Sunyi

Horror & Thriller Series 13547

Hari ini saat liburan tiba, kami yang sudah merencanakan berlibur ke vila milik orang tua nya Yuda pun berangkat dengan penuh canda ria dan penuh kebahagiaan.

Pagi yang sangat cerah, seakan mendukung rencana liburan kami. kami menggunakan mobil milik Yuda sebagai alat transportasi, mobil yang cukup luas dengan kapasitas yang memadai.

Jarak yang harus di tempuh cukup jauh lebih dari 100km dari kota. Kondisi jalan yang lancar, dengan aspal yang bagus serta pepohonan di pinggir jalan yang membuat adem dan seakan-akan merestui perjalan kami. Di tambah canda ria sahabat yang bikin perjalan jauh ini gak terasa membosankan.

"Kalo ntar nyampe sana tempat dan view nya biasa-biasa aja, gue panggang lo Yud". Canda Bagus

"Apa lo bilang, kayak yang berani aja lo, yang ada lo gue cabik-cabik. Pokoknya liat aja ntar, kalian bakalan liat pemandangan yang pasti belum pernah kalian liat". Jawab nya meyakinkan

"Yaelah cuma orang kayak lo aja, jajarin 10 orang kayak lo, gua jadiin pepes semuanya sekalian" Ujar Bagus di ikuti tawa kami semua

"Hust udah udah jangan becanda terus sakit peruk aku ketawa dari tadi. By the way ini kan jalan menuju pantai, apa kalian semua berubah pikiran?" Harap Syifa sembari memperhatikan jalan

"Ya sama rute nya aja tapi ntar kita belok ke arah perbukitan, ya liat aja deh entar". Jawab Yuda sembari terus menyetir dengan mata yang fokus ke depan

Saking asik nya ngobrol gak terasa ternyata sudah 3 jam lebih kami berada di dalam mobil, dan menurut Yuda sudah hampir sampai ke tempat tujuan.

Kubuka kaca mobil dan memperhatikan jalanan, kondisi jalan disini sudah tak menemui jalan aspal, yang ada hanya jalanan yang terbentuk dari bongkahan batu yang disusun dan sesekali jalan berupa tanah merah.

Nampaknya benar yang di ucapkan Yuda, kami berada di sebuah perbukitan dimana hanya ada beberapa rumah disini, bahkan jarak nya pun silih berjauhan. Di perjalanan kami beberapa kali berpapasan dengan warga sekitar yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya di kebun, bahkan beberapa diantaranya berada di lereng bukit yang aku pikir lumayan bikin lutut gemeteran.

Anak-anak disini nampak nya jarang sekali melihat kendaraan seperti yang kami gunakan, sebab di lihat dari sikap mereka yang memperhatikan mobil kami dengan tak biasa. Terlebih sama sekali tak terlihat sebuah mobil pribadi terparkir di depan rumah, yang terlihat hanya mobil truck dan pickup yang berada disisi jalan sedang mengangkut sayuran warga.

Senyum ramah dari warga sekitar sering sekali kami temui disini, rasanya nyaman karena seakan mereka tak terganggu dengan kedatangan kami semua.

Yuda mengemudikan mobil dengan santai dan sangat hati-hati karena salah sedikit aja bisa bisa kami terjun ke perkebunan warga yang ada di bawah perbukitan. Jalan makin kesini makin kecil, hanya cukup satu buah mobil. Kayak nya kalo ada mobil berpapasan pasti sangat susah untuk bisa melewatinya.

Setelah melewati kampung tersebut kami melanjutkan perjalanan yang nampak hanya berupa lereng perbukitan yang sama sekali tak ada tanda-tanda kehidupan disini, tak nampak satu rumah pun yang berada di sekitar sini.

Namun 30 menit berselang kembali kami menemukan perkampungan penduduk sekitar, tapi nampak nya keadaan disini berbeda jauh dengan perkampungan sebelumnya, disini kami sama sekali tak menemukan seorang pun di halaman rumah, tak ada juga kegiatan yang di lakukan warga di luar rumah ataupun di kebun miliknya. Bahkan perkebunan disini hampir semuanya sangatlah penuh dengan rerumputan yang tinggi. Pohon-pohon tinggi nan rindang pun membuat perkampungan kumuh ini terasa sedikit menyeramkan.

"Lo yakin Yud ini tempat nya? Gak ada satu orang pun disini, sepi banget". Tanya Bagus yang kelihatan heran dengan kondisi disini.

Di perjalanan kami semua dibuat bengong karena heran kemana perginya semua orang yang ada di kampung ini. Terlihat sebuah sekolah madrasah bernama Al-hidayah lengkap dengan alamatnya yang terpampang jelas, rupanya nama kampung ini adalah Cimala.

"Ya ini emang tempatnya, kemungkinan warga disini lagi ada acara adat yang mengharuskan mereka semua berkumpul, emang dari dulu dari waktu gue kecil adat istiadat disini emang masih dijaga". Jawabnya santai

Teriak Mela yang keras sambil menujuk ke arah selatan mengagetkan kami semua "Waaaah... itu kan pesisir pantai"

"Wow keren abis pemandangan disini bro". Ujarku yang terpelengo kegirangan setelah sadar akan apa yang Mela lihat

Mata kami semua tertuju pada sebuah view pesisir pantai yang indah, terlihat sangat jelas di balik sebuah rumah dan lereng bukit. Laut nan biru dipadu pasir pantai yang nampak berwarna putih kecoklatan, It's amazing.

"Kalian baru liat segini kan, ntar di vila, kalian bakal liat yang lebih keren lagi". Ujar Yuda membangkitkan semangat

"Masih jauh gak bro, udah gak sabar nih". Teriak Bagus yang berada di kursi paling belakang

"Bentar lagi juga nyampe".

"Eh bentar-bentar ada orang tuh, gue turun dulu bentar". Lanjutnya mematikan mobil sambil langsung membuka pintu dan melangkah mengejar orang tersebut yang terus berjalan ke arah perkampungan

"Aku ikut Yud". Ujarku sembari mengejarnya

Terlihat sesosok wanita tua sedikit bungkuk berusia sekitar 60-70 tahunan sedang berjalan menggendong kayu bakar di punggungnya. Namun setelah aku dekati, dia menatap aku dan Yuda dengan tatapan yang sangat tajam. Aku kaget dan sepertinya sahabatku pun merasakan hal yang serupa di lihat dari langkahnya yang berhenti seketika. Dengan mata yang melotot, wanita tua ini memiliki luka bakar hampir di seluruh tangan dan wajah nya. Aku tetap berusaha bersikap tenang dan terus mendekatinya.

"Mau apa kalian kesini!! Cepat pulang, pergi dari sini!!!". Teriaknya mengusir kami

"Maaf nek, kami cuma mau nanya, orang-orang disini pada kemana ya? Kok gak keliatan, cuma nenek aja yang terlihat disini". Tanyaku lemah lembut

Bukannya menjawab si nenek malah mengusir kami kembali
"Pergi kalian dari sini, jangan pernah menginjakan kaki kalian disini, cepat pergi, pergi!!!". Suruhnya mengusir kami dengan berteriak terus menyuruh kami pergi

"Ya udah Di, kita balik lagi ke mobil". Ajak Yuda

Kami berdua kembali menuju mobil, aku yang masih heran akan sikap si nenek kembali menolehkan mukaku ke arah si nenek yang nampak masih berteriak menyuruh kami pergi.

"Di gak usah bahas ini di mobil ya". Pinta sahabatku yang nampak nya ia pun dibuat bingung oleh kelakuan si nenek tua itu.

Aku hanya menganggukan kepala tanpa bicara sepatah katapun, aku masih sangat penasaran dan bingung dengan sikap si nenek.

Sesampainya di mobil aku dan Yuda berusaha menutupi yang baru saja terjadi agar yang lain tidak panik dan malah ketakutan.

"Kenapa orang itu kayak yang marah-marah terus ke arah kita dari tadi?". Tanya syifa bingung sembari memperhatikan tingkah si nenek

"Gak tau, aku nanya bukannya di jawab yang ada malah marah-marah dia". Jawab Yuda menutupi

"Ya udah yuk lanjut bentar lagi kita nyampe". Lanjutnya sembari kembali menjalankan mobil

Di perjalanan pikiranku masih semrawut, bingung sekaligus takut akan sikap si nenek tadi.
Namun ketika sampai di halaman vila, semuanya sirna begitu saja setelah aku melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan.

Pesisir pantai dan lautan lepas terpampang jelas disini, ombak yang terlihat tenang dengan air yang berwarna biru seakan melambai-lambai menyuruhku untuk datang kesana.

"Guys, kalian semua liat kedepan sekarang dan jangan kedipkan mata setelah melihat nya". Ujarku dengan mata melongo ke arah laut dengan ekspresi senyum yang tulus

Terdengar jelas teriak mereka kegirangan melihat view yang sangat menakjubkan. Setelah mobil berhenti mereka langsung membuka pintu dan pergi melihat keluar ke arah depan mobil tanpa menghalangi pandanganku yang masih terpaku tak menyangka akan keindahan ini.

"Sungguh indah karuniamu tuhan". Pikirku dengan penuh syukur

Aku membuka pintu mobil dan segera mendekati sahabatku yang tengah asik menikmati indahnya lukisan ciptaan tuhan ini.

Aku duduk di kursi di pinggir sebuah pohon besar yang tepat berada di sebuah tebing menjulang tinggi ke bawah yang cukup curam yang hanya di bentengi tembok sebatas lutut. Namun view berupa perbukitan, perkebunan hijau serta pantai nan indah menghilangkan segala kengeriannya.
kami menikmati setiap keindahan nya, mengabadikan dengan perfoto ria tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan yang luar biasa ini.

"Hei guys beres-beres dulu gih, kita bisa main lagi ntar, kita ngobrol disini sambil nikmati sunset, tapi sebelumnya kita beres-beres dulu di dalem". Ajak Yuda menghentikan tingkah kami

"Yups bener apa kata dia, kita beresin dulu semuanya, baru kita bebas mau ngapain juga, kita bikin nyaman dulu tempatnya". Syifa menambahkan

Aku memalingkan pandanganku dari view yang baru pertama kali aku lihat ini ke sebuah vila antik dengan bangunan yag terbuat hampir keseluruhannya dari kayu, hanya bagian bawah yang berupa batu bata tanpa dilapisi semen. Namun vila tersebut terlihat tak terawat, rerumputan yang cukup lebat jelas terlihat di sekitarnya, cat yang sudah memudar, dan terdapat tembok yang retak dan sedikit bolong di sebelah sisi bagian bawah.

Aku tak mengiraukan itu semuanya, begitu juga sahabat ku yang lain pun sama, kami segera menuju ke sebuah pintu masuk yang cukup tinggi dan lebar.

"Kreek......" Suara pintu yang di bukakan oleh Yuda si pemilik vila antik ini.

Aku terpenganga melihat isi bagian dalam di vila ini. Terlihat banyak sekali kain putih yang kusam dan bedebu serta beberapa di huni oleh sarang laba-laba menutupi setiap benda.

"Serem banget dalem nya". Ujar Mela yang terlihat sedikit ketakutan

"Bener Mel, sampe-sampe bulu halusku berdiri". Timbal Bagus sembari mengusap bulu di tangan nya.

"Udah udah, jangan berpikiran macem-macem. Maklum aja pasti udah lama gak di rawat jadi kayak gini. Maka nya ayo kita beresin supaya nyaman kita disini". Ajak Yuda menenangkan

Kami menurunkan satu persatu kain yang menutupi berbagai macam benda yang ada disini, nampak benda yang ada disini benar benar antik, maklum katanya sih peninggalan kakeknya yang sangat cinta barang antik.

Kami membersihkan setiap sudut vila ini dengan bekerja sama, di sela waktu itu tiba-tiba Yuda berteriak.
"G-g-g-gus lo jangan liat kebelakang". Ujarnya terbata-bata

"Emangnya ada apa, lo jangan bikin gue takut". Jawab Bagus gemeteran

Kami semua terdiam dan terpaku mendengar ucapan Yuda, aku mencoba perlahan menoleh ke arah belakang Bagus yang tepat di sebelah kiriku

"Mana gak ada apa-apa". Ujarku kesal dan sekaligus lega melihat tak ada sesuatu hal yang aneh terjadi

"Loh kok kalian jadi parno gituh, aku kan cuma ngingetin si Bagus biar gak terus liat kebelakang, biar dia move on gak terjebak terus di masa lalu nya". Jawab Yuda terbelalak yang nampaknya mengerjai kami semua

"Kurang ngajar lo, gua pikir apa!!". Bagus sedikit emosi dan melempar sapu yang sedang di pegangnya ke arah Yuda

*
â„¢Vila antik dengan pemadangan yang sangat menakjubkan ini ternyata menyimpanh misteri dan keangkeran yang sangat diluar nalar.
Bagaimana kejadian selanjutnya? Yuk di baca lagi di bab selanjutnya yang akan terus aku update.
Yuk tambah lagi saran masukan nya, apa yang harus saya perbaiki di penulisan dan ceritanya. Termakasih juga buat yang menyempatkan waktu untuk membaca dan terimakasih banyak yang sudah memberi saran dan masukan nya mastah mastah semua.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience