BAB 5

Drama Completed 483

Beberapa hari kemudian Danny datang kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Herman .
“Om, tante gimana keadaan Herman ?” Tanya Danny .
“Keadaannya masih koma” Jawab Ayahnya Herman .
“Om aku boleh ke dalam tidak?” Tanya Danny lagi.
“Boleh” Jawab Ayahnya Herman .
Danny pun mencoba membangunkan Herman .
“ Herman bangun dong. Masa kau gak bangun-bangun.”

Tak lama kemudian Herman pun terbangun.
“Akhirnya kau bangun juga”
“Den tokau ng panggilin orangtua aku dong”
“Om, tante Herman sudah siuman.”
Orangtuanya Herman pun langsung masuk ke dalam.

“Ibu, Ayah, Danny . Aku minta maaf ya kalau aku punya salah sama kalian”
“Iya Ibu maafin”
“Ayah juga udah maafin kamu”
“Sebesar apa pun kesalahan kau ke aku udah pasti aku maafin”
“Terima kasih kerana sudi memaafkan aku aku terutama Ibu dan Ayah yang sudah menjaga dan merawat aku sampai saat ini, dan Danny yang udah menemani aku dalam suka maupun duka. Kau emang sahabat terbaik aku … Kini sudah saatnya aku pergi meninggalkan dunia”

“Maksud kamu apa sih ngomong begitu.. Kan kamu masih hidup” Sahut Ibunya Herman .
“Tau maksud kau apa ngomong begitu” Saut Danny .
“Benar aku masih hidup.. Tetapi sekarang aku sudah tidak hidup lagi… Terima kasih atas semua yang kamu semua berikan kepadaku. Sudah tiba masanya aku pergi. Selamat tinggal semua.’’ Setelah Herman mengucapkan kata-kata itu, ia pun langsung memejamkan matanya.
“Innalillahi wainnaillahi rojiun”

Suasana pun langsung hening hanya terdengar suara isak tangis dari orangtua Herman dan Danny . Keesokan harinya Herman pun dikebumikan di pemakaman setempat.
“Hen kenapa kau pergi secepat ini. Cuma kau sahabat yang paling setia. Kau bisa mengerti perasaan aku , kau selalu menokau ng aku . Mungkin gak ada sahabat yang lebih baik dari kau kerana kau adalah sahabat terbaik aku ” Ucap Danny dengan rasa menyesal bercampur kesedihan yang amat mendalam.
“Sudah ikhlaskan saja kepergian Herman . Tante tahu apa yang kamu rasakan” Tegur Ibunya Herman .
“Ya sudah sekarang mari kita pulang” Sahut Ayahnya Herman .
“Iya om, tante” Jawab Danny .

Keesokan harinya di sekolah.
“Ris kenapa kau kemaren gak ikut ke tempat peristirahatan terakhirnya Herman ?”
“Buat apa dia kan bukan siapa-siapa aku ” Jawab Riski.
“Meskipun dia itu musuh kau , seharusnya kau nganter dia lah meskipun hanya setengah jalan”
“Males banget aku nganter orang mati yang nggak bermanfaat”
“Jangan sembarangan bicara kau . Kualat entar kau mau. Mending kalau kualatnya cuma sebatas perasaan malu atau menyebabkan luka. Kalau sampai kematian gimana? Kau mau kayak Herman ”
“Bodo amat aku gak peduli”
“Kau akan kena akibatnya nanti!”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience