Saya kembali menulis cerita hasil pengakuan salah satu pembaca blog ini. Dia adalah Dahlia. Seorang wanita yang tinggal dan besar di desa di pedalaman Jawa Barat.
Aku tinggal di rumah yang bisa disebut rumah lingkungan keluarga. Sekitar 6 rumah berkumpul di satu lokasi merupakan rumah yang didiami oleh keluarga-keluarga yang memiliki hubungan dekat bahkan ada yang bersaudara kandung.
Keluarga-keluarga itu umumnya keluarga muda yang sudah memiliki anak-anak. Mereka lebih banyak memiliki anak-anak perempuan. Hanya ada satu keluarga yang memiliki anak laki-laki.
Aku adalah anak perempuan yang paling besar diantara anak-anak saudara-saudaraku. Umurku sudah menginjak 9 tahun menjelang 10 tahun. Keluarga di lingkungan perumahan kami sangat akrab. Begitu akrabnya kemi bertetangga, sehingga jika aku makan siang sepulang sekolah, misalnya tidak cocok dengan masakan emakku , aku mencari lauk yang kusukai di rumah-rumah lain di rumah keluarga kami.
Suatu siang sepulang sekolah aku merasa sangat lapar. Setelah mengambil nasi kubuka tudung saji, hanya ada tempe goreng dan sambal serta rebusan daun singkong. Aku kurang selera lauk itu. Dengan membawa nasi di piring aku mulai memeriksa lauk-lauk di rumah lain. Orang tuaku adalah anak tertua, sehingga rumah rumah lainnya adalah rumah bibi atau mamang dan rumah kakek bersama nenek.
Aku masuk ke rumah Mang Jaja. Rumahnya terlihat sepi seperti tidak ada penghuninya. Aku dengan santai masuk ke dalam. Ketika melintas kamar mang Jaja, aku melihat Mang Jaja sedang tidur telanjang dalam posisi telentang dan istrinya yang merupakan bibiku juga dalam keadaan telanjang.
Jantungku berdebar-debar. Rumah kami di kampung umumnya tidak memiliki pintu. Sebagai penutup lazimnya menggunakan kain korden. Acapkali kain korden itu tidak menutup seluruh pintu, sehingga dari celah korden itulah aku melihat dengan jelas kontol Mang Jaja yang menurutku cukup besar.
Mereka berdua tidak sadar bahwa aku mengintipnya. Aku sempat berhenti sejenak memperhatikan bentuk kontol Mang Jaja, karena selama ini aku belum pernah melihat kontol laki-laki dewasa. Dengan rasa ingin tahu tetapi juga rakut ketahuan akhirnya aku tidak berani berlama-lama di rumah itu.
Aku berpindah mencari lauk di rumah Mang Diman. Rumahnya juga sepi. Aku masuk ke rumah itu. Diruang tengah ternyata Mang diman sedang tidur di kursi panjang dengan hanya mengenakan celana kolor dan bertelanjang dada. Dia kelihatan nyenyak sekali karena kedengaran ngorok.
Dari celah bawah celananya terlihat kontolnya. Aku penasaran dan mendekat untuk lebih jelas melihat. Kontolnya kelihatan lebih besar dari kontol mang Jaja. Posisi kontolnya menunjuk ke bawah. Rasa penasaran yang demikian besar membuat aku agak berani. Perlahan-lahan aku mencoba memegang kontolnya dari luar celananya. Aku tekan secara hati-hati rasanya kenyal.
Mang Diman tiba-tiba terbatuk, aku terkejut setengah mati dan secepatnya menghindar menuju meja makannya. Ternyata Mang Diman kembali mengorok, aku merasa tenang tetapi masih diliputi rasa takut. Aku keluar dari rumah Mang Diman.
Aku menuju ke rumah Kakek. Ternyata di rumah itu ada Nenek dan Kakek. Mereka tahu kalau aku sedang mencari lauk. Nenek yang duduk di teras rumah kutanya di mana Kakek. Jawaban si Nenek bahwa Kakek sedang mandi.
Rumah di kampung kami biasanya letak kamar mandi bersebelahan dengan dapur dan tanpa penutup di belakang rumah. Jadi jika ada orang mandi akan terlihat dari dapur. Aku ke dapur untuk mencari lauk, aku melihat kakek sedang akan mandi dengan bertelanjang. Namun posisinya membelakangi aku.
Aku penasaran dengan kontol kakek. Sekelebat sempat juga aku melihat bentuk kontolnya agak panjang dan kantung buah zakarnya juga menjuntai ke bawah agak panjang. Aku jadi berlama-lama berada di dapur sampai akhirnya Kakek menegurku. “ Ngapain kamu di situ kok dari tadi gak selesai-selesai,” katanya.
Aku katakan bahwa aku kebelet pipis. Kakek menyuruhku pipis di kamar mandi. Aku segera membuka celana dalamku lalu mengangkat rok ku tinggi tinggi , jongkok menghadap kakek. Selesai pipis dan cebok aku berdiri saja di kamar mandi. Kakek yang membelakangiku menghardik ku, dengan mengatakan ngapain kamu.
Aku menjawab “ ingin melihat punyaan kakek,”
Kakek gusar dan mengatakan kepadaku bahwa aku masih kecil, tidak boleh melihat kontol laki-laki dewasa.
Aku tidak mau mundur sehingga ku katakan bahwa aku ingin melihat sebentar saja. Akhirnya kakek mengizinkan aku melihat kontolnya. Kontolnya kelihatan panjang dan agak membesar. Melihat kontol yang besar itu aku jadi penasaran ingin mencoba merasakan jika dipegang. Oleh karena itu aku bilang ke kakek, untuk diperbolehkan memegang kontolnya.
Kakek mulanya melarang, tetapi karena aku merengek, akhirnya aku diizinkan sebentar dan berjanji tidak cerita kepada siapa pun termasuk ke nenek. Kontol kakek aku genggam dengan dua tangan. Terasa agak mengeras dan makin lama makin keras sampai dia bangun yang kalau kulepas kontol itu menunjuk ke depan.
Aku remas-remas kontol kakek, kakek kelihatannya menikmati. Sementara sedang asyik-asyiknya kami mendengar suara nenek masuk ke dalam rumah. Kakek terkejut langsung menyambar handuk berjalan keluar duluan. Aku pun setelah mengambil lauk ikan goreng kembali pulang ke rumahku.
Di rumah sudah ada ayah yang sedang tidur di bale-bale mengenakan sarung dan bertelanjang dada. Aku menyelesaikan makan dengan menjaga agar tidak berbunyi. Setelah itu berganti pakaian sekolah dengan pakaian rumah.
Kulihat ayah masih ngorok di bale-bale. Siang hari yang panas memang enak mungkin untuk tidur di rumah yang teduh. Namun posisi tidur ayah sekarang lebih menarik, karena kain sarungnya agak terbuka sehingga terlihatlah kontolnya . Kontol ayah cukup besar tapi pendek. Di sekitar kontolnya penuh dengan bulu-bulu yang menyambung sampai ke dada dan ke kaki. Ayahku memang memiliki bulu di badan yang lebat.
Perlahan-lahan aku sibak kain sarung ayah, agar aku bisa melihat kontolnya lebih jelas. Bentuknya lucu sebab besar dan pendek serta banyak sekali bulu-bulunya. Aku penasaran ingin memegangnya. Aku pegang perlahan-lahan. Rasanya kenyal.
Ayah yang tadi ngorok, jadi tidak mengorok lagi, tetapi masih tertidur. Aku pegang-pegang kontol ayah makin lama makin besar dan makin keras. Aku takut sehingga pelan-pelan ku turunkan kembali sarungnya dan aku duduk di dekat tempat tidur.
Tidak lama kemudian ayah bangun. Dia heran melihatku duduk saja. “Kamu ngapain duduk disitu,” tanyanya.
“Aku ngantuk yah,” kataku berkilah.
Ayah mengajakku tidur bersamanya. Aku naik ke ranjang langsung dipeluk tubuhku dari belakang. Tak lama kemudian jarinya merambah ke arah selangkanganku. Di remas-remasnya memekku yang masih terbungkus celana dalam. Setelah itu celana dalam ku dipinggirkan lalu jarinya menelusup masuk ke dalam dan menjangkau belahan memekku. Aku merasa geli dan juga nikmat.
Pada waktu itu ibu tidak ada di rumah pergi nginap di rumah saudaranya karena ada hajatan. Sebetulnya aku diajak, tetapi aku malas. Ayah juga malas menginap di rumah yang punya hajatan. Siang itu aku tidur dipeluk ayah sambil memekku dikobel-kobelnya.
Tanpa sadar aku merintih-rintih karena aku merasakan nikmat. Ayah melepaskan tangannya dari memekku lalu dia bangkit keluar kamar. Aku mendengar dia mengunci pintu depan. Mungkin beliau takut tiba-tiba ada orang masuk sementara sedang asyik denganku.
Ayah masuk kamar dengan langsung membuka sarungnya. Celana dalamku juga di tariknya sehingga aku hanya mengenakan rok saja. Kedua kakiku dikangkangkan sehingga belahan memekku terasa terbuka lebar. Jari ayah mengobel-ngobel itilku yang memberi rasa nikmat. Aku kembali merintih-rintih. Aku menutup mata menikmati perlakuan ayah.
Aku merasa memekku basah dan belaian yang terasa di memek lebih lembut. Aku lihat ke bawah, ayah menjilati memekku terutama itilku. Rasanya sangat nikmat sehingga aku tidak bisa menahan tubuhku tidak bergerak sambil merintih.
Setelah ayah puas dia duduk diantara kedua kakiku dan mencolokkan jari tengahnya memasuki memekku. Kata ayah hanya bisa masuk setengah saja. Ketika ayah memaksa memasukkan semua jarinya aku merasa memekku perih. Ayah seperti tidak peduli akan rasa sakitku dia terus mencolok jarinya sampai akhirnya terbenam masuk semua. Aku rasakan memekku perih seperti disilet.
Ayah mencolokkan jarinya keluar masuk memekku sambil di putar-putarnya. Memekku sudah tidak merasa sakit lagi. Ayah memberi tahuku bahwa dia akan mencoba memasukkan sekaligus dua jarinya. Aku keberatan karena nanti akan terasa sakit. Namun ayah tidak mau mendengar dia mencoba memasukkan jari telunjuk dan jari tengah sekaligus. Memekku terasa perih kembali. Aku menjerit karena rasa sakit yang luar biasa. Namun ayah tidak peduli dia terus saja memaksakan jarinya masuk. Kedua tanganku yang berusaha menahan tangannya mencolokkan jarinya tidak mampu dan kalah tenaga.
Aku rasakan memekku seperti diregang dengan masuknya kedua jari ke memekku. Kedua jarinya diputar-putarkan di dalam memekku mengakibat rasa sakit. Aku menangis karena sakit sekali rasanya. Namun ayah kelihatannya tidak terpengaruh oleh tangisanku.
Ayah mencabut jarinya dan kembali menjilati memekku yang terlihat berdarah namun tidak cukup banyak. Aku tidak lagi menangis, karena memekku terasa nikmat. Aku malah merintih karena nikmatnya itilku dijilati ayah.
Memekku tidak lagi merasa sakit. Ayah mengatakan dia akan mencoba memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Katanya memekku sudah bisa dimasuki kontol karena dua jari sudah bisa keluar masuk di memek. Ayah melumuri ludah cukup banyak di ujung kontolnya lalu mengarahkan ke lubang memekku.
Kelihatannya dia kesulitan karena kontolnya selalu meleset keatas atau ke bawah. Dia menambah ludah di ujung kontolnya dan juga melumuri ke memekku. Kepala kontolnya terasa dijejalkan ke lubang memekku di bawah. Ayah terasa menekan kontolnya memaksa masuk ke memekku. Kulihat kepala kontolnya sudah masuk. Memekku agak sakit, tetapi tidak seperi tadi sakitnya. Ayah terus berusaha menekan memasukkan kontolnya lebih dalam. Aku menjerit karena terasa sakit. Kulihat lebih separuh kontolnya sudah masuk.
Dia tidak bisa lagi memasukkan lebih dalam karena mentok dan aku merasa sakit. Ayah menarik lalu mendorong lagi masuk kontolnya ke lubang memek. Selain agak sakit tapi ada juga rasa nikmatnya. Aku merintih pelan. Mulanya pelan tapi kemudian kontolnya digerakkan makin cepat lalu ayah diam. Di dalam aku merasa hangat.
Perlahan lahan kemudian ayah menarik kontolnya keluar. Kulihat kontol ayah tidak sebesar tadi dan berlumuran lender bercampur darah. Aku raba lubang memeku terasa membesar dan pinggiran memekku seperti menggembung lebih besar, apakah memekku membengkak, aku tidak tahu.
Memekku yang jelas terasa sakit . Aku mencoba bangun duduk di pinggir tempat tidur, tetapi lubang memekku perih sekali. Aku katakana ke Ayah, kayaknya besok aku tidak bisa ikut kondangan, karena sakit sekali. Aku tidak bisa berjalan.
Ayah menggendongku ke kamar mandi lalu membersihkan memekku dari lender-lendir yang meleleh keluar. Setelah bersih aku di dudukkan di peinggir bak dan ayah kembali menjilati memekku. Rasa sakit yang tadi kurasakan di memek sekarang berubah menjadi rasa nikmat. Aku kembali merintih sambil memegangi rambut ayahku. Ayah berdiri, terlihat kontolnya sudah membesar lagi ngacung ke depan. Ayah melumuri kontolnya dengan ludah lalu coba memasukkan ke memekku. SEkali coba langsung masuk setengah. Ayah memaksa dengan menekan kuat sekali agar semua kontolnya masuk. Aku merasa sakit sambil berusaha merangkul ayah karena juga takut jatuh. Memekku kembali merasa sakit, saat kulihat ke bawah, badan ayah sudah menempel ke badanku. Kontolnya tidak terlihat sisasnya yang belum masuk.
Ayah mengangkaku dengan menggendong depan. Kakiku dilingkarkan ke pinggangnya dan kedua tangan ayah bersetumpu mengangkat pantatku. Pada posisi ini aku merasa memekku tidak sakit. Ayah menggerakkan pantatku sehingga kontolnya keluar masku di memekku. Rasanya tidak sakit malah enak.
Tanpa aku sadari aku membantu gerakan dengan penggoyang-goyang pinggulku. Ayah berjalan-jalan sambil kontolnya masuk di dalam memekku. Cara seperti ini aku suka karena tidak sakit. Cukup lama aku digendong sambil ngentot sampai akhirnya ayah mengatakan cape. Lalu aku di tidurkan di ranjang kembali. Ketika aku ditindih dan dientot rasa memekku kembali sakit. Aku mengeluh sakit pada ayah, tetapi dia tidak peduli malah main makin cepat sampai akhirnya terasa hangat di dalam memekku.
Memekku terlihat memar dengan cairan kental masih bercampur darah keluar. Ayah membersihkan memekku dengan lap bersih yang sudah dibasahi air hangat. Aku tertidur sampai terbangun keesokan harinya. Aku merasa memekku basah, ketika kulihat ke bawah ternyat ayah sedang menjilati memekku.
Aku merasa enak di jilati memekku sampai aku merintih. Mendengar rintihanku, ayah bangkit. Dia sudah tidak mengenakan celana lagi dengan kontol sudah ngaceng. Ayah kembali melumuri ludah di kontolnya lalu ditusukkan ke memekku. Tampaknya tidak ada kesulitan karena kontolnya langsung masuk dan langsung badannya rapat ke badanku. Berarti kontolnya masuk semua. Ayah bermain cukup lama pagi ini sampai aku merasa nikmat pula. Rasa sakitnya sudah tidak terlalu mengganggu bahkan lebih terasa nikmatnya. Akhirnya ayah menyemprotkan cairan hangat di dalam memekku, lalu dia ke kamar mandi membersihkan bekas bermain. Aku dibiarkan tiduran.
Setelah ayah pergi aku mencoba perlahan-lahan berjalan di dalam rumah menuju kamar mandi. Rasanya masih agak sakit, terutama di lubangnya. Aku tahan sambil terus mencoba berjalan sampai akhirnya bisa jalan agak lancar. Awalnya aku merasa di dalam memekku ada yang mengganjal. Namun lama-lama rasa ganjalan itu berkurang sejalan dengan lancarnya aku berjalan.
Aku merasa lapar dan makan seadanya yang ada di dapur. Sedang asyik-asyiknya makan di dapur aku mendengar pintu depan dibuka. Aku mendengar pintu dikunci. Kusibak korden yang menutup pintu dapur kea rah ruang tengah, ternyata yang masuk adalah kakek. Dia melihat aku sedang ada di dapur.
Kakek mengajakku “main”. Sejujurnya aku merasa ingin mencoba kontol kakek yang lebih panjang dan lebih besar dari ayah. Oleh karena itu ketika kakek mengajakku ngentot aku hanya mengangguk.
Celana dalamku dilepasnya dan kakek hanya menurunkan celananya sampai selutut. Aku dipangku kakek . Kontolnya sudah menegang terlihat panjang dan besar. Kontolnya dilumuri ludah lalu aku dipangku dan kontolnya pelan-pelan dimasukkan. Kontolnya masuk sampai lebih dari setengah. Ketika di dorong lagi kontolnya tidak bisa masuk. Kakek lalu diam saja, aku merasa di dalam memekku hangat. Kali ini aku ngentot tidak terasa sakit. Kalaupun ada hanya sedikit.
Sedang asyik mau membersihkan diri, tiba-tiba aku mendengar pintu depan di ketuk. Aku dengar salam dengan suara Mang Diman. Kakek kelihatan gugup dia mengatakan akan keluar dari pintu dapur di belakang agar tidak ketahuan Mang Diman. Aku mengatakan kepada kakek bahwa aku akan ikut, karena takut nanti Mang Diman akan mengentot diriku.
Kakek dengan gaya yang sok tahu mengatakan bahwa Mang Diman gak bakalan ngentotin aku. Aku di minta kakek tetap berada di rumah dan membukakan pintu. Kakek cepat-cepat keluar dari pintu belakang , sementara aku yang kebelet pipis harus melampiaskan pipisku lalu cepat-cepat cebok.
Tidak mengenakan celana dalam lagi lalu membuka kunci pintu depan. Mang Diman dengan senyumnya langsung masuk dan langsung mengunci pintu. Aku dipeluknya dan diciumi lalu dia segera tahu bahwa aku tidak mengenakan celana dalam. Mang Diman mendudukkan aku di meja kecil, lalu dia membuka celananya. Kontolnya yang besar dan panjang sudah ngaceng. Kedua kakiku di kangkangkan dan dibukanya belahan memekku. Dia mengatakan bahwa memekku memar. Dia bertanya memekku apa sudah pernah dicolok. Aku mengangguk. Mang Diman bertanya siapa yang emncolok. Kujawab aku sendiri dengan jari. Dia tanya berapa jari yang aku colok aku jawab dua jari.
“Wah memeknya udah bisa dimasuki kontol nih,” katanya sambil membuka lubang memekku. Mang Diman lalu melumuri ludah di kontolnya dan langsung ditancapkan ke memekku. Kontolnya langsung masuk lebih dari setengah. Dia memaksa kan kontolnya masuk semua, tetapi tidak bisa. Menurut Mang Diman memekku di dalamnya licin. Aku membatin di dalam hati, bahwa penyebab licin itu adalah sisa sperma kakek. Untung Mang Diman tidak menanyaiku aku tadi dientot siapa.
Mang diman terus memajumundurkan kontolnya di memekku meskipun dia tidak berhasil memasukkan semua kontolnya. Namun tampaknya dia penasaran sehingga dengan sekuat tenaga dia tekan kontolnya ke memekku. Akibatnya bukan kontolnya masuk makin dalam malah melenting lepas dari memekku.
Mang Diman kembali memasukkan kontolnya ke memekku lalu dengan berhati-hati dia menekan kotolnya masuk lebih dalam. Aku merasakan di dalam memekku sakit. Kulihat Mang Diman berhasil memasukkan lebih dalam. Aku menjerit karena sakit. Mang Diman membekap mulutku sambil dia menggenjot memekku.
Tak lama kemudian dia sudah keluar karena aku merasakan memekku di dalam teasa hangat. Mang Diman tidak mencabut kontolnya dia tetap bertahan sambil menarik tubuhku duduk dipangkuannya.
Badannya penuh keringat sambil nafasnya terengah-engah. Aku dicegah untuk melepas kontol dari memekku. Mang diman mencoba bergerak perlahan-lahan . Aku merasa memekku enak di genjot pelan-pelan begini. Namun makin lama kontolnya makin keras menyesaki lubang memeku. Mang Diman pun makin ganas bergerak.
Mang Diman main lama sekali. Berbagai posisi dia lakukan mulai menggendongku sambil menancapkan kontolnya di memekku sambil berjalan-jalan keliling ruang tengah rumahku, sampai aku diteletangkan di lantai dan di tindihnya lalu diubah lagi dia berbaring di bwah aku duduk diatas kontolnya.
Setelah cukup lama akhirnya Mang Diman menyemprotkan cairan hangatnya di dalam mememku. Aku masih merasa agak sakit. Namun aku bisa lancar berjalan. Rasa sakit hanya terasa di bagian dalam saja. Seperginya mang Diman aku juga keluar rumah bermain-main dengan anak-anak di halaman rumah.
Hari sudah agak sore aku pulang kerumah. Di rumah ternyata sudah ada ayah. Aku disambut ayah langsung di bawa ke kamar tidur lalu aku langsung dientot. Aku dientot ayah sampai dua kali seterusnya dia tertidur sampai akhirnya ibuku pulang.
Sekitar seminggu kemudian aku ingin ngentot lagi, ketika kulihat di rumah situasinya tidak memungkinkan, aku kerumah Mang Diman dan memberi isyarat, tetapi mang Diman tidak berani karena ada istrinya. Kakek juga tidak berani karena ada nenek.
Aku bermain-main di halaman dekat jalan. Di pos ronda ada anak-anak preman sedang nongkrong di situ. Aku lalu berpikir apakah mereka mau salah seorang aku ajak ngentot. Aku ragu. Semdang aku berpikir begitu dikejutkan dengan panggilan salah seorang dari mereka. Seorang preman yang badannya bertato dan pakai anting di kuping dan hidungnya. Dia mengatakan, “ Neng tolong akang beliin rokok dong do warung, mau ya,” katanya.
Aku mengangguk, dan berjalan menuju warung yang agak jauh . WArung yang kutuju penuh dengan pembeli sehingga aku agak lama mengantri untuk membeli rokok. Sekembalinya aku ke orang tadi, kulihat dia hanya sendiri. “ Kenapa lama sekali neng, temen-temen akang sudah pada pergi semua,” tanyaanya.
Aku jawab bahwa aku terpaksa ngantri karena banyak pembeli di warung. Sambil berbicara aku jongkok dengan membuka pahaku. Aku berpura-pura tidak sadar bahwa celana dalamku terlihat. Si preman itu memandangi terus celana dalamku.
Dia mengajakku ke tempat yang agak rimbun agak jauh dari pos ronda. Tempat itu agak jauh dari jalana raya dan perumahan penduduk. Aku mengangguk dan mengatakan “Hayu.”
Kami lalu mengobrol di situ. Si preman itu lalu mengatakan apakah dia boleh melihat memekku. Aku bilang malu ah. Dia lalu mengajakku berjalan lebih ke dalam semak belukar di bawah pohon yang rimbun yang dikelilingi kebon. Aku bilang boleh melihat tapi jangan lama-lama. Dia setuju. Aku mengangkat rokku dan menyibakkan kesamping celana dalamku.
Si preman dmendekat dan mengatakan bahwa memekku bagus sekali bentuknya. Aku tutup cepat-cepat. Si preman lalu memintaku membuka celana ku karena dia bilang ingin menjamah memekku. Dengan bujukan berkali-kali akhirnya aku turunkan celana dalamku. Dia memegang memekku lalu mencolokkan jarinya. Awalnya jari telunjuknya dimasukkan dan berhasil masuk semua. Dia menjoba memasukkan kedua jarinya dan berhasil masuk semua juga.
Dia menanyakan apakah memekku pernah di cicolok aku mengangguk. Dia menanyakan siapa yang mencolok memekku. Aku bohongi dia bahwa aku sering mencolokkan jariku sendiri. Dia lalu mengatakan bahwa kontolnya bisa dimasukkan ke dalam memekku.
Preman itu menurunkan celananya sekaligus celana dalamnya. Kontolnya sudah tegang, bentuknya panjang dan besar. Di bagian bawah dekat kepala kontol ada anting-anting kecil. Aku dibaringkan dan dikangkangkan lalu dia berusaha memasukkan kontolnya. Memekku masih kering jadi dia susah memasukkan kontolnya. Diluuri ludah kontolnya dan memekku di lumuri ludah juga. Lalu pelan-pelan kontolnya ditusukkan ke dalam memekku dan berhasil masuk semua . Aku merasa sesak tapi tidak lagi terasa sakit malah terasa enak. Aku main sampai dua kali dan merasa puas.
Si preman itu berpesan kepada ku jika aku kepingin di entot agar menemui dia di tempat tadi aku melihatnya. Aku hanya mengangguk saja. Setehun kemudian aku mendapatkan haid.
TAMAT..
Share this novel