" Jangan halang aku. " Kata Fuad.
" Lepaskan Cik Anggun dulu. " Kata Pengawal keselamatan itu.
" Dia takde kena mengena dengan kau berdua. Jangan sampai saya ambil tindakan. " Kata Fuad pada pengawal keselamatan.
" Lepaskan Anggun Fuad. " Mohon Anggrek.
" Baru sekarang kau nak memohon Anggrek? Kau rasa apa? Aku pasti, rasa dia sama seperti aku memohon pada kau dulu untuk menerima aku sebagai adik ipar kau. " Kata Fuad.
" Cermin diri kau tu Fuad. Aku pun tak hingin dengan kau lah. Kaki Baran. " Kata Anggun.
Fuad menarik Anggun kuat mengikutnya menuju ke kereta miliknya yang ada di tepi parking.
" Lepaskan dia aku cakap!! " Teriak Anggrek berlari cuba membuatkan Fuad melepaskan Anggun.
Anggun tercampak hingga tanpa sedar kereta milik Mazlan datang mengejut lalu menlanggar Anggun.
" Anggun!!!! " Teriak Anggerik melihat adiknya terbaring diatas jalan.
Fuad yang terkejut melepaskan diri lalu dengan cepat masuk kedalam kereta dan pergi dari sana.
" Kau jangan lari Fuad!!! " Teriak Anggrek.
Anggrek mendapatkan Anggun yang terbaring diatas jalan.
" Anggrek!! Apa hal ni. Ya Allah... " Kata Mazlan melihat Anggrek memangku kepala Anggun.
" Anggun. " Panggil Anggrek perlahan.
" Bawa dia ke hospital Lan. Cepat. " Kata Zamarul menyauk tubuh Anggun dan diangkat masuk kedalam kereta milim Mazlan.
Izaffryl yang baru tersedar dari tidurnya bangun dari pembaringannya.
Kepala masih pening akibat terlalu banyak minum semalam.
" Apa jadi hah semalam? " Tanya Izaffryl.
Dia mengambil handphone nya diatas meja disisi katil. Terlihat beberapa panggilan dari Zamarul dan Seroja.
" Kenapa kau nak call aku lagi seroja. " Kata Izaffryl buat dirinya.
" Mabuk macam mana pun aku semalam, aku takkan lupa apa yang kau katakan. Bagi aku kau dan aku over. " Kata Izaffryl lagi.
Dia bangun dan menghubungi Zamarul. Hanya beberapa deringan terdengar suara cemas sepupunya itu.
" Kau kenapa? " Tanya Izaffryl risau.
" Cepat Lan. Aku taknak adik aku kenapa-kenapa. " Kata Anggrek.
" Hoii Rul, kenapa ni? " Tanya Izaffryl cuak.
" Aku call kau nanti. " Kata Zamarul memutuskan panggilan.
" Ehhh, dah kenapa dia dengan Anggrek ni? Kenapa dengan adik si Anggrek. Dan Lan? Mazlan? " Tanya Izaafryl.
" Ahhh. Malas nak fikir. Masalah aku pun dah penuhkan otak. Nak fikir pasal mereka lagi? " Kata Izaffryl lalu masuk kekamar mandi dan membersihkan diri.
Isaac yang sudah siap dengan pakaian formal pejabat keluar dari biliknya dan melangkah turun menemui neneknya.
" Morning Nek. " Sapa Isaac.
" Morning. Balas Marlia.
" Nak kemana pagi-pagi ni? " Tanya Marlia.
" Office. " Balas Isaac.
" Office? What do you mean Isaac? Which office is this? Did you get a job? " Tanya Marlia.
" Is grandma kidding? It's our family office. " Kata Isaac.
" Really? Kenapa nenek tak tahu yang Isaac dapat kerja kat sana. What is your position there? " Tanya Marlia.
" Nek, please jangan bergurau sangat. Takkan Isaac bekerja dari bawah kot. Isaac cucu sulung nenek. Dah tentu Isaac akan jadi CEO kat sana gantikan Izaffryl. Tak begitu? " Tanya Isaac.
Marlia ketawa. Tak sangka Isaac akan berkata begitu padanya.
" Bagi sebab kenapa Nenek kena lantik Isaac untuk jadi CEO dekat Syarikat tu? " Tanya Marlia.
" Isaac cucu sulung Nenek. And takkan nenek masih nak Izaffryl jadi CEO kat sana dengan perangai dia macam tu? " Tanya Isaac.
" Macam apa? " Tanya Marlia.
" Yelah, pemabuk, kaki clubbing. Itu boleh menjatuhkan imej syarikat. " Kata Isaac.
" Syarikat dia, lantak dialah nak buat apa. " Kata Marlia.
" Nek, Syarikat family kot. Bukan Syarikat dia kan? " Tanya Isaac lagi.
" Isaac silap ni. Izaffryl tak bekerja dengan nenek. Yang jadi CEO syarikat family adalah Zamry, anak Arwah Uncle Madi. " Kata Marlia.
" What?? " Isaac terkejut.
" Izaffryl tak pernah bekerja dalam Syarikat keluarga. Dia dan Zamarul buka syarikat bersama sebagai rakan kongsi. " Kata Marlia.
" Habis tu Zamry lah yang pegang Syarikat sekarang? " Tanya Isaac.
" Betul. Tapi, apa-apa yang memerlukan sign Nenek, dia akan call nenek untuk terus pergi ke sana. " Kata Marlia.
" Habis Izaffryl dan Zamarul? Mereka mempunyai syarikat sendiri? Syarikat apa? " Tanya Isaac.
" Perhotelan. And just so you know, the club you entered yesterday is the property of Zaffryl's friend. What happened yesterday, I know. " Kata Marlia.
" Bb-betul ke nenek? Maknanya apa yang jadi semalam, nenek tahu? " Tanya Isaac.
" I know Isaac. Remember, don't do things with Zaffryl and Zamarul, if you don't want to be disabled for life. " Kata Marlia.
" Maksud nenek? " Tanya Isaac.
" Nenek dah ingatkan. " Kata Marlia sambil menuangkan teh kedalam cawan didepan Isaac.
" Sarapan. " Kata Marlia.
Dia melihat jam ditangannya. Izaffryl terlambat 5 minit untuk datang ke meja makan.
" Morning nek. " Sapa Izaffryl dibelakangnya.
" You late 5 minutes Zaffryl. " Bebel Marlia.
" I'm so sorry Lovely grandma. " Kata Izaffryl memujuk.
" Hari ni ada agenda? " Tanya Marlia.
" Do not know yet. Why? " Tanya Izaffryl.
" Nenek nak ajak Zaffryl ke rumah orang-orang tua. Nak hantar sumbangan kita untuk bulan ni. " Kata Marlia.
" Nanti Ryl bagitahu nenek. " Kata Izaffryl.
" And nenek nak tanya something pada Ryl. " Kata Marlia.
" Apa dia nek? " Tanya Izaffryl.
" Siapa yang salah dalam kemalangan semalam? Ryl atau budak perempuan tu? " Tanya Marlia.
" Budak perempuan mana pulak ni? Kemalangan apa? " Tanya Izaffryl.
" You don't remember or pretend not to remember? Hah Ryl? " Tanya Isaac.
" Kau diam. Aku tak bercakap dengan kau. " Kata Izaffryl sambil merenung tajam kewajah Isaac.
" Okey fine. Sebaiknya aku pergi dulu. Aku kat sini pun takde guna. " Kata Isaac.
" Berambus. " Kata Izaffryl.
Isaac meninggalkan meja makan dan terus keluar dari rumah agam milik Marlia.
" Tak patut Ryl buat Isaac macam tu. " Kata Marlia.
" Please nek. Ryl taknak bahas pasal dia. Buat semak kepala Ryl je pagi-pagi ni. " Kata Izaffryl.
" Ni pergi kerja pakai apa? " Tanya Marlia.
" Teruk ke kereta Ryl? " Tanya Izaffryl.
" Tanya Zamarul. Dia tahu. " Kata Marlia.
" Kalau tak, Ryl minta ambil Mazlan je. " Kata Izaffryl.
" Hahh, elok juga. Dah lama nenek tak jumpa cucu nenek Mazlan. " Kata Marlia.
Izaffryl cuba menghubungi Mazlan, namun panggilannya tak dijawab. Hanya operator yang menjawab.
" Aikkk. Tak pernah-pernah dia krik-krik dengan panggilan aku. " Kata Izaffryl.
" Sibuklah tu. " Kata Marlia.
" Sibuk dengan siapa? Tunang dia Si Jatul? " Tanya Izaffryl.
Handphone ditangan bergetar dan terlihat nama yang tertera. Dia menjawabnya cepat.
" Apa hal? " Tanya Mazlan.
" Kat mana? " Tanya Izaffryl.
" Hospital. " Kata Mazlan.
" Buat apa? " Tanya Izaffryl mulai rasa risau.
" Hantar adik Anggrek. Aku tak sengaja terrlanggar dia masa dia kena tolak ke jalan tadi. " Kata Mazlan.
" Habis, macam mana? Budak tu okey tak? " Tanya Izaffryl.
Baginya mereka 3 sepupu berjanji akan bersama disaat susah dan senang. Sentiasa ada jika diperlukan.
" Masih dekat bilik rawatan. " Balas Mazlan.
" Kenapa kau call aku? " Tanya Mazlan.
" Bermakna, Zamarul pun kat sana? " Tanya Izaffryl.
" Haah. Dia ada kat sini. Tu depan aku, tengah menyabarkan Anggrek yang menangis sejak tadi. " Kata Mazlan.
" Haihhh cengngeng betullah minah tu. " Kata Izaffryl.
" Jatul? " Tanya Izaffryl lagi.
" Aku dah hantar dia. Lepas hantar dia on the way nak ke pejabat, Zamarul call mintak tolong. " Kata Mazlan.
" Kenapa? " Tanya Izaffryl.
" Mana aku tahu. " Kata Mazlan bengang dengan Izaffryl yang banyak soal.
" Kau nak apa ni Ryl? " Tanya Mazlan yang berfikir, apa akan jadi jika adik kepada Anggrek mendakwanya akibat kemalangan tadi.
" Aku nak mintak kau ambik aku. " Kata Izaffryl.
" Kereta kau kan ada. Kenapa pulak nak tumpang aku? Tanya Mazlan.
" Aku kemalangan semalam.. Mabuk. " Kata Izaffryl.
" Astaghfirullah. Hah mabuk lagi sampai tak ingat dunia. " Bisik Mazlan.
" Diam. Nanti dengar pulak minah cengngeng tu. Habislah rahsia kita. " Kata Izaffryl.
" Takpe, aku minta Nenek hantar aku. " Kata Izaffryl.
" Baiklah. Kami akan menyusul, bila perkara ni dah selesai. " Kata Mazlan.
" Baiklah. " Jawab Izaffryl lalu menamatkan panggilan dari Mazlan.
" Pakailah Motor bike tu. Tapi janji dengan Nenek, jangan buat perkara yang membahayakan nyawa lagi. Macam dulu. Faham? " Tanya Marlia.
" Betul nek? " Tanya Izaffryl.
Dia tahu silapnya dulu melakukan aksi merbahaya hingga dia hampir hilang nyawa. Namun nasib masih menyebelahinya.
" Cukup nenek kehilangan Papa kamu. Nenek taknak kehilangan kamu juga. " Kata Marlia.
Marlia menyerahkan kunci bike yang sejak tadi berada didalam genggamannya.
Share this novel