2016
Suara bising terdengar dari koridor rumah sakit, seorang wanita berusia 22 thn terbaring lemah dengan darah yang mengalir di kepalanya dan luka- luka di tubuhnya akibat kecelakaan mobil , kini wanita itu tidak dapat melakukan apapun,pandangannya kabur tapi samar - samar wanita itu masih bisa mendengar suara dari suster dan dokter yang sedang menolongnya saat ini..
2 tahun kemudian (2018)
Perlahan Hanna membuka matanya, bola mata hitam milik Hanna mulai mengitari sekeliling ruangan secara perlahan. 'Putih' , Hanna hanya melihat dinding putih tanpa ada siapapun yang berada di ruangan itu, Hanna menghela nafas berat berusaha untuk mengerti situasi di ruangan ini serta kejadian apa yang membuatnya berada di ruangan ini.
Suara derikan pintu membuat Hanna memutar bola matanya menuju ke arah sumber suara. seorang wanita yang berpakaian seperti perawat datang menghampiri Hanna, samar -samar Hanna melihat perawat itu terseyum padanya sambil menanyakan keadaannya. Sebuah suntikan di keluarkan oleh perawat itu dengan cekatan perawat itu menyuntikan cairan kedalam infus Hanna.
"Di... Di... Mana... Aku?"
Suara Hanna terdengar samar karena alat bantu pernapasan yang melekat pada mulut dan hidungnya, dengan tatapan iba perawat itu menjawab pertanyaan Hanna dengan pelan.
"Anda sekarang berada di rumah sakit"
Tidak ada pertanyaan lagi yang dilontarkan dari mulut Hanna, melihat Hanna yang diam, perawat itu memutuskan untuk meninggalkan Hanna dan membiarkannya beristirahat.
Hanna berusaha keras untuk menggingat kejadian demi kejadian yang menyebabkan dirinya berakhir terbaring di rumah sakit, lalu sebuah kejadian kecelakaan terlitas di pikiran Hanna. Dengan bola mata yang membesar tetesan air mata mulai mengalir dari pelipis Hanna.
"Mama... Papa... Kak ray.... Aldo"
Sambil terus memanggil nama yang tidak pernah ada di sisi Hanna saat Hanna membutukan mereka, seorang pria berpakaian juba putih panjang menghampiri Hanna.
"Apa kau ingat sesuatu"
Perkataan dokter itu membuat Hanna diam, dalam ketakutan tidak ada keluarga bahkan pacarnya di ruangan ini, Hanna merasa takut. Dengan tanggan yang gemetaran Hanna berusaha meraih legan dokter itu.
"Di... Dimana keluargaku ?"
Suara Hanna terdengar lemah, yang dilakukan oleh dokter itu hanyalah menatap Hanna lekat tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Hanna, karena Dokter itu tau jika dia memberi tau yang sebenarnya bahwa keluarnganya tidak pernah datang mencarinya semenjak kecelakaan itu terjadi, pasti akan sangat menguncang hati Hanna dan akan membuat kondisi Hanna semakin parah.
Dengan tenang dokter itu melepas gengaman tanggan mungil milik Hanna yang nelingkar di pergelangan tanggannya.
"Keluargamu, baru saja pulang.. Mereka menitipakan mu padaku, mereka mengatakan bahwa mereka akan kembali.. Jadi istirahtlah"
Saat Dokter itu meninggalkan ruangan Hanna, suara lemah kembali di lontarkan dari mulut Hanna, Sebelum dokter itu benar - benar pergi.
"Aldo.. Di... Mana ?"
Langkah kaki Dokter itu terhenti seketika, dia tidak tau siapa yang dimaksud oleh Hanna. Karena sejujurnya dokter itu tidak melihat siapapun pernah datang mengunjungi Hanna semenjak 2 thn yang lalu ketika Hanna koma akibat kecelekaan.
"Aldo.... Dia juga baru pulang, dia mengatakan bahwa dia akan kembali setelah selesai dari perkerjaannya"
Entah apa yang di jawab oleh Daker itu, tapi yang pasti Dokter itu yakin bahwa nama pria yang di sebutkan oleh Hanna tadi adalah nama pacarnya.
Mendengar ucapan Dokter itu membuat Hanna menghelakan nafas beratnya.
*****
"Dokter Kelvin"
Suara seorang perawat dari koridor rumah sakit membuat Dokter yang di panggil Kelvin itu menoleh, langkah kaki perawat itu bergerak dengan cepat , saat melihat Kelvin berhenti.
"Bagaimana.. Apa dia tau kebenaran keluarganya ?"
tanya perawat itu dengan wajah cemas.
"Sepertinya...... Iya"
"Apa dokter tidak bertanya dimana orang tuanya, jadi kita bisa menghubungi keluarganya, dan memberitau mereka bahwa anak mereka ada di sini"
Dokter Kelvin hanya mengeleng pelan.
"Jangan katakan pada wanita itu, jika orang tua, saudara serta pacarnya tidak pernah datang, jika kau mengatakannya... "
Ucapan dokter Kelvin terhenti sejenak
"Apa maksud Dokter, apa dokter tidak memberi tau yang sebenarnya pada wanita itu"
"Kita tidak bisa memberi taunya secara terus terang, wanita itu akan terguncang, jika dia tau bahwa keluarganya tidak pernah mencarinya selama 2 thn semenjak dia koma bahkan pada waktu kecelakaan"
"Jadi aku mohon padamu, clara jangan katakan apapun pada wanita itu, jika dia bertanya berbohonglah padanya"
Kelvin tau, keputusan yang di buatnya ini akan membuat wanita itu membencinya Tapi, apa boleh buat Kelvin tidak bisa membuat wanita itu terguncang karena hal ini.
***
Di kamar, Hanna hanya melihat langit-langit dinding rumah sakit yang menghiasi tempatnya saat ini, Hanna tidak bisa tidur, dia terus memikirkan keluarganya dan juga Aldo.
Hanna ingin bertemu dengan mereka, Hanna ingin melihat mereka dan memeluk mereka serta mengatakan bahwa Hanna baik-baik saja.
Pikiran itu terus terlintas dipikiran Hanna, sesekali Hanna melirik jam yang ada di dinding tempatnya dirawat sekarang. Jam 9 tapi tidak ada satu orang pun yang datang menemuinya, bahkan ini sudah lewat dari 6 jam semejak dokter itu mengatakan bahwa keluarganya akan datang kembali.
"Kalian dimana ?"
Kata Hanna dengan suara pelan. Tanpa disadarinya air mata Hanna kembali mengalir, dan sebuah pikiran mulai terlintas di benaknya. Pikiran tentang orang tuanya tidak ingin bertemu dengannya, pikiran bahwa orang tua, saudara serta pacar Hanna telah meninggalkannya.
Hanna ingin berteriak untuk menghilangkan semua pikiran itu tapi keadaannya yang lemah tidak mendukung sama sekali keinginannya untuk melampiaskan semua emosi yang saat ini ada dalam hatinya.
Sebuah cahaya kecil dari bilik pintu membuat Hanna menoleh untuk melihat siapa yang datang, tatapan berharapnya berubah menjadi tatapan senduh.
Bukan keluarga yang datang menjenguknya tapi seorang dokter.
"Apa kau baik-baik saja?"
Hanna tidak menjawab pertanyaan dokter itu, tapi yang pasti Hanna merasa sesak dia tidak bisa bernafas karena tekanan yang dia rasakan.
"Tarik nafasmu secara perlahan... Kau akan baik-baik saja jadi percayalah padaku"
Suara dokter Kelvin membuat Hanna merasa tenang dengan keberadaannya, tanpa sadar mata Hanna perlahan terpejam sambil menggengam tangan dokter Kelvin. Hanna tertidur pulas seperti bayi.
"Maaf... Karena membohongimu, tapi aku berjanji aku akan mencari tau keberadaan keluargamu"
Kata Kelvin dalam hati.
***
1 minggu kemudian.
Seluruh peralatan medis yang dulunya melekat pada tubuh Hanna hari sudah dilepas, Hanna bisa menghirup udara tanpa bantuan alat pernafasan lagi dan tubuhnya sedikit demi sedikit sudah bisa di gerakan meskipun tidak bisa bergerak bebas. Seperti biasa Hanna hanya menatap dinding polos ruangan yang saat ini menjadi tempanya beristirahat, tatapannya kosong. Sampai dokter Kelvin datangpun Hanna tidak mengubrisnya sama sekali.
"Hanna"
Panggil Dokter Kelvin pelan
Hanna memalingkan kepelanya kearah Dokter Kelvin, tanpa berniat untuk menjawab panggilan Kelvin. Hanna kembali merenung.
"Kau tau... Merenung itu tidak baik.. Apa kau ingin jalan - jalan?"
Ajakan Kelvin membuat sebuah ulasan senyum tipis di wajah cantik miliki Hanna.
Suara decitan burung dan sejuknya angin membuat Hanna merasa rileks, Hanna berusaha membuang pikiran yang terus menghantui dirinya " bahwa keluarganya tidak menginginkanya".
"Apa kau merasa baikan ?"
Tanya dokter Kelvin pelan berusaha untuk tidak menggangu ketenangan Hanna.
"Apa hanya aku yang mengharapkan untuk dapat kembali ?"
Pertanyaan Hanna membuat Kelvin tercegang. Pertayaan yang pernah dia lontarkan saat dia kecil, pertayaan yang tidak pernah hilang dari benak Kelvin.
"Apa? "
Dokter Kelvin berusaha untuk tanpa tenang, dan berpura-pura tidak mendengar ucapan Hanna barusan.
"Siapa... Namamu ?"
Hanna juga tidak berniat untuk mengulang kembali kalimat yang baru saja dilontarkan dari mulutnya.
"Kelvin"
"Terima kasih"
Kata Hanna sambil menatap lagit biru yang cerah.
Mendengar ucapan terima kasih yang di lontarkan oleh Hanna membuat Kelvin merasa bersalah karena telah membohongi Hanna selama ini.
***
"Istirahatlah... Perawat akan datang untuk melihat kondisimu"
Hanna hanya mengganguk kecil mendengar ucapan Kelvin, pria itu pergi meninggalkan Hanna setelah melihat Hanna berbaring.
Mata Hanna kembali melihat sekeliling ruangan, dan matanya tertuju pada sebuah kalender yang menunjukan bulan April.
Dengan pelan Hanna mendekatkan dirinya pada kalender
yang tergantung di sudut dinding.
"16"
Suara Hanna terdengar gemetar, matanya memerah dan cairan bening keluar dari pelipis Hanna. Tubuh Hanna terjaluh kelantai, tangisnya pecah dan memenuhi ruangan.
"Apa kalian tidak mengingankan ku lagi... Karena itukah kalian menutup telinga dan mata kalian untuk ku... Apa salah ku... Apa yang aku lakukan sampai kalaian tidak menginginkan keberadaan ku lagi"
Kata Hanna sambil berteriak dan menagis. Hatinya hancur, hari dimana seharusnya semua orang berada di sampingnya, hari dimana seharusnya semua orang merayakan hari kelahiranya, hari dimana seharusnya Hanna mendapatkan kasih sayang yang lebih, hari diamana Hanna menjadi anak yang paling sepesial. Tapi hari ini. Hari ini tidak ada siapapun di hidupnya, tidak ada siappun yang menemaninya, tidak ada siapapun yang mencarinya bahkan tidak ada siapapun yang merindukaknnya. Hanna sendirian, sepi dan menunggu kepastian.
***
"Kumohon, jangan seperti ini"
terdegar Suara seorang perawat yang ketakutan sekaligus cemas.
"Mundur... Ku bilang mundur! "
Kata Hanna sambil berjalan mundur ke arah ujung gedung
"Hanna"
Suara dokter Kelvin terdengar dari lorong ruangan, dengan nafas yang teregah-engah Kelvin berusaha untuk meraih tangga Hanna.
"Kumohon,Hanna"
"Jangan mendekat...ku bilang JANGAN mendekat !!!!"
Teriak Hanna histeris. Airmatanya kembali mengalir, terlihat raut wajah kecewa dan sedih di wajah Hanna.
"Apa gunanya kau melakukan ini, kau masih punya keluarga bahkan pacar yang menunggumu"
Mendegar perkataan Kelvin membuat Hanna menatapnya tajam sambil mendengus kesal, dengan genangan air mata yang membendung di matanya
"Keluarga...pacar... Kau bohong"
Mendengar terikan Hanna membuat Kelvin sadar bahwa Hanna sudah tau kebenarannya
"Kau bohong, kau BOHONG pada ku, kau bilang kelauarga ku akan datang menjenguk ku, tapi apa kenyataannya sampai sekarang mereka tidak pernah datang menemuaiku"
kata Hanna sambil menagis dan berteriak. Menyadari kebodohannya yang terus berharap bahwa orang tuanya akan datang.
"Hanna"
Kelvin berusaha kembali mendekati Hanna secara perlahan, tapi hasilnya nihil, Hanna melontarkan tatapan tajamnya pada Kelvin mengisyaratkan bahwa Kelvin tidak boleh mendekatinya.
"Kau punya aku...aku akan berada di sisimu, aku berjanji padamu Hana"
Suara lembut Kelvin membuat Hanna kembali menagis, tapi tetap saja perkataan Kelvin tidak akan mengubah apapun dalam benaknya saat ini.
Perlahan Hana melangkah mundur, melihat tindakan Hana, Kelvin mengelengkan kepalanya perlahan.
"Jangan... Kubilang Jangan.. Hana"
Satu langkah lagi akan membawa Hana kedalam maut dan yang benar saja keputusan Hana sudah bulat dia melangkahkan kakinya ke belakang tanpa ragu, Hanna melakukan terjun bebas dengan cepat. Kelvin berusaha meraih tangan Hana tapi hasilnya nihil, Kelvin tidak dapat meraih tangan Hanna.
"Hannaaaaaaaaaa"
***
Share this novel