Kesalahan - P2

Drama Series 591

Di sebuah rumah sakit, seorang pria tengah dirundung kebingungan. Wajahnya terlihat cemas. Sekarang ia tengah sibuk menelpon seseorang yang sepertinya tidak dijawab sedari tadi. Sempat frustasi ingin membanting hp nya namun seseorang memanggilnya.

"Kak?" wanita itu menepuk bahu sang pria dan pria itu langsung melihat kearah si wanita.

"Ahh syukurlah, kakak sudah sampai. Ayo cepat, kakak harus menemuinya segera.." ajak wanita itu sambil menarik lengan si pria.

"Tunggu sebentar, ada yang harus kakak sampaikan.." Ucap pria itu melepas pegangan tangan si wanita, lalu pergi menemui suster untuk berbicara setelah itu memberikan paper bag dan kembali kearah si wanita.

"Ayoo.." ajaknya  yang dibalas anggukan si wanita.

                          *****************

Sedari tadi mulut wanita ini tiada henti untuk berdo'a, dalam hatinya berharap agar temannya baik baik saja. Wajahnya sungguh terlihat, dia begitu cemas. Saking cemasnya ia sampai tidak fokus mengendarai mobilnya, ditambah jalanan sedikit macet mebuat wanita ini semakin gusar.

"Oh ayolah, warna hijau please.." wanita itu berbicara sendiri.''

Namun, ia mengumpat ketika mobilnya hampir melewati lampu lalu lintas tiba tiba lampu berubah menjadi merah. Alhasil ia harus menginjak remnya, karena ia tidak mau melanggar aturan meski tadi perempatan jalan masih kosong.

                            ***************

Semetara disisi lain, disebuah ruangan seorang wanita yang ditemani temannya tengah diobati oleh suster.

"Awwsh.." Wanita itu meringis ketika suster menekan kapasnya.

"Tahan dong! Luka segiu aja nangis segala.." Ucap temannya sewot.

Wanita itu mendelik kesal, "Kamu tuh gak ngerasain! Ini tuh sakit, perih. Lagian ini air mata refleks keluar karena sakit. Bukan berarti aku cengeng.." Jelasnya mengusap air matanya,
"Awwsh, pelan-pelan sus. Perih sekali rasanya.." Wanita itu kembali meringis ketika suster memberikan alkohol pada lengannya.

"Baik nona, tahan sebentar. Setelah diberikan obat lukanya akan saya tutup menggunakan kassa" Jawab suster itu ramah.

"Sabar Ning, tahan tahan. Lo kan seterong.." Ucap temannya sambil menepuk bahu Ning dan membuat wanita itu meringis kembali karena tepukkan dibahunya sedikit keras.

"Mel! kam--

Ceklek!

Kedua makhluk yang sedang berdebat itu melihat karah pintu, Seorang wanita muda dengan balutan gamisnya itu masuk dengan wajah cemas, wanita itu adalah Ren.

"Assalammu'alaikum, Ya Allah! Tangan kamu Ning..!" Ren terkejut menutup mulut ketika melihat tangan Ning terluka cukup parah. "Kok bisa sih?" tanya Ren cemas lalu menghampiri kedua temannya.

"Wa'alaikumussalam.., yaa bisa lah Ren buktinya tangan Ning bared begitu.."  Jawab Mel sekenanya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Ning.  Sementara yang  dipelototin malah cuek bebek.

"Astagfirullah, kok bisa sih aku punya temen kayak kamu!" Ning menatap Mel kesal. "Aku do'ain biar kamu juga ngerasain apa yang aku rasain Mel."

Mel menatap  Ning ngeri, "Ihhh dosa tau! nyumpahin orang yang jelek jelek.."

"Alaah, tau apa kamu dosa-dosa.. kayak gak pernah buat dosa aja. Lagian do'ain orang nyebelin kayak kamu tuh gak bakalan dosa.." Jawab Ning kesal.

"Ehh, ya  gak bis--"

"Cukup!"

Kedua makhluk itu langsung terdiam, "Kalian ini apa-apaan sih? Kayak anak kecil tau gak? Sadar dong, ini dimana? Gak malu apa sama orang lain?" Ucap Ren menatap tajam kedua makhluk itu bergantian, membuat mereka diam tak berkutik,

"Sudah selesai.." Ucap suster itu, "Sebelum lukanya kering, sebisa mungkin luka ini jangan sampai terkena air ya nona. Jika luka tidak kunjung kering, nona bisa konsultasi kembali dan akan dokter tangani lebih lanjut" Lanjut suster itu ramah.

"Iya, terimakasih sus. saya pastikan lukanya tidak terkena air. Emm, maaf juga atas kelakuan kedua teman saya yang kekanankan ini.." Ucap Ren sambil tersenyum, padahal dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat malu karena sikap kedua makhluk dihadapannya.

Suster itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu saya permisi, semoga lekas sembuh nona.." Ucapnya dibalas anggukan oleh kami bertiga.

Ren menatap kedua makhluk yang berdampingan itu, "Kalian bisa gak sih, bersikap dewasa?"

Kedua makhluk itu malah menatap satu sama lain sambil mengembungkan pipinya. Ren memejamkan mata dan membuang nafasnya kasar, "Tangan kamu kenapa bisa terluka? Apa yang terjadi?" tanya Ren mengganti pembicaraan.

Ning mengubah posisinya, "Tadi pagi, waktu aku lagi dijalan mau naik bis ada  sepeda motor yang nyerempet. Eeh.. Posisiku saat itu gak menghalangi jalan kok, suer deh.." Ucap Ning meyakinkan Ren, karena temannya terlihat meragukan lewat mimik wajahnya. "Aku heran, motor itu tiba-tiba datang dari arah kanan dan ngebut padahal saat itu jalanan kosong, paling cuma ada beberapa pengendara tapi dia malah mengendarai ke pinggir jalan dan nyerempet kearahku. Laki-laki itu langsung tanggung jawab mebawaku ke rumah sakit ketika dia melihat tanganku terluka cukup parah" Lanjutnya menjelaskan kronologis kejadian yang menimpanya.

Ren menganggukkan kepalanya, "Terus, kemana laki-laki itu sekarang? Bukankah tadi kamu bilang, dia yang membawamu kesini?" Tanya Ren mengintimidasi.

Ning mengherdikkan bahunya, "Entahlah, tadi dia bilang mau keluar nebus obat.." jawab Ning.

"Baiklah, kita tunggu dia" Kemudian Ren menatap wanita disampingnya, "Terus kenapa dia ada disini?"

Ning melihat Mel, " Entahlah, sepertinya laki-laki itu yang menghubungi dia. Seharusnya laki-laki itu tidak menelfonnya, toh disini bukannya bikin aku tenang atau kasih semangat kek.. ini malah ngajak ribut" Jawab Ning kesal dan membuat Mel menjitak kepalanya.

"Awsh, tuh kan! lihat Ren, dia tuh bisanya main kekerasan tau gak?!" Ucap Ning kesal sambil mengusap kepalanya yang sebenarnya tidak sakit.

Mel mendelik kesal, "Bukannya terimakasih udah ditemenin.. ehh malah nyela gue. Udah ah, mending gue ngampus aja. Cuci mata, liatin dosen kece." Ucapnya mengambil tas dan beranjak, namun Ren menahan tangannya dan menatap Mel mengisyaratkan agar tidak pergi.

"Sudah, cukup! Kalian berdua ini akur sekali kali bisa gak? Ning kamu harusnya berterimakasih karena Mel sudah menemani kamu dan kamu Mel, kamu juga jangan berlebihan bercandanya, udah tau Ning itu baperan." Ucap Ren menasihati kedua makhluk itu.

Ceklek!

Ketiga wanita itu melihat kearah pintu, suster tadi masuk sambil membawa paper bag putih yang pastinya itu berisi obat karena ada logo rumah sakit dibagian depan.

Suster itu tersenyum lalu menghampiri kami, "Maaf, ini ada titipan untuk nona dari seorang pria yang tadi mengantar nona kemari. Di--"

Mel mengambil paper bag itu dan melihat isinya, "Apa? Ini dari pria tadi sus? Maksudnya pria yang mencelakai teman saya?! Kurang asem emang ya, bukannya dateng kesini malah lari dari tanggung jawab! Awas aja kalau ketemu, gue abisin dia!" ucap Mel bersungut sungut.

Suster tadi agak terkejut ketika Mel mengambil kasar paper bag itu, namun ia tetap bersikap ramah "Maaf nona, tapi tadi beliau titip pesan jika beliau akan bertanggung jawab jika terjadi apa apa dengan nona. Dan di dalam tas itu, terdapat kartu namanya. Beliau juga meminta maaf tidak menemui anda lagi, karena beliau ada urusan mendadak" Ucap suster itu menjelaskan.

"Sudah Mel, mungkin dia memang ada urusan mendadak. Yang penting sekarang Ning baik baik saja dan sudah ditangani lukanya, lagian aku juga gak akan tinggal diam kalau pria tadi lari dari tanggung jawabnya" Ucap Ren menenangkan Mel yang terlihat emosi.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi.." Ucap suster itu tersenyum ramah.

"Ahh iya, silahkan.. Terimakasih ya sus" Ucap Ren sambil tersenyum yang dibalas anggukan oleh suster itu.

"Yasudah ayo, kita pulang.." ajak Ren ketika suster itu sudah keluar.

"Pulang? Ih gak mau!" tolak Ning. Membuat Mel dan Ren keheranan.

"Kok gak mau?" tanya Ren bingung, lalu dia memicingkan matanya. "Jangan-jangan kamu mau tetep ngampus ya?".

Ning diam tak merespon, Ren menghembuskan nafasnya pelan, kemudian menatap Ning, "Luka kamu masih belum kering Ning, lagian kalau kamu mau ngampus dengan kedaan seperti ini mana bisa? Dosen juga pasti ngerti, kalau kau hari ini absen.." Ucap Ren memberi pengertian.

"Tapi kalau aku gak masuk hari ini, dosen mana percaya Ren?  Ntar aku dikira bohong lagi" Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Mel memutar bola matanya malas, "Ehh elo tuh mau pamer gitu ceritanya? Idiih.." Ucap Mel dengan nada mengejek.

Ning menatap Mel kesal, "Ehh siapa juga yang mau pamer?! akutuh cuma mau liatin bukti fisik kalau aku emang kecelakaan, lagian kamu tau kan Pak Tommy kayak apa orangnya?" Jawab Ning menyanggah ucapan Mel yang menurutnya merendahkan dirinya.

Mel terdiam, lalu berfikir. "Hm.. Iya juga sih, yaudah ayo let's go! kita ke kampuss.."  ajak Mel dengan semangat.

Sementara Ren yang sedari tadi diam  hanya melihat percakapan kedua mahluk yg tidak pernah akur, lebih memilih meninggalkan kedua temannya yang aneh itu daripada ikut-ikutan berujung kesal dihati.

Merasa sadar temannya tidak ada, Mel terlihat panik "Loh? Loh? Ren kemanaa???"

Ning turun dari brankar, lalu meraih tasnya menggunakan tangan satunya. "Dia udah keluar kayaknya, kau sih berisik banget Mel.." Ucap Ning sambil berlalu melewati Mel.

Mel mengerutkan keningnya,"Kok gue sih? dia juga ikutan ributkan?" ucap Mel bicara sendiri. Setelah sadar ternyata hanya dia seorang yang berada diruangan dia menepuk jidatnya pelan.

"Ih buset! main tinggal aja dia.. Woy tungguin woy! Dasar temen gak tau diri" Umpat Mel pelan sambil berlari menyusul kedua temannya.

Tbc..

Bandung  10 Agustus 2018
07.18 PM

Salam Manis

Nahkaa

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience