3. Awal

Romance Series 22809

KELUARGA PETERSON sudah sampai di depan rumah sederhana, yang begitu sejuk karena banyaknya tanaman di halaman rumah itu.

Setelah menekan bel beberapa kali, akhirnya pintu itu terbuka, seorang wanita muda dengan tampilan casual ala rumahan lah, yang membukakan pintunya.

Jangan bilang wanita tak berbentuk itu yang akan menjadi calon istriku?

"Aceline?" Tanya Jane Ibu Arvin, pada wanita yang masih terdiam dengan wajah bodohnya di ambang pintu.

Tak lama wanita itu mengangguk tanpa disangka, Jane dengan sepontan memeluknya sangat erat. Hingga ia sulit untuk bernafas.

"Jane?" panggilan itu membuat Jane melepaskan pelukannya pada tubuh Aceline. "Hanny." pekik Jane seraya meyerobot masuk menghampiri sahabat lamanya itu.

"Silahkan masuk." Aceline membuka pintu dengan lebar, meminta kedua pria berbeda usia itu. Agar masuk kedalam rumahnya.

"Hai Aceline, perkenalkan saya Jane, teman ibumu sejak kami masih duduk di bangku sekolah." Ujar Jane riang, lalu di angguki oleh Hanny.

"Senang bertemu anda, Tante Jane." Ujar Aceline tak kalah riang.

"Mulai dari sekarang, biasakan untuk memanggilku Mama, tidak ada kata Tante setelah kau dan Arvin anakku menikah nanti." Ujar Jane cepat, seketika Arvin yang sedang meminum airnya tersedak. Aceline terdiam mencerna perkataan wanita setengah baya di hadapannya itu.

"Kau belum memberi tau anakmu, Hanny?" Tanya Marvin Ayah dari Arvin, Hanny menggeleng pelan seraya tersenyum sedih. Dia belum sempat memberitau Anaknya akan perjodohan ini, karna terlalu sibuk untuk pemakaman kemarin.

"Begini Aceline, kami datang kesini ingin membicarakan tetang perjodohan kalian. Kami berniat akan menjodohkan kau dan Arvin sejak dulu. Dan pernikahan kalian akan di adakan 2 minggu dari sekarang." Perkataan Marvin, sukses membuat Aceline dan Arvin terperanga.

Apa katanya? Aku akan apa? Dengan siapa? Berapa minggu lagi?

"AYAH!" bentak Arvin kesal akan keputusan mendadak dari ayahnya. Marvin hanya tersenyum menghadapi kemarahan dari putranya itu. tak ada yang boleh menentangnya.

*****

ARVIN mengitari ruang kerjanya dengan gusar, sungguh dia ingin sekali pergi dari rumah ini. Dia tak ingin menghadapi pernikahan yang tinggal menghitung hari itu. Kenapa wanita itu, tidak menolak perjodohan konyol ini, kenapa wanita itu dengan tenang malah menyetujuinya?

"Arvin." Panggilan di balik pintu membuat langkah tak menentu Arvin terhenti.

"Aceline, sudah menunggumu di bawah Nak, kalian harus kebutik Tante Catreen untuk mencoba baju." Arvin menghembuskan nafas kasar, lalu mengikuti perinta dari Ibunya.

Kita mulai permainan ini nona,kau akan merasakan bagaimana menderitanya dirimu karna merusak kebahagiaan kunanti.

Arvin berjalan menuruni tangga rumahnya, Aceline lumayan terpesona melihat pria itu menuruni tangga, dengan kaki panjangnya. Arvin sangat tampan dan Aceline menyadari itu, dia terperangkap oleh pesona calon suaminya itu. Dari saat awal mereka bertemu.

"Ayo!!" ajak Arvin dengan tatapan datarnya, Aceline langsung berdiri dari duduknya lalu segera berpamitan pada Jane.

"Kami pergi dulu, Tante." pamit Aceline dengan sopan, Jane tersenyum seraya memeluk Aceline sebentar. Lalu mengantarkan calon menantunya itu ke halaman rumahnya.

Aceline hendak menanyakan kabar pria itu, tapi Arvin menatapnya dengan Dingin. Aceline merasa ada yang mengganjal di tenggorokannya sehingga tak ada suara yang keluar, dia bergegas untuk mengikuti Arvin yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobilnya.

Hening!

Tak ada suara yang mereka ciptakan, walau sekedar menanyakan kabar. Sepertinya Arvin memang tak ingin membukan percakapan diantara mereka.

Aku harus mencoba untuk mengobrol dengannya dulu bukan? Agar hubungan ini bisa berjalan dengan lancar.

"Oh iya, kita belum berkenalan?namaku Aceline." Aceline mencoba mencairkan suasana, dia terus tersenyum bagaikan orang tolol. Ya hanya senyum itu yang bisa ia lakukan sekarang, karna aura pria di sebelahnya dapat membuatnya gugup, walau pria itu tak melakukan apapun.

"Aku sudah tau." Gumamnya seakan tak peduli dengan Aceline, yang sedang berusaha menghilangkan rasa canggung di antara mereka. Aceline kembali merapatkan bibir, tangannya terasa mendingin. Dia sangat gugup saat ini, perasaannya mengatakan kalau Arvin tak menyukain perjodohan ini, apa lagi menyukai dirinya. Keheningan yang mencekam terus dirasakan, hingga akhirnya mereka sampai di butik untuk mencoba pakaian mereka.

"Silahkan, Tuan dan Nona, Ms.Catreen sudah menunggu di dalam." Sapa seorang wanita ketika mereka memasuki butik milik kerabat dari Alvin, butik itu terlihat sangat elegan dengan warna dinding putih gading, dan kaca-kaca besar yang mengelilingi butik itu.

Begitu banyak gaun-gaun cantik bewarna putih, lengkap dengan wedding vile berbagai model. Rasanya Aceline tak sabar untuk mengenakan gaun-gaun cantik tersebut.

"Hey Arvin, lama tidak bertemu. kamu semakin tampan, ya." Sapa seorang wanita tua yang tetap terlihat cantik di umurnya yang sudah setengah abat, Arvin tersenyum seraya berjalan menghampiri Tantenya itu, dia memberikan pelukan singkat lalu berkata.

"Tante jangan terlalu banyak bicara, aku masih ada meeting siang ini." ujarnya kembali ketus, sedangkan Aceline sedang mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang menggila. Memikirkan kalau sebentar lagi, dirinya akan menjadi seorang istri dari pria tampan di sebelahnya ini, membuat detak jantungnya tak bisa memelan.

"Oke-oke, tenanglah," Catreen terlihat sedikit kesal dengan sikap blak-blakan sang keponakan. Lalu ia memanggil wanita yang tadi mengantar Arvin dan Aceline menemuinya.

"Lisa, tolong bawa Mrs.Peterson untuk mencoba gaunnya!" perintah Catreen membuat wajah Aceline merona, dia bahkan belum menikah dengan Arvin tapi sebutan Mrs.Peterson yang di berikan Catreen untuknya membuatnya ingin tersenyum lebar. Sungguh ia sudah jatuh cinta sepertinya.

Aceline dan Lisa, Asisten dari Catreen, berjalan memasuki ruangan yang bertutupkan tirai. Untuk mencoba gaun yang sudah di pesan oleh Ibu dari Arvin. Mungkin Aceline adalah wanita beruntung, yang tiba-tiba di minta menikah dengan seorang pria kaya raya dan sialan tampan.

Arvin Connor Peterson, pria itu adalah seorang pria berumur 27 tahun, dia memiliki wajah tampan dengan mata berwarna abu gelap, hidung yang mancung, dengan rambut hitam legam, tubuh kekarnya. Serta bentuk rahang yang tegas membuatnya begitu tampan.

"Kenapa kamu menikah terburu-buru sekali, dan calon istrimu cantik. Bahkan sangat cantik menurutku." Ledek Catreen, dia tau keponakannya itu buka pria yang ingin menikah di usia yang masih cukup muda untuk seorang pria.

  
"Tanyakan pertanyaanmu itu pada kakakmu Tante, dia seperti akan mendapatkan masalah kalau aku tak menikah dengan wanita itu."

"Mungkin pilihan ayahmu sudah tepat Arvin, dia hanya ingin kau bahagia. Ku lihat Aceline cantik dan sopan, apa yang kurang darinya?”

"Yang kurang, karena aku tak mencintainya. Aku punya pilihan sendiri." ujarnya tak mau kalah.

Catreen hanya bisa menghela nafas, watak Arvin dan Ayahnya sama. Sama-sama keras kepala, mereka punya pemikiran masing masing. Tak pernah ada kesepakatan di antara mereka. Kekeras kepala mereka susah untuk dihilangkan.

Tirai terbuka, disana berdiri seorang wanita dengan anggun. Tubuhnya yang langsing terbalut gaun putih dengan detail sederhana. Warna kulitnya yang putih pucat, membuatnya seperti peri hutan dengan gaun pengantin berpotongan rok yang pendek itu.  Aceline tersenyum kikuk menunggu reaksi Arvin. Tapi reaksi yang diharapkan sepertinya tak akan pernah terjadi, karna Arvin hanya meliriknya sekilas lalu membuang wajahnya kearah lain.

?

Arvin kembali memperhatikan Aceline, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Membuat wanita itu jenga akan tatapan Arvin yang tajam, dan membuatnya berdebar. Hingga senggolan Sang tante membuat Arvin menoleh.

"Yakin, kamu terpaksa?" Lagi-lagi Arvin memasang wajah datarnya, dia tak menjawab pertanyaan sang Tante. Lalu dia bertanya pada Aceline, yang masih berdiri tegap di tempat semula.

"Sudah?" Aceline mengangguk, entah kenapa saat di hadapan pria itu suaranya susah sekali untuk keluar. Dia hanya bisa mengangguk dan menggeleng.

"Ya sudah, ayo pulang." Arvin hendah berdiri dari duduknya, begitupun Aceline yang hendak mengganti baju. Tapi suara Catreen kembali menghentikan mereka.

"Hey masih ada 2 gaun lagi, dan kau juga harus coba tuxedomu, Arvin." Arvin memutar matanya malas, sungguh dia sudah tak tahan di sini. Dia tidak mau pertahanannya gagal, dia tidak boleh terpesona oleh wanita itu. Ingat Arvin kau punya Ryn, wanita itu menunggumu untuk kau nikahi.

"Cantik, tidak?" tanya Catreen ketika Aceline kembali keluar dari fiting room, dengan mengenakan gaun berwarna putih. Tapi dengan rok yang mengembang hingga mata kakinya, di sertai wedding vale yang panjangnya melewati gaun yang ia kenakan. Arvin hanya mengangguk, entah kenapa kata-kata pedas yang ingin ia keluarkan menguap tanpa bekas dari kepalanya. Wanita yang berdiri di hadapannya memang sangat cantik, ditambah dengan senyumnya yang sedari tadi tak pernah hilang dari wajah itu.

*****

ACELINE termenung dicafé tempatnya dan Leonna biasa datangi ketika pulang dari kampus. Benarkah pilihannya untuk menikah dengan pria itu?

Tapi ia bisa merasakan kalau pria itu tidak menyukainya. Pria itu selalu menampakan wajah dinginnya, membuat bulu kuduk Aceline seketika berdiri. Aura pria itu bahkan lebih menakutkan dari hantu sekalipun. Sanggupkah dia mejalani ini semua.

Pernikahan tanpa adanya pengenalan?

Pernikahan tanpa adanya rencana?

Yang paling berat, pernikahan ini tanpa adanya cinta.

"Aceline." Panggilan seorang pria membuatnya menoleh, Aceline tersenyum menatap pria tampan itu. Dengan setelan casualnya, pria itu tengah berdiri di depannya disertai dengan senyum yang menawan. Pria itu adalah Rafael, pria yang akhir-akhir ini menjadi temannya dan Leona.

"Hay Rafa, dengan siapa kamu disini?" Tanya Aceline seraya mengedarkan pandangannya. Rafa tersenyum saat Aceline mempersilahkannya duduk, satu meja dengannya.

"Aku sendiri." Jawab Rafa, Aceline hanya mengangguk mengerti. Seandainya Arvin seramah Rafa, mungkin bisa lebih mudah mereka menjadi dekat. Tapi lagi-lagi Aceline menghela nafas berat, karena pada kenyataannya Arvin bukanlah Rafael.

*****

HARI itu pun datang ,hari di mana Aceline bersanding dengan Arvin di depan Altar. Mengucap janji suci mereka, jaji sehidup semati. Tapi entah kenapa Aceline tak yakin, kalau mereka akan hidup bersama hingga tua nanti. Entah kenapa Aceline yakin setelah pernikahan ini terjadi, akan ada masalah. Yang entah apa itu.

Tapi dia sudah berjanji, untuk menjadi pendamping Arvin seumur hidupnya. Apa kekawatirannya akan menjadi kenyataan? Semoga saja tidak, dia tak ingin mengecewakan mendiang ayahnya. Dan juga keluarganya yang menghadiri acara pernikahan pagi ini.

Arvin terlihat gelisah dia terus mengitari kamar, hari ini adalah hari pernikahannya. Pernikahan yang sangat dia tentang, pernikahan paksa yang membuatnya dilema akan kisah cintanya dengan Ryn. Dia memiliki pilihannya sendiri, dia sudah memiliki kekasih yang selama beberapa tahun belakangan ini mengisi hidupnya. Wanita yang memang sejak awal, sudah ia pilih menjadi pendampingnya kelak. Tapi kenyataan menghantamnya, dia akan menikahi wanita lain. Wanita yang tidak ia cintai.

"Mungkin ini awal yang buruk untukmu nona, kau akan menyesal menerima pernikahan ini. Karna aku, akan membuatmu menangis setiap hari." Dia meyakinkan dirinya sendiri, kalau Aceline akan menderita akan pernikahan ini. Kalau pernikahan yang mereka jalani, adalah sebuah kesalahan. Dia sudah sangat tampan menggunakan tuxedo hitamnya.

Waktunya berakting Arvin, buat dia tersiksa dan menyerah akan pernikahan ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience