Identitas Baru Ryozo

Crime Series 21272

Sore minggu yang cerah il, di rumah Piya, Fatma berkunjung menemui keluarga Piya. Dia datang membawa kakek Basuki. Kedua kakek tua berjanji menjalani terapi berjalan di air. Bagi orang yang lumpuh atau orang yang sudah sepuh seperti mereka, berenang adalah terapi yang bagus. Meski di darat mereka menjadi lemah, tapi kalau di air, mereka bisa menggunakan fungsi tubuh dengan baik. Ayah Piya, Rodin, tidak mau ketinggalan juga.

Pak Rodin, sudah menikmati asyiknya menjadi orang kaya, tetapi ibu Piya, Rinda, tidak demikian, dia adalah wanita pekerja keras. Dia tidak henti-henti beraktifitas setiap hari, menbersihkan rumah, memasak, menyuci, menyetrika. Asisten rumah tangga mereka di buat mengabggur. Ibu Piya sudah memecat 2 asisten yang dia pilih sebelumnya. Asisten yang bertahan hanya yang di pilih Piya sendiri. Ibunya tidak bisa memecatnya. Asisten Piya terlatih mengelola keuangan dan managerial rumah tangga.

Ya Lam sekali lagi menyampaikan aspirasinya, yakni punya KTP. Dia bukan hanya menyampaikan keinginannya kepada Piya, tetapi juga kepada Arnan dan Fatma. Dua orang ini cenderung lebih mau mendengarkan keinginannya dari pada Piya. Gadis itu sebenarnya sudah memikirkannya, tetapi ia masih bingung bagaimana cara mendapatkannya. Tetapi karena Ya Lam ga sabaran, Piya pura-pura cuek mendengarnya

Ya Lam sudah dua bulan sejak dia muncul di kehidupan ini, kondisi kejiwaan Ya Lam sudah normal, meski dia secara medis masih dalam pemantauan dari Fatma dan Arman.

Identitas sementara di gunakan adalah pasien dari rumah sakit jiwa, keterangan Amnesia. "Aku tidak ingin dinyatakan sebagai orang yang tidak waras", kata Ya Lam melas. Piya tersenyum santai, sementara dr Fatma terkekeh, mendengarnya. "Wani Piro?!" candanya. "What?!" Ya Lam tak paham bahasa Jawa. Piya dan dr Fatma tertawa bersama. Ya Lam tersinggung. Dia mengira mereka mengoloknya. Ya Lam keluar rumah meninggalkan mereka, ia berjalan ke halaman belakang. Membuka bajunya lalu menceburkan diri ke kolam bergabung bersama sahabatnya. Ya Lam kalau ngambek pasti nyebur ke air. Piya sudah mulai hafal perangainya.

Ibu Piya membawa martabak surban buatannya ke tepi kolam renang. Keempat pria yang sejak tadi sudah mulai kelaparan. Ya Lam berdecak lidahnya, "masakan ibu memang paling enak sedunia!" puji Ya Lam tulus. Wajah ibu Piya memerah. Merasa malu tetapi ia sangat suka di puji. Ayah Piya mendelikkan matanya. Cemburu. Menurutnya istrinya itu sangat manja dengan Ya Lam. Ibu dan Ya Lam sering bersama, ke pasar, super market, selalu minta di antar Ya Lam naik motor, padahal Ya Lam belum punya SIM. Ibu Piya merasa di cuekin.

Usai menikmati snack sore itu, Fatma menyerahkan amplop coklat berisi dokumen ke Ya Lam.
"Apa ini?" Ya Lam bingung dengan isi amplop itu.
"Ini Kartu keluarga, akte kelahiran, ATM, Kartu kredit, Kartu Jaminsn kesehatan. Semu ini milikmu!" kata Fatma.
"Tapi namaku Ryozo Tachibana, bukan Abdus Salam!", Ya Lam protes. "ADUH!" Ya Lam mengusap kepalanya, Piya menjitak kepala Ya Lam dengan kuat. "Ryozo Tachibana sudah mati, kena bom. Namamu sekarang Abdus Salam alias Ya Lam!" Piya menjelaskan dengan kasar. Piya menjitak kepala Ya Lam dengan jari tangan kanan yang di penuhi dengan cincin akik besar-besar.Tentu saja sakit.

Cincin itu sangat kontras dengan penampilannya yang cantik seperti sekarang. Meski tampil feminim, Piya tidak berubah dari wataknya yang suka serampangan dan tomboi. Cincin akik besar-besar itu di gunakannya untuk bertinju, berkelahi dengan para preman. Fatma lupa mencuri cincin itu, padahal dia sudah ingin menggantinya dengan cincin berlian yang cantik.
"Siapa Abdus Salam itu?" Tanya Ya Lam penasaran.
"Dia adikku. Dia meninggal tiga bulan yang lalu?"
"Salam meninggal? Kenapa g bilang?" Piya kaget. Piya menepuk pundak Fatma dan memeluknya sebagai ungkapan berduka darinya. Piya memang tak pandai membuat kata-kata yang lebih baik.
"Abdus Salam adikku dilahirkan dengan kekurangan, dia anak berkebutuhan khusus. Selama hidupnya di habiskan di sekolah berasrama khusus untuk anak seperti dia, di Bandung Dia sudah menunjukkan banyak perubahan dan siap hidup bersosialisasi ke masyarakat. Tapi Tuhan berkehendak lain", Fatma mengusap air matanya. Ya Lam mendekati Fatma dan memberikan tepukan di pundak seperti Piya. "Adikmu masih hidup dan sehat. Sekarang dia ada di depanmu?" Fatma memeluk Ya Lam. "Mulai hari ini Ya Lam berganti nama menjadi Salam!", kata-kata Ya Lam alias Salam mengguggah perasaan orang yang ada di ruangan itu. Pemuda itu pandai menyenangkan hati orang lain sekaligus membuat orang lain salut kepadanya.

Esok harinya, Fatma membawa Salam membuat tambahan nama didepan namanya yang baru, yakni : Ryozo Abdus Salam.
Salam di temani ayah Piya ke kecamatan membuat KTP, sesuai keinginannya.

Selanjutnya membuat SIM A,B,C, Salam mahir menggunakan semua jenis kendaraan, termasuk helikopter dan pesawat. Ia bahkan bisa terjun payung, panjat tebing, berkuda, main pedang dan karate. Semua keahlian itu di kuasainya di usia sangat muda sebagai prajurit Jepang yang terlatih.

Semua keahlian Salam akan di uji Piya nantinya. Ia belum percaya sebelum ada buktinya.
Minggu depan, Piya akan mengajaknya latihan panjat tebing dan tanding karate dengannya. Begitu juga Fatma, Arman dan ayah ibu Piya. Mereka ingin buktinya.
Sementara dua orang kakek tua itu percaya, kalau Ya Lam atau Salam atau Ryozo tidak hilang kemampuannya. Dia adalah laki-laki yang selalu membuktikan ucapannya.

Share this novel

Ismailiyah Sd
2020-05-16 05:41:13 

up

Ayut Bayut
2020-05-15 09:07:15 

next

Sinah S Dukarim
2020-05-15 04:44:14 

up


NovelPlus Premium

The best ads free experience