Impian Delima

Crime Series 21272

Delima tidak sempat lagi bertanya banyak hal kepada Piya. Meskipun dia ingin mengajukan banyak pertanyaan yang ada di benaknya kepada Piya, tetapi menikmati pemandangan dari atas dalam helikopter ini jauh lebih penting. Delima tak ingin kehilangan momen indah ini.

Akhirnya impiannya kesampaian. Naik helikopter merupakan impiannya sejak kecil. Meski dia anak seorang dijabat petinggi dari kepolisian tetapi dia tidak pernah menikmati fasilitas negara untuk bersenang-senang seperti ini. "Wow...luar biasa... luar biasa...indah sekali....!" Delima bersorak kegirangan. Dia bertepuk tangan gembira menengok kiri kanan jendela helikopter seperti seorang anak kecil yang baru mendapatkan hadiah mainan. "Wow...ada pulau...ada istana...waaah besar sekali...kita ke sana ya...!" Piya mengangguk. "Asyiik!" Delima bertepuk tangan lagi kesenangan.
"Seperti istana dongeng... wonderful...!" Delima merogoh kantongnya ingin mengabadikan pemandangan di bawah dengan ponselnya. "Ya tuhan...Hpku tertinggal...aduuh gimana ini...Piya pinjam HP-mu!" Piya memberikan ponselnya. Delima merekam pemandangan di bawahnya sambil bergumam. "Subhanallah...laut...lautnya indah sekali....pantai...pasir putih....oh Tuhan...cantiknya!" Delima sangat senang. Naik Helikopter merupakan pengalaman yang baru bagi Delima.Tidak seperti Piya. Piya kan polisi. Dia sering terlibat aksi penyelamatan untuk korban bencana alam dengan helikopter ketika jadi polwan.

Capt Ruben Amarta, Pilot Rotary Wings atau helikopter itu tersenyum geli melihatnya. Delima bukan satu-satunya orang bersikap begitu ketika pertama kali naik pesawat ini.

Capt Ruben Amarta bekerja di perusahaan penyedia jasa sewa helikopter di Jakarta. Dia telah menerbangkan helikopter sejak tahun 2000 silam hingga kini. Usai menamatkan sekolah penerbangan selama tiga tahun, ia langsung terjun ke dunia penerbangan.
Piya mengenalnya ketika masih menjadi anggota kepolisian.

Mereka berteman sejak 5 tahun yang lalu, pria ini juga mengenal baik Delima. Teman Piya ya teman Delima juga, Delima terlalu takjub berada di Helikopter ini sehingga dia jadi tidak memperhatikan Capt Ruben Amarta yang tertawa melihat tingkahnya.

Setelah helikopter itu mendarat di pulau Pusaka, Ruben membuka Helmi dan kacamata miliknya, Delima terpekik kaget mmelihatnya, "Ruben !...Ooh my God... rupanya kamu yang jadi pilotnya.. kenapa gak bilang-bilang!" Delima memukul lengan pemuda tinggi besar itu. m"Kamu dari tadi asyik banget msih!" Delima tersipu malu. m"Iya...maaf Ruben! Aku tadi terlalu gimana gitu!" Delima menutup wajahnya dengan tangan kanannya yang bersemu merah."Delima kamu cantik sekali!" Puji Ruben Amarta jujur. "Oh iya...aku memang cantik!" sahut Delima sambil tertawa. Mereka memang sejak dulu suka saling menggoda. Mereka mtetap begitu, walaupun sudah lama tak saling bertemu. "Hmmm...!" Piya mendehem. Dua orang itu melupakan Piya yang berdiri dari tadi di antara mereka. Ruben tertawa " Oh... Piya... maaf...aku pamit dulu ya sampai jumpa!" Ruben naik helikopter itu dan melayang pergi.

Delima tiba-tiba baru menyadari sesuatu. "Piya...aku tidak bawa apa-apa kesini...tasku...dompetku...ponselku...oh my...aduuh gimana dong!" Delima panik. "Tenang aja...4 jam lagi barang milikmu itu akan di antarkan!" Sahut Piya kalem.
"Ayo kita masuk!" Delima mengiringi Piya memasuki istana Pusaka itu. Dia kebingungan

"Piya...kita bermalam di sini ya...sampai kapan...trus tentang kerjaan itu... kerja apaan sih itu... beneran gajinya gede... halal ga... bukan jual diri ka..n?" Piya berbalik, "Nanti aja nanya nya!....ini kamarmu...kamarku di sebelah...istirahatlah dulu...satu jam lagi aku kembali!" Piya membukakan pintu kamar Delima, begitu Delima masuk kamar itu, .pintunya langsung tertutup. Delima Berbalik ingin membuka pintu itu. Terkunci. Pintunya terkunci otomatis. Mana kuncinya? Delima mengetuk-ngetuk pintu kamar itu tidak ada yang mendengar. Delima panik. Dia paling takut terkunci. "Piya...Piya...eh hik hik Piya bukain!" Delima menangis. "Ada apa sih berisik amat!" Delima Berbalik melihat arah suara, ada orang lain di kamar itu. Delima sekamar dengan Amel.
"Kamu...kamu si siapa?" Delima gugup.
"Aku Amel...kamu?"
"Aku..aku Delima!"
"Kamu memang cengeng gitu ya...ini kunci kamar kita...itu tempat tidurmu...ranjangku yang ini!" Amel melempar kunci kamar di ranjang milik Delima. Kamar ini sangat besar dan indah. Dua orang saja di kamar ini masih terlalu luas untuk mereka.
"Mandilah dulu...pakaian untukmu ada di lemari itu!" Amel menunjuk lemari besar berisi banyak pakaian wanita. Delima tertegun campur bingung. Siapa Amel? kenapa dia juga ada di pulau ini?"

Delima tidak tahu mulai besok dia sudah mengikuti latihan keras seperti tentara yang bakalan membuatnya menangis setiap hari.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience