata terdiam sejenak.
Jeda.Diandra mendengarkan dengan seksama.
"Mbak Dian nggak keberatan kan kalau menginap disini sementara waktu?, untuk bantu-bantu saya merawat Mas Rendra", sahut Renata. Diandra melebar kedua matanya. Apa tidak salah yang dikatakan Renata, batin Diandra.
"Emm...maaf apa tidak sebaiknya menyewa asisten rumah tangga atau minta tolong tetangga sekitar?", jawab Diandra hati-hati.
"Masalahnya Mas Rendra susah banget adaptasi dengan orang asing".
"Bukannya saya juga orang asing?" tanya Diandra lugu. Kontan saja Renata tertawa.
"Mbak Dian berbeda jadi sekretaris Mas Rendra sudah lama sedikit banyak tahu kebiasaan Mas Rendra", lanjut Renata.
"Bagaimana bisa tidak?", tanya Renata hati-hati. Diandra menghela napas dan menatap dalam Renata.
"Apa kata tetangga nanti jika saya tidur disini. Saya nggak mau nama Pak Rendra jadi buruk", ujar Diandra jujur. Renata mendesah, bingung dengan permintaan dia sendiri. Memang benar kata-kata Diandra tetapi Renata juga butuh waktu untuk menyelesaikan studinya.
"Begini saja saya akan datang pagi membantu menyiapkan sarapan tapi saya juga harus ke kantor untuk menyiapkan dokumen", Diandra memberi solusi.
Renata melempar senyuman dan mengangguk setuju.
"Setahu aku pimpinan sementara dipegang sama Pak Susanto, betul Mbak?", tanya Renata penasaran.
"Tenang saja yang meminta Pak Rendra sendiri kok, kemarin beliau menelpon saya dan memberikan percakapan Pak Rendra dengan Pak Susanto", kata Diandra mantap. Renata mengangguk lagi.
"Baiklah kalau begitu mulai besok Mbak Diandra bisa bantu-bantu aku, oke?", seru Renata girang.
Kedua netra Diandra berkedip, sudah mulai ya, batinnya.
**
Share this novel