Diandra duduk di taman dengan wajah bahagia. Sesekali ia menyelipkan sehelai anak rambut yang berkibar tertiup angin. Dari kejauhan Rendra tampak berlari bersama Anjani. Diandra melambaikan tangan kanannya saat Anjani melempar senyum pada perempuan kecil itu.
Selang dua minggu pasca kejadian di rumah Rendra, Diandra memutuskan untuk menerima pinangan Rendra. Ia akan melalui rumah tangganya dengan kesabaran. Diandra yakin Rendra bukan lelaki yang pernah dibicarakan oleh Arya, Rendra adalah lelaki yang tahu bagaimana menyayangi keluarga dengan tulus.
Mereka menikah dengan pesta sederhana tanpa gedung mewah dan gaun pernikahan berenda panjang. Cukup di rumah Diandra dan sang mempelai wanita memakai kebaya songket peninggalan nenek Diandra.
Semuanya terasa seperti mimpi bagi Diandra, entah bagian mana yang harus ia hilangkan karena setiap peristiwa begitu istimewa. Rendra tersenyum pada istrinya lalu disambut oleh Diandra dengan teriakan. Mereka semua harus segera pulang karena hari sudah petang.
"Anjani lelah?", tanya Diandra dengan isyarat. Anjani menggelengkan kepala. Diandra mencubit pipi chubby anak tirinya. Kebahagiaan sekarang melengkapi hati perempuan berambut pendek itu. Diandra memutuskan untuk berhenti bekerja dan konsentrasi mengurus rumah tangga. Ah tak ketinggalan Renita sudah kuliah kembali mungkin tahun depan akan lulus.
Diandra dan Rendra melangkah menuju parkiran mobil. Rasa lelah tergantikan dengan senyuman sang istri Rendra tak keberatan dengan Diandra yang mengusulkan ingin mendirikan toko kue.
"Sayang, nanti mampir ke toko dulu, aku ambil catatan pesanan dari Bu Amir", ujar Diandra sambil membuka pintu mobil untuk Rendra.
"Oke, sekalian saja kamu beli bahan-bahan. Gimana?", ajak Rendra.
"Boleh deh, eh kamu nggak lelah?. Besok kan ada acara ulang tahun kantor?", Rendra menggeleng mendengar pertanyaan istrinya.
Saat tiba di toko kue, suasana lumayan ramai. Sejak dibuka tiga bulan lalu toko Diandra sudah dibanjiri pesanan. Rasa yang otentik dan tekstur yang lembut membuat toko ini dipercaya untuk melayani sebuah kantin sekolah swasta terkenal di ibukota. Awalnya Diandra tidak percaya tetapi pihak sekolah terus menyakinkan bahwa kue . dibuat Diandra benar-benar istimewa.
"Apa?!, ah maaf saya ini terlalu berlebihan, kue saya hanya biasa saja", ujar Diandra jujur.
"Ibu Diandra jangan rendah diri seperti ini, saya sudah mencoba kue ibu dan saya pernah membeli untuk keluarga dan teman-teman saya. Mereka semua bilang enak", jawaban salah satu staf sekolah membuat perasaan Diandra lega. Sejak itulah Diandra menjadi mantap dengan pilihannya
"Ayo, kita pulang semua bahan sudah terbeli", ajak Diandra. Tak ada jawaban dari Rendra dan Anjani. Saat menoleh Diandra tersenyum sendiri. Rendra sedang bermain dengan anaknya. Hati Diandra menghangat seperti mentari. Ia menyukai pemandangan seperti saat ini. Rendra mendongak karena merasa ada yang meliriknya. Ternyata memang istrinya, Rendra meringis dan segera berdiri untuk menghampiri Diandra.
"Kita langsung ke toko ya, nanti kamu langsung pulang saja. Biar aku nanti bareng sama Ayu", kata Diandra.
"Loh aku nggak masalah kok antar kamu kemana saja", Rendra menatap lalu mendekati wajah sang istri dan mencium bibir Diandra lama. Diandra menyambut ciuman Rendra dengan lembut. Kedua lengan perempuan itu melingkar di leher sang suami. Untung saja Anjani sudah tidur.
Nasib orang tidak ada yang tahu, kalau kita berusaha dan berdoa pasti Tuhan memberi jalan.
---Selesai---
**
Yeayyy.....akhirnya selesai juga cerita ini.... terima kasih banyak saya sampaikan pada readers yang sudah membaca.......apalah saya tanpa kalian..... maaf saya tidak pandai buat panjang cerita at least but not last thank soooou much.....??
Share this novel