Bab 21

Romance Series 13684

Surabaya,

Hari ini Raisa,pak Erlangga dan ibu Elina akan pergi ke jakarta.selain sudah lama tidak berkunjung ke kota kelahiran mereka,kepergian pak Erlangga dan keluarga juga karena sesuatu hal,yaitu ingin melihat keadaan Gilang yang sempat mengalami kecelakaan beberapa Minggu lalu.

Sebenarnya beberapa hari lalu mereka berniat untuk pergi ke sana.namun karena Raisa sedang dalam masa ujian di kampusnya terpaksa niat tersebut diurungkan.

"Pah!!!...mah!!!...ayo buruan!!!...nanti ketinggalan pesawat loh!!" Teriak Raisa dari bawah tangga memanggil kedua orang tuanya.

Terlihat gadis itu menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 07:45 WIB.itu artinya satu jam lagi pesawat mereka akan berangkat.

Raisa mengarahkan lagi pandangannya ke kamar orangtuanya.karena yang dipanggil belum juga muncul,Raisa pun kembali memanggil mereka.

"Pah!!!!...mah!!!...." Seru Raisa lagi.

Tidak lama orang yang dipanggil pun keluar dari kamar.dengan langkah santai pak Erlangga dan ibu elina berjalan menuruni anak tangga.

"Kamu ini,gak sabaran banget sih?" Ucap ibu Elina begitu sudah berada di hadapan sang anak.

"Ya abisnya papa sama Mama lama.nanti kalau kita ketinggalan pesawat gimana?" Jawab Raisa lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ah,kamu ini.takut ketinggalan pesawat atau gak sabar ketemu sama Gilang?" Ledek sang mama diakhiri kekehan.

Raisa cemberut lalu mendekati sang papa."pah...liat tuh mama.ledekin aku terus dari semalam?" Adu Raisa lalu memeluk manja sang papa.

Pak Erlangga terkekeh."sudahlah mah.jangan ledekin Raisa kayak gitu lagi.kasian dia?" Ucapnya.

"Aku gak ledekin kok mas.emang kenyataannya gitu.coba kamu periksa aja kopernya.pasti banyak kado yang dia siapkan buat gilang?" Terlihat ibu Elina menaik turunkan kedua alisnya.

"Apa benar begitu nak?" Tanya pak Erlangga penasaran.

Raisa tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya dengan malu-malu.

"Ga apa-apa sayang.papa ngerti kok.cuma satu pesan papa.jangan terlalu agresif ya.papa gak mau kalau Gilang jadi risih sama kamu?" Pesannya.

Raisa kembali menganggukkan kepalanya."iya pah.raisa ngerti kok?" Jawabnya.

TIN!! TIN!!

Terdengar suara klakson mobil dari luar rumah."mas,itu kayaknya taksi online yang kita pesan udah Dateng deh.yuk kita berangkat?" Ucap ibu Elina.

Tanpa berlama-lama lagi mereka bertiga pun keluar dari rumah tersebut dan pergi menuju bandara dengan menggunakan taksi online yang mereka pesan.

==================

Jakarta,

Lorong kampus menjadi tempat ternyaman untuk para mahasiswa dan mahasiswi diwaktu senggang.selain menjadi tempat pergibahan,lorong juga menjadi tempat ternyaman bagi para mahasiswa di sana untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus.

Seperti saat ini,Vania dan teman-temannya tengah berkumpul membahas tugas kampus mereka.Sesekali mereka berempat terlihat tertawa bersama-sama saat membahas hal-hal lucu.

Sementara disisi lain tepatnya diujung lorong,terlihat Gilang berjalan dengan raut wajah kebingungan seperti sedang mencari seseorang.

"Permisi,maaf.apa kamu liat Vania?" Tanya Gilang kepada seorang mahasiswa di lorong tersebut.

"Vania???Enggak tuh pak?" Jawabnya sambil menggelengkan kepala

Karena yang ditanya tidak mengetahui keberadaan Vania,Gilang pun kembali berjalan kearah lain.

Tepat Beberapa langkah didepannya terdapat mahasiswi yang tengah berkumpul.gilang segera mempercepat langkahnya menghampiri mahasiswi tersebut.

"Maaf,apa diantara kalian ada yang liat Vania?" Gilang menatap penuh harap satu persatu mahasiswi di sana.

"Oh.nia pak.itu dia ada di sana?" Jawab salah satu mahasiswi disana sambil menunjuk kearah Vania dan teman-temannya.

Gilang langsung mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk.seulas senyum pun terukir di wajahnya begitu dia melihat gadis yang dicintainya itu tengah berbicara dengan bela.

"Terimakasih ya?" Tanpa berlama-lama lagi laki-laki berkemeja coklat tersebut berlari ke arah Vania.

"Vania?!" Seru Gilang memanggil sang kekasih.

Vania langsung menoleh dan seketika itu juga gadis tersebut terlihat panik begitu melihat Gilang berlari ke arahnya.

"Aish!!...ada pak Gilang lagi?" Gumam Vania ketar-ketir.

"Loe kenapa nia.kok panik gitu?" Tanya bela keheranan.

Vania gelagapan lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Mmm...gak kok.gak ada apa-apa.guys...gu-gue ke toilet dulu ya?" Ucapnya.

"Mau gue temenin?" Tanya Rika.

Vania menggeleng cepat."gak usah gue sendirian aja.oh,ya.nanti filenya langsung kirim aja ke handphone gue?" Dengan cepat Vania pergi meninggalkan teman-temannya.

Gilang terlihat bingung ketika melihat Vania pergi begitu dipanggil olehnya.dia pun segera mempercepat langkah kakinya menghampiri bela dan yang lainnya.

"Vania mau kemana?" Tanya Gilang dengan tiba-tiba membuat Rika,Bela dan Gita terkejut bukan main.

"Eh,itu pak.nia mau ketoilet katanya?" Jawab bela.

"Ada ap-" belum selesai Rika berbicara Gilang sudah berlari pergi meninggalkan mereka.

"Main ngeloyor aja sih pak gilang.gue kan belum selesai ngomong?" Ucap kesal Rika.

=================

Vania terus berjalan cepat menuju toilet.sesekali gadis itu menoleh ke belakang memastikan keberadaan Gilang dibelakangnya.setelah dirasa cukup aman Vania pun menghentikan langkahnya lalu menyandarkan punggungnya ditembok toilet.

"Haiss...berasa jadi maling gue.lagian kenapa juga sih pak Gilang nyari gue.gak tau apa,kalau gue itu masih malu setelah kejadian di pantai kemarin?" Gumam Vania.

"Hhaaaaaaaaaa!!!!" Vania mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kayaknya gue harus pulang deh.dari pada ketemu doi lagi?" Tekat Vania sudah bulat.dia harus pergi dari kampus ini.vania tidak peduli dengan dua mata kuliah lagi yang harus dia jalani.

Vania melihat kembali lorong yang dilewatinya tadi.

"eh,kalau gue lewat sini lagi pasti bakalan ketemu sama pak gilang.mending lewat jalan lain aja deh?" Gadis itu segera membalikkan badannya berniat mencari jalan lain.namun disaat dirinya balik badan,Vania dikejutkan dengan kehadiran sosok laki-laki bertubuh tegap dihadapannya

"Menghindari saya,hm?" Ucap laki-laki tersebut yang tidak lain adalah Gilang.

"Eh..P-pak Gilang?" Vania tersenyum kikuk menatap sosok Gilang.

"Saya tanya sekali lagi.apa kamu sedang menghindari saya.vania larissa putri?" Tanya Gilang dengan menekan nama lengkap Vania diakhir ucapannya.

"Ah...mm...g-gak kok.perasaan bapak aja kali?" Vania tertawa kaku namun sesaat gadis itu tampak panik ketika Gilang melangkah mendekati dirinya.

Perlahan gadis itu pun melangkah mundur mengindari Gilang.

"Kalau gak menghindari saya.lantas,kenapa kamu lari saat saya panggil tadi?" Gilang menatap intens wajah Vania.tidak lupa dirinya melipat kedua tangannya untuk memancarkan aura ketegasan.

Vania menatap sekelilingnya."To-toilet!!..ya,ta-tadi saya mau ketoilet?" Tunjuknya kearah toilet.

Bugh!

Karena terlalu fokus kepada Gilang,Vania sampai lupa kalau dibelakangnya ada tembok besar.alhasil sekarang Vania tidak bisa lari lagi.

Gilang menampilkan smirknya.dia tau sekali kalau gadis dihadapannya ini tengah berbohong kepada dirinya.

"Saya paling gak suka dengan orang yang berbohong.jadi..." Gilang semakin mempertipis jarak diantara mereka.

"Jangan coba-coba membohongi saya?"

Glek!!

================

Dion dan beberapa temannya tengah berjalan di lorong,tidak sengaja, Gabriel yang merupakan teman Dion melihat keberadaan Vania dan gilang.

"Yon,liat kesana deh?" Secara bersamaan Gabriel dan Dion beserta satu teman lainnya menghentikan langkahnya lalu mengarahkan pandangan mereka ketempat yang ditunjuk oleh Gabriel.

"Itu kan Nia sama pak Gilang???ngapain mereka berdua di depan toilet??" Ucap Gabriel.

Saat itu juga raut kemarahan terlihat jelas di wajah Dion.dirinya sama sekali tidak menyukai kedekatan kedua orang tersebut.

"Loe bukannya masih cinta ya sama Nia???" Tanya Irfan.

Dion mengangguk tegas."Iya,gue masih cinta sama nia.bahkan sampai detik ini?" Jawabnya.

"Terus???kenapa loe gak usaha lagi buat ngerebut hatinya??" Tanya Irfan lagi.

"Gue udah coba buat rebut hati Nia lagi.tapi semua usaha yang gue lakuin selalu gagal?" Seketika Dion teringat akan kejadian di parkiran,saat dirinya hampir memperkosa Vania didalam mobil beberapa waktu lalu.

"Mau gue bantu gak?" Ucap Gabriel.

Dion menoleh ke arah Gabriel."emang apa rencana loe?" Tanya Dion.

"Sini gue bisikin?" Gabriel langsung mengarahkan mulutnya ketelinga Dion dan membisikkan rencana yang dia punya.

"Gimana?" Ucap Gabriel setelah selesai membisikkan rencananya kepada Dion.

"Loe yakin kalo rencana ini bakalan berhasil?" Tanya Dion sedikit ragu.

"Gue jamin 100 persen berhasil?" Jawabnya penuh percaya diri.

=================

Didepan toilet Vania dan Gilang masih setia melempar pandang.vania menatap Gilang salah tingkah sementara Gilang menatap Vania penuh rasa gemas.

"Yaudah kalau kamu mau ketoilet,gih...sana?" Ucap Gilang sambil melirik kilas toilet yang ada di samping mereka.

"Ah..." Vania terlihat kebingungan menatap Gilang.

"Aish...gimana ini.gue tadi bilang ke toilet kan cuma buat alibi doang?" Batin Vania.

"Kok malah bengong?" Tegur Gilang.

"Eh...i-iya pak.ini saya mau ke toilet kok?" Vania hanya bisa pasrah,Mau tidak mau dirinya masuk ke dalam toilet tersebut.

"Jangan lama-lama ya?" Pesan Gilang lalu tersenyum saat melihat Vania masuk ke toilet.

Setelah berada di dalam toilet Vania langsung menggerutuki perbuatannya.niat hati ingin menghindar dari Gilang,malah dirinya terjebak dalam ucapannya sendiri.

"Ini gue mesti ngapain coba.kan gue sama sekali gak mau BAB atau buang air kecil disini?" Terlihat Vania mundar-mandir tidak jelas.sesekali dirinya tampak mengintip keluar melihat Gilang.

Sepuluh menit sudah Vania didalam toilet.karena tidak ada yang bisa dia lakukan didalam sana.alhasil gadis tersebut memutuskan untuk keluar dari toilet.

"Udah selesai?" Ucap Gilang yang tiba-tiba muncul dari arah lain.vania terkejut bukan main,ternyata Gilang masih setia menunggu dirinya.

"Pak Gilang kok masih disini?" Tanya Vania.

"Saya emang sengaja nungguin kamu?" Jawabnya.

Vania menautkan kedua alisnya."ngapain pak Gilang nungguin saya?" Tanya gadis itu lagi.

"Kamu masih ada kelas gak?" Bukan menjawab Gilang malah melempar pertanyaan kepada Vania.

"Masih ada pak.masih ada 2 kelas lagi yang harus saya jalani.jam sepuluh dan jam setengah satu nanti?" Jawabnya.

Gilang melihat jam di tangannya."bagus.masih ada waktu satu setengah jam lagi?" Ucapnya.Vania semakin menatap kebingungan sang kekasih.

"ikut saya yuk?" Pinta gilang.

Belum sempat Vania bicara,Gilang sudah dengan cepat menggenggam tangan Vania dan membawanya pergi dari sana.

==================

Setelah beberapa menit melajukan mobilnya Gilang pun memarkirkan kendaraannya di sebuah tempat.vania terlihat melongo begitu membaca nama yang tertera di tempat tersebut.

"Tempat pemakaman umum????" Gumam vania.seketika gadis itu menatap horor laki-laki yang masih duduk di kursi pengemudi.

"kita mau ngapain kesini pak??" Tanya gadis itu.

Gilang menatap Vania."menurut kamu kalau orang datang ke sini untuk apa?" Jawabnya.

Gilang pun mencabut kunci mobilnya lalu membuka pintu mobil hendak keluar.

"Ayo turun.kok malah bengong?" Ucap Gilang ketika melihat Vania termenung di tempatnya.

"i-iya?" Masih dalam keadaan bingung Vania keluar dari mobil lalu berjalan mengekori sang kekasih.

Gilang berjalan memasuki pemakaman tersebut kemudian menghampiri seorang laki-laki paruh baya disebuah gubuk kecil.

"Selamat pagi pak?" Sapa Gilang diakhiri senyuman manisnya.

"Eh,mas Gilang.selamat pagi juga mas?" Ucap laki-laki tersebut yang bernamakan pak Harto.

"Pesanan saya udah disiapkan?" Tanya Gilang.

"Udah mas,sebentar ya?" Pak Harto pun bergegas mengambil paper bag berwarna hitam didalam gubuk tersebut.

"Ini mas?" Laki-laki itu segera menyerahkan barang pesanan Gilang.

"Makasih ya pak?" Gilang mengambil barang pesanannya lalu memberikan uang kepada pak Harto.

"Pak.serius.ini kita mau ngapain kesini?" Vania masih kebingungan kenapa dirinya dibawa ke tempat seperti ini oleh Gilang.

Pak Harto mengalihkan pandangannya ke arah Vania lalu tersenyum penuh ramah kepada gadis tersebut.

"Siapa mas?" Tanya pak Harto.

Gilang tersenyum lalu segera merengkuh pinggang ramping Vania.

"Pacar saya pak?" Jawabnya.

Pak Harto mengengangguk paham kemudian kembali melempar senyuman ramah kepada Vania.

"Ki-kita lagi gak mau uji nyali kan disini,pak?" Ucapan Vania yang terlewat polos membuat kedua laki-laki tersebut tertawa terbahak-bahak.

"Mbak ini ada-ada saja.masa mas Gilang bawa mbak kesini buat uji nyali sih?" Vania tersipu malu sambil menggaruk tengkuknya.

"Saya bawa kamu kesini itu karena mau menunjukkan sesuatu sama kamu?" Jelas Gilang.

"Nunjukin apa pak?" Tanyanya.

"Liat aja nanti?" Gilang mengelus lembut pucuk kepala Vania.

"saya permisi dulu ya pak?" Ucap Gilang yang segera diangguki oleh pak Harto.

=================

"Giska??"

Ucap Vania membaca nama yang tertera pada batu nisan berwarna hitam didepannya.sejenak gadis itu menatap Gilang penuh tanya.

"Ya,ini adalah makam kak Giska?" Jelas Gilang.

Laki-laki itu pun berjongkok tepat disamping makam sang kakak,lalu mengeluarkan bunga beberapa bunga beserta beberapa botol air bunga dari dalam paper bag.

"Jadi...ini makam kakaknya pak Gilang?" Vania ikut berjongkok sejajar dengan Gilang.

"Iya,ini yang mau saya tunjukan sama kamu?" Ucap Gilang.

Pandangan Gilang terus tertuju pada batu nisan alm.kakaknya.sesekali kedua tangannya bergerak membuang ranting serta daun kering yang ada di atas makam

"Selamat pagi kak giska,??gimana keadaan kakak hari ini??aku harap kakak selalu bahagia disana.maaf,aku baru sempat datang lagi.beberapa hari belakangan ini pekerjaan aku banyak.oh,ya.hari ini aku datang gak sendirian loh kak?" Gilang langsung menoleh ke arah Vania.

Vania tersenyum manis dan Gilang pun membalasnya dengan senyuman tidak kalah manisnya.

"Namanya vania.dia gadis yang sering aku ceritakan ke kakak?" Kini keduanya sama-sama melihat kearah makam Giska.

"Hai kak giska.salam kenal?" Ucap Vania lalu mengumbar senyum kembali.

Setelah berbicara panjang lebar Gilang dan Vania mulai menaburi makam Giska dengan beberapa bunga.tidak lupa menyiraminya dengan air bunga yang ada didalam botol.dan diakhiri dengan berdo'a untuk almarhumah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience