1. My Newborn Baby

Horror & Thriller Completed 8081

Momen ini menjadi salah satu momok yang sangat ditunggu-tungu bagi pasangan suami-istri. Yap, momen ini dimana seisi rumah akan tidak terlepas dari suara tangisan si kecil. Dimana kami sebentar lagi akan menjadi orangtua dan akan mempunyai anak. Tinggal hitungan beberapa hari lagi, istriku akan melahirkan anak pertama kami. Aku tidak akan melewatkan momen bahagia ini, oleh karena itu aku akan meluangkan waktuku untuk selalu mendampingi istriku di masa kehamilan nya.

Aku adalah lelaki yang berusia 29 tahun, aku sangat menyayangi sosok ibuku yang sudah merawatku dari kecil hanya seorang diri. Beliau ? memberiku nama Steven Debolt, nama tersebut dibuat oleh almarhum ayahku yang meninggal dalam perjalanan karena kecelakaan saat akan melihat ibuku melahirkan ku di rumah sakit.

Aku menikahi istriku yang bernama Sarrah Carrol pada saat aku berusia 27 tahun. Kami menikah di Canada, lebih tepatnya di Airdrie pada tanggal 12-05-2011, dan berencana akan tinggal disitu juga.  Aku dan istriku Sarah sangat mengharapkan anak setelah acara pernikahan kami diselenggarakan. Setelah menunggu 1 tahun lamanya,  akhirnya kami dikaruniai anak lelaki.

Pagi hari itu, kudapati istriku Sarah sedang berdiri termenung di depan jendela dengan memegang gelas teh di tangan kanannya sambil memandang hempasan rerumputan yang diterpa oleh angin.

"Kamu baik-baik saja sayang", ucapku sambil peluk dan mencium bahu kanan sarah.

"Yah,  I'm Okay Honey".

"Bagaimana dengan bayi kita, dia baik-baik saja kan disitu", ucapku sambil mengelus lembut perut sarah.

"Dia semakin baik, jika melihat ayahnya selalu berada disamping ibunya"

Aku membalas ucapan Sarah dengan senyuman kecil.

Kami berdua terdiam sejenak sambil memandangi rerumputan yang diterpa oleh angin dari belakang jendela rumah.

"Oh iya sayang,  makanan sudah siap aku buatkan.  Sudah saatnya kita makan,  kamu juga harus berangkat kerja pagi ini," ucap Sarah.

"Kurasa aku akan menemanimu dirumah hari ini, aku akan permisi dari kantor."

"Tidak Steven!"

"Kenapa Sarah?, ini demi kebaikan anak kita dan kamu juga kan."

"Tapi, kamu belakangan ini jarang masuk kerja dengan alasan jagain aku dirumah terus sayang," ucap Sarah merayu.

"Tapi, kalau terjadi sesuatu yang tidak terduga dengan anak kita gimana Sarah. Dan aku tidak ada dirumah,  siapa yang akan menjaga mu?" ucapku tegas.

Sarah mencoba mendekati ku dan memegang lembut kedua pipiku dengan kedua tangannya.

"Percaya padaku Stev, I'm Okay. Walaupun nanti ada sesuatu yang terjadi dengan anak kita, aku akan meminta bantuan dari Johnny tetangga kita," ucap Sarah sambil tersenyum manis kearahku.

"Kamu yakin? "

" Sangat yakin sayang, percayalah." ucap sarah

Aku tidak bisa berkata-kata lagi untuk memberikan alasan agar aku tidak akan pergi kerja pagi ini untuk menjaganya dirumah. Aku hanya bisa membalas ucapannya dengan senyuman.

"Tidak usah khawatir sayang, aku dan anak kita akan baik-baik saja," ucap Sarah sambil merapikan dasi yang masih terlihat di luar lingkaran kerah baju kerjaku.

Aku hanya bisa tersenyum.

"Sudah rapi, saatnya kamu pergi kerja. Aku akan antarkan kamu ke mobil, "ucap Sarah sambil membawa tas kerjaku ke dalam mobil.

Sesampainya di depan garasi mobil, Sarah membuka pintu mobil dan memasukkan tas kerjaku kedalam mobil.

" Sudah waktunya Stev, kau akan terlambat,"ucap Sarah.

"Kamu yakin sayang, kamu akan baik-baik saja dirumah, "ucapku meyakinkan Sarah kembali.

" Iya sayang,"sambil mencium bibir ku.

"Oke deh,  aku berangkat kerja dulu, secepatnya aku akan pulang ke rumah.  Kalau terjadi apa-apa, kau bisa menghubungi ku."

"Sudah, tidak perlu khawatir. Jangan sampai gak fokus dengan kerjaan di kantor. Buruan masuk ke mobil,  nanti kamu terlambat ke kantornya."

Aku bergegas masuk ke mobil, dan langsung menyalakan mesin mobil. Aku menatap wajah istriku kembali, seakan aku tidak yakin jika dia kutinggal sendiri dirumah. Seakan kelahirannya tinggal beberapa hari lagi, tidak tahu kapan akan terjadi.

"Aku pergi sayang, baik-baik dirumah ya," ucapku sambil menginjak pedal gas mobil.

Sarah hanya melambaikan tangan kearahku dan tersenyum kecil.

Saat mobil berjalan tidak jauh dari rumah, aku sangat terkejut akan apa yang kulihat. Aku kembali melihat kembali spion luar mobil sebelah kiri,  dan kudapati pantulan istriku yang sedang terjatuh sampai terduduk di depan pintu rumah.

"Saraaah," ucapku berteriak keras di dalam mobil sambil memutar kembali setir mobil.

Sesampai di depan halaman rumah, segera ku lepas belt yang mengait badanku dan membuka pintu mobil dan berlari menuju kearah istriku Sarah.

"Saraah..  Saraah,  kau baik-baik saja,"ucapku panik sambil memegang pundak sarah.

"Ini saatnya Stev, bawa aku kerumah sakit segera," ucap Sarah sambil memegang tangan kanan ku dengan erat menahan sakit.

"Oke sayang,  aku akan membawamu," sambil menggendong Sarah ke dalam mobil.

"Aduhhhhh."

"Tahan sayang, aku akan membawamu ke rumah sakit," ucapku sambil membaringkan Sarah di bangku belakang mobil.

Mendengar teriakan Sarah yang merintih kesakitan, orang-orang yang lewat di depan rumah dan tetangga pun segera berusaha menolong aku membaringkan Sarah ke bangku mobil belakang.

"Steven..  Steven.. Apa yang terjadi?" ucap Johnny tetangga ku yang berlari ke arah ku.

"Sudah waktunya John, Sarah sebentar lagi akan melahirkan," ucapku panik.

"Aku akan menolongmu membawa Sarah ke rumah sakit," balas Johnny.

"Terimakasih John, aku sangat menghargai bantuanmu."

"Tidak ada waktu lagi untuk berbicara Stev, kita harus bergegas. Kamu duduk di bangku belakang mobil dengan Sarah, aku akan membawa mobilmu secepat mungkin ke rumah sakit,"ucap Johnny tergesa-gesa.

"Stev...  Hurry up," ucap Sarah dengan suara menahan sakit.

"Oke sayang, kita akan ke rumah sakit sekarang,"balasku.

Johnny dan aku segera masuk ke dalam mobil, dan aku langsung duduk di bangku belakang dan memangku kepala Sarah di pahaku. Johnny yang akan menyetir mobil ke rumah sakit.

"Aku tidak tahan lagi stev," ucap Sarah memegang tanganku dengan sangat erat.

"Kumohon sayang, bersabarlah.  Kita sedang dalam perjalan."

"Sarah, aku mohon bertahanlah. Aku akan menyetir mobil ini secepat mungkin ke rumah sakit," balas Johnny sambil menyetir mobil.

Mobil berjalan sangat kencang,  kulirik kecepatan mobil telah mencapai 140 km/jam. Aku serahkan semua kepada Johnny, saat ini keselamatan tidaklah penting bagiku.  Yang terpenting hanyalah kami bisa sampai ke rumah sakit. Sempat aku berpikir, mungkin inilah yang menyebabkan ayahku meninggal saat menuju rumah sakit untuk melihat ibuku yang sedang melahirkanku. Dia sangat senang mendengar berita kelahiranku saat dia kerja, sehingga dia menginjak gas sampai mobil mencapai kecepatan penuh, dan dia tidak memikirkan resiko yang dia buat. Pada akhirnya dia mengalami kecelakaan saat menuju ke rumah sakit.

"John.. Johnny, pelan-pelan saja. Nyawa kita juga penting saat ini,"ucap ku khawatir sambil menyentuh pundak kanan Johnny.

"What do you mean, Stev?. Sarah sedang kesakitan dan akan melahirkan anak pertama kalian. Kita harus segera membawa Sarah secepatnya kerumah sakit,  sebelum darah yang keluar semakin banyak," ucap Johnny panik dengan nada keras.

"Iya,  aku tahu. Tapi kita harus memikirkan resiko."

"Apa kau sudah gila Stev?, kita harus menyelamatkan nyawa Sarah dan anak yang di kandungan Sarah."

"Tapi, dengan mobil yang melaju secepat ini juga akan mengancam nyawa kita berempat termasuk nyawa anak kami! " ucap ku tegas.

Johnny terdiam dan tidak membalas ucapan ku. Dia tetap menginjak pedal gas.

"Jhonny, kau harus dengarkan ucapanku," ucapku kembali dengan nada sangat keras.

"Terserah Stev, jika itu yang kau mau!"ucap Johnny tegas sambil menurunkan tekanan pijakan pedal gas mobil.

"Percayalah padaku John," balasku.

Selama 28 menit, akhirnya kami sampai ke rumah sakit. Para suster sudah menunggu di depan pintu luar rumah sakit. Karena selama kami di perjalanan, pihak rumah sakit sudah mendapatkan informasi bahwa sebentar lagi akan ada pasien yang akan melahirkan,  yang sedang menuju ke rumah sakit tersebut.  Pihak rumah sakit sudah diberi informasi dari istri Johnny yang telah menelpon pihak rumah sakit terlebih dahulu, sebelum kami bergegas ke rumah sakit.

"Kita sudah sampai sayang, bertahanlah untuk anak kita," ucapku memohon sambil menggendong Sarah menuju tandu.

"Aku akan parkirkan mobil ini dulu Stev, kamu duluanlah. Aku akan menyusul mu," ucap Johnny.

"Oke, aku akan menemuimu disana."

"Stev.. Steve,"ucap Sarah yang sedang terbaring berusaha mencariku.

"Iya Sarah, aku disini," sambil memegang erat tangan Sarah.

"Jangan pergi, aku takut."

"Iya.. Iya sayang, aku akan selalu disini buatmu."

Kondisi Sarah terlihat sangat lemah, ketakutan nya akan melahirkan terlihat sudah, karena ini adalah pertama kalinya dia melahirkan. Suster segera membawa Sarah ke ruang operasi, sesampainya di ruang operasi. Suster mempersiapkan segala peralatan-peralatan operasi. Aku hanya berdiri disamping istriku Sarah sambil memegang erat tangannya.

"Baiklah, kita akan mulai," kata dokter.

"Siap dok," ucap suster.

"Buat ibu Sarah, silahkan lakukan prosedur yang akan saya berikan nanti," ucap dokter.

"Baik dok."

"Anak saya gak akan kenapa-napa kan dok? " tanyaku khawatir.

" Kita doakan saja."

Operasi pun mulai dilakukan, kupandang wajah istriku yang sudah terlihat pucat dan bercucuran keringat. Kurasakan tangannya gemetar memegang tanganku karena ketakutan.

"Kumohon sayang, kamu pasti bisa," ucapku dalam hati.

"Bu Sarah, tarik nafaslah dan lakukan dorongan. Agar kita bisa pantau anak ibu," ucap dokter.

"Baik dokter."

"Oke bu, Lakukan!"

Sarah pun menarik nafas yang dalam,  dan mulai melakukan dorongan.

"Ahhhhhh... Aahhhhhh,"teriak Sarah sambil memegang tanganku begitu erat.

"Ayo sayang, bertahanlah," ucapku sambil mencium kening Sarah.

"Ahhhh...ahhhhhh," teriak Sarah kembali sambil mengeluarkan air mata menahan sakit.

Setelah beberapa kali Sarah melakukan dorongan, akhirnya dokter berhasil. Haru dan tangis bercampur aduk, aku langsung mencium kening Sarah.

"You did it, honey."

Sarah membalas ucapanku dengan senyuman kecil sambil menahan sakit tanpa melirikku.

"Lihat sayang, bayi kecil kita. Dia akan menghiasi rumah kita dengan tangisan, tawanya dan suara langkah kaki kecilnya," ucapku sambil memegang tangan Sarah.

"Stev... sayang."

"Iya Sarah."

"Berjanjilah, kau akan merawat anak kita sampai dewasa nanti," pinta Sarah dengan suara terengah-engah.

"Apa maksudmu, sayang?"

"I'm Tired, honey. Berjanjilah.."

"No, Sarah. Bertahanlah," ucapku ketakutan.

"Beri dia nama sesuai yang kita rencanakan, Luis Debolt."

"No Sarah, pleasee. Dokter, kumohon selamatkan istriku," ucapku memohon pada dokter.

Dokter segera memeriksa kondisi Sarah. Saat dokter memeriksa kondisi Sarah yang terbaring lemah, tiba-tiba Sarah tidak sadarkan diri. Tangan sarah yang kugenggam terlihat sangat lemah, dia tidak lagi seperti menggemgam tanganku.

"Sarah..  Sar.. Saraaahh," ucapku sambil berusaha menyadarkannya.

Kulihat mata istriku sudah tertutup dan terlihat sangat lelah terbaring.

"Kumohon, dokter. Selamatkan istriku dok," ucapku paksa sambil meraih tangan dokter.

Kuciumi wajah istriku yang terbaring lemah, dan berharap dia hanya kecapean saja. Kusentuh terus pipi nya beberapa kali,  berusaha membangunkannya. Tapi tidak berhasil juga.

"Saaaraahh...  jangan tinggalkan kami berdua, kumohon."

"Maafkan kami pak, tapi hanya ini yang bisa kami lakukan. Kami turut prihatin atas istri bapak" ucap dokter itu.

Aku tahu, aku hanya menangisi hal yang tak mungkin bisa kuperbaiki lagi. Ini semua seperti mimpi bagiku, dan kuharap seseorang membangunkan ku dari tidurku.

"Sarah, kumohon sayang. Buka matamu sayang, lihat anak kita" ucapku sambil menyentuh lembut pipi Sarah.

"Saraaahh, bangun sayang" ucapku dengan nada meninggi.

Suaraku yang begitu keras berusaha membangunkan Sarah terdengar jelas sampai ke luar ruangan operasi. Sontak membuat Johnny langsung masuk kedalam ruangan operasi.

"Tidak!, ini tidak mungkin terjadi.  Semua yang telah terjadi padanya sekarang, sudah membuat mu puas?" ucap Johnny terisak-isak.

"Aku tidak melakukan apapun pada Sarah" balasku.

"Diam!" balasnya.

"Aku tidak ingin berdebat sekarang John, aku kehilangan istriku. Dan kau masuk lalu membentak ku seakan kematian Sarah adalah salahku".

"Maaf memotong pembicaraan pak, jika ingin berdebat bukan disini tempatnya" ucap dokter memotong pembicaraan kami.

"Bapak ini sedang berduka, tidak sepantasnya bapak memarahinya seperti ini".

"Aku menunggumu di luar" ucap Johnny padaku.

Mendengar perkataan dokter tadi membuat Johnny tersinggung. Johnny pun memutuskan untuk keluar dari ruangan.

Pikiran ku sekarang sudah bercampur aduk, ku hanya menatap wajah Sarah seperti seseorang yang tertidur karena kelelahan. Kusentuh pipi kanannya sambil tersenyum, berusaha merelakan kepergiannya untuk selamanya.

"Aku berjanji sayang, aku akan menjaga anak kita. Aku tidak akan biarkan seseorang menyakiti nya" ucapku berjanji di depan tubuh Sarah yang tidak bernyawa lagi.

Wajah Sarah sudah memucat dan badannya sudah terasa dingin. Kutatap wajahnya sekali lagi, untuk terakhir kalinya. Sebelum dokter  mengurus tubuh Sarah yang tidak bernyawa lagi.

"Maaf pak, semoga ibu tenang dalam peristirahatan nya" ucap dokter sambil menutup seluruh tubuh Sarah dengan kain hijau.

Ku mencium kening Sarah untuk terakhir kalinya, sebelum dokter menutup wajah Sarah.

"Aku menyayangimu sayang, akan kutepati janjiku. Semoga tenang disana".

Dokter membawa jasad Sarah keluar, begitu juga perawat membawa anakku ke ruangan bayi.

Setibanya di pintu ruangan operasi, kudapati Johnny sedang bersandar di dinding sedang menangis. Lalu kuhampiri dia, untuk meminta maaf atas perkataan ku tadi.

"John, aku minta maaf atas perkataan ku didalam tadi" sahutku.

Johnny hanya diam dan tidak membalas ucapan ku. Seakan dia berusaha menyembunyikan tangisannya saat ku menghampirinya.

"Sudah cukup Jhon, kau tidak perlu menyembunyikan nya" ucapku kembali sambil menyentuh pundak Johnny.

Dia tidak membalas ucapan ku, Johnny hanya melihat ku dengan tatapan matanya yang tajam.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku heran.

Johnny hanya memberikan senyum kecil, terlihat seperti dia menertawakan pertanyaan ku tadi. Aku tidak tau apa yang sedang merasuki tubuhnya, tapi aku bisa merasakan dari wajahnya Johnny bahwa Johnny sedang menyimpan amarah yang belum terluapkan.

"Aku tahu wajah ini John, apa yang sedang merasuki mu saat ini?. Apa kau masih berfikir bahwa kematian istriku adalah salahku?" tanyaku kembali.
                                ~

Hallo...  Halloo Hai pembaca Dad Who Is He??? ??.  Awalnya buat cerita ini memang udah dari dulu kepikiran jalan cerita nya. Kayaknya seru kalau dibuat jadi sebuat cerita. Berawal dari sebuah imajinasi, jadi terbayang membuat suatu cerita yang menarik.

Buat kalian yang menyukai cerita ini, tumpahkan di kolom komentar ya. *Comment Down Bellow*??.  So, jika banyak yang suka ceritanya, aku janji akan teruskan kelanjutan ceritanya??. Alur ceritanya sangat menarik. Belum boleh kasih spoiler dulu hehe, baca deskripsi aja pasti penasaran kan? Hehehe.

Jika banyak yang support buat ngelanjutin cerita ini, aku akan buat. Aku akan nulis setiap kamis aja hehe,  soalnya sibuk kuliah nih.

Stay tune guyss
Love y all??

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience