1.

Romance Completed 143720

Hai, hai...Saya kembali dengan cerita baru semoga suka....

_____________________________________

"Dian!. Kemari!", panggil Rendra lewat interkom. Dian mendesah pelan lalu beranjak dari duduknya. Pintu diketuk secara perlahan Dian tahu Rendra tidak suka suara keras.

"Masuk!", perintah Rendra. Dian menampakkan sedikit wajahnya dan mengangguk.

"Tolong jelaskan kenapa jadwal saya jadi berantakan?", tanya Rendra tegas. Dian membulatkan kedua matanya. Dian merasa kalau kemarin-kemarin jadwal sudah ia ketik dengan rapi dan jelas.

"Berani menantang saya?", Dian hanya menggelengkan kepala.

"Saya sudah merapikan jadwal Bapak, tolong dicek lagi", Dian berkata melas. Rendra kembali menekuri komputer dengan teliti.

"Ini kenapa ada gambar-gambar kartun?", pandangannya masih di komputer. Dian meneguk ludah pelan, itu pasti ulah Anjani putri semata wayang sang bos besar.

"Nanti saya betulkan Pak", jawab Dian yang tersadar dari diamnya.

"Ya sekarang juga!", perintah Rendra. Dian segera berdiri dan saat hendak berjalan keluar, panggilan Rendra membuatnya berhenti dan berpaling.

"Jangan keluar!. Perbaiki disini saja!". Sontak Dian terperangah mendengar permintaan sang pimpinan. Alis Dian terangkat keatas, tidak biasanya sang bos punya permintaan aneh semacam ini.

"Tapi Pak tidak enak dengan karyawan lain kalau saya terlalu lama diruangan Bapak", ujar Dian sopan. Leher Rendra berputar dan menatap tajam kearah sekretaris berambut panjang itu. Dian menghela napas dan menuruti permintaan Rendra.

Dian menggelengkan kepalanya mengetahui bahwa begitu banyak gambar-gambar asal-asalan yang dibuat Anjani. Dengan sigap Dian menghapus dan membetulkan jadwal, matanya bertumbuk pada gaya si bos saat melepas jas dan dasinya.

Dian meneguk ludah pelan. Sesekali melirik lagi kearah Rendra. Memandang keseluruh area wajah dan leher Rendra. Pikiran kotor mulai merambati otaknya. Dian membayangkan bagaimana bentuk perut Rendra. Rendra menatap Dian secara tak sengaja. Dian kaget dan menjatuhkan map berisi dokumen. Rasa gugup melingkupi Diandra.

Segera saja ia mengambil map dan merapikan di meja lagi. Tanpa sepengetahuan Dian, Rendra tersenyum tipis untuk menutupi ia berpura-pura batuk. Mendengar suara batuk Rendra, Dian semakin grogi dan mulai tak konsentrasi.

"Sudah selesai?", tanya Rendra dengan suara normal.

"Ehmm...Sudah Pak. Saya sudah bisa keluar Pak?", Rendra berjalan mendekati Dian dan memeriksa komputernya.

"Tolong buka lagi jadwal saya", Dian menahan napasnya karena saat ini si bos berdiri di belakangnya dengan kedua tangan melingkari tubuhnya. Dian tak bisa berkata apa-apa tubuhnya hanya bisa diam membeku. Bau parfum maskulin memenuhi indera penciumannya tapi Dian bisa apa. Yang dia bisa hanya membayangkan Rendra sedang mendekapnya dengan posesif.

"Kenapa mata kamu merem-merem gitu Dian?", tanya Rendra. Dian tersadar dari lamunannya dan buru-buru permisi keluar. Rendra tersenyum sendiri melihat tingkah sang sekretaris.

**

Share this novel

Rose Dawseon
2019-09-19 13:11:44 

ka, ini ko aku udah buat novel tapi gak bisa di kirim

Embun Embun
2019-07-20 17:18:09 

cerita nya bagus


NovelPlus Premium

The best ads free experience