7. Penggangu

Romance Series 22809

SUDAH SATU BULAN Aceline, menghindar untuk bertemu dengan pria itu. Di pagi hari saat Arvin, sarapan dia akan menunggu di kamarnya hingga Arvin, berangkat ke kantor, begitupun saat malam hari. Dia akan menyetujui permintaan pria itu, ini lebih baik bukan? Keras kepala Arvin tidak boleh diimbangi dengan kekeras kepalaan juga. Mereka akan semakin tak sejalan.

"Kenapa tenggorokanku mendadak kering?" gumamnya pelan, Aceline berjalan dengan menyeret kakinya tubuhnya terasa lemas, kepalanya pun pening. Mungkin karena ia dan Leonna terlalu banyak berjalan jalan, jadi tubuhnya baru terasa lelah sekarang.

Aceline menenggak habis segelas air putih, yang ia ambil dari lemari pendingin. "AHH.." Hanya suara itu yang bisa ia keluarkan, karena rasa lega akibat air dingin yang mengalir di tenggorokannya yang kering.

"Buatkan aku kopi satu!" perintah seorang dengan suara barinton membuat Aceline, terlonjak kaget. Hampir saja ia menjatuhkan gelas kosong yang masih ia pegang.

"Huh?" Aceline melongo karena terkejut akan kemunculan Arvin yang tiba-tiba.

"Buatkan aku kopi satu, mengerti?" Aceline mengangguk-angguk karena gugup, dia tak menyangka kalau Arvin akan menghampirinya untuk meminta dibuatkan kopi. Ada apa sebenarnya dengan pria itu?

"Tolong, antar ke kamarku!" Ujarnya sebelum benar-benar meninggalkan wanita itu, yang masih sibuk dengan takaran kopi yang pas untuk suaminya.

Aceline, menghela nafas lega saat Arvin, benar-benar meninggalkan nya. "Bisa mati aku kalau terus mendapatkan tatapan sinisnya itu."

Di dalam kamar, Arvin terus meruntuki kebodohannya satu bulan ini, dia telah membuat Aceline terluka. Walau wanita itu tak menangis di hadapannya, tapi dia tau. Tak ada seorang wanitapun yang mau di kata-katai seperti itu. Melihat Aceline yang berhati halus itu, membuatnya sedikit terpeson.

SEDIKIT, TIDAK BANYAK!

Dia tetap akan mencintai Ryn, dan harus tetap mencintainya.

Aceline berjalan dengan ragu, menuju kamar sang suami. Jantungnya berdegup dengan kencang, tangannya pun gemetar. Ini kali pertama dia masuk kedalam kamar itu, setelah pernikahannya dengan Arvin .

Setelah mengetuk pintu, suara perintah dari pria itu terdengar dari dalam kamar. Aceline berjalan dengan pelan, jarak dari pintu ke nakas dekat ranjang pria itu, hanya berjarak 3 meter. Tapi ia terasa berjalan sejauh 30km, lama dan mendebarkan.

"Hem.. Ini ko-kopinya." Aceline bergegas meninggalkan kamar pria itu, seketika tubuhnya panas dingin saat melihat tatapan tajam milik Arvin. Dan dengan kebodohan yang semakin menjadi, Ia tersandung oleh kakinya sendiri hampir saja wajahnya menabrak lantai jika tidak ada yang menahannya.

"Ceroboh sekali kau." Aceline menegang saat merasakan tangan kekar Arvin, melingkari perutnya.

Hampir saja wajahku menyentuh lantai, bodohnya kau Acel.

"Te-terim..a kasih." Ucap Aceline gugup, dengan perlahan Arvin menarik pinggang Aceline untuk berdiri dari posisi menunggingnya.

"Oh iya, besok tolong bawakan aku makan siang. Dan kau yang harus mengantarkannya!" Lagi-lagi Aceline dibuat terkejut. Ada apa sebenarnya dengan pria itu? Arvin pun tak tau ada apa, pada dirinya. Mungkin ini hanya rasa bersalahnya karna sudah membentak Aceline waktu itu.

Ya hanya rasa bersalah, ada apa denganmu Arvin? Kau harus membuatnya benci padamu. Dan membuatnya meminta cerai. Cerai dan kau akan menikmati hidupmu dengan Ryn.

*****

"Mungkin, ini awal dari membaiknya rumah tanggaku. Semoga Arvin tidak akan berubah setelah ini."

Aceline berjalan memasuki kantor suaminya itu dengan wajah senang. Sesampainya di lantai 21 tempat di mana ruang kerja suaminya itu berada, Aceline menemukan seorang pria tampan yang ia tau adalah Asisten Arvin, namanya Markues atau biasa di panggil Mark.

"Siang Nona." Sapa Mark dengan ramah, Aceline tersenyum.

"Siang Mark, apa Arvin ada di dalam?" Tanya Aceline, Mark mengangguk lalu mempersilahkan istri bos-nya itu masuk kedalam ruangan.

"Tuan, Nona Aceline, sudah datang." beritau Mark, dengan sepontan pria yang sedang duduk bersandar itu. Mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang memenuhi meja kerjanya.

"Aku, membawakan makan siang, seperti yang kau pinta tadi malam." Setelah mempersilahkan Aceline duduk, Arvin memberikan isyarat pada Asistennya itu untuk meninggalkan ruangan. Mark mendengus kesal, dia juga ingin ada yang mengirimkannya makan siang.

Naas sekali nasibnya, menyukai wanita tapi galaknya melebihi kucing betina, yang diselingkuhi.

"Kau bawa apa?" Tanya Arvin seraya menggulung lengan kemejanya sampai siku. Dia mengambil duduk di sebelah kanan Aceline. Wanita itu tersenyum ramah, seraya menata makanan yang telah ia bawa, ke meja di hadapannya.

"Aku membawakan rendang, sambal, nasi, dan beberapa potong buah." Arvin ikut tersenyum melihat senyum tulus dari wanita itu, tapi dengan cepat ia kembali memasang wajah biasa saja. Tidak ada salahnya bukan bersikap baik?         

Dengan lahap pria itu memakan bekal makan siang, yang di bawakan oleh Aceline. Wanita itu tersenyum bahagia, menatap Arvin yang sangat menikmati makan siang yang ia siapkan.

"Arvin sayang, aku datang." seru seorang wanita yang tiba-tiba sudah masuk kedalam ruangan.

Arvin tersedak karna kaget, mendapati sang kekasih hati datang tanpa memberikan kabar. Sedangkan Mark, meringis menunggu reaksi kedua wanita itu.

"Uhukk.." dengan cepat Aceline memberikannya satu botol air mineral. Arvin menerimnya dengan wajah memerah, karena batuk yang tak bisa terhenti. Setelah batuknya reda pria itu langsung berdiri dari duduknya, dia berdehem pelan sebelum merentangkan tangannya dan disambut oleh pelukan hangat sang kekasih.

Aceline menunduk dalam, entah perasaan apa yang sedang ia hadapi. Dadanya terasa sakit. Dia benar-benar tak memiliki tempat dihati pria itu.

Wanita itu yang seharusnya menjadi istri Arvin bukan dirinya, tapi kenyataan sebagai istri yang tak dianggap, membuat dadanya semakin sesak.

"Temanmu, sayang?" Tanya Ryn, dia baru menyadari kalau di sana masih ada seseorang selain mereka.

"Ma-maaf, saya hanya di perintahkan untuk mengantarkan makanan, saya permisi." Aceline meninggalkan ruangan itu, tanpa melihat wajah sepasang kesasih itu.

Ia kira hari ini, adalah hari di mulainya pernikahan yang sebenarnya dengan Arvin, tapi ternyata kedudukannya tetap sama. Dia hanyalah seorang PENGGANGGU!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience