Suasana yang sangat sunyi. Hanya ketukan spidol yang terdengar ketika guruku menulis di white board. Aku menatap semua tulisan yang ada di hadapanku, sesekali mengernyit untuk memperjelas penglihatanku. Sunyi karena kelas ini hanya dihuni oleh 10 orang, 5 lelaki dan 5 perempuan. Satu- satunya kelas akselerasi di sekolah ini.
Mataku menoleh sekilas ke arah seseorang yang duduk di sampingku. Lelaki berkulit putih dengan gaya rambut tercacak duduk dengan tenang. Aku tersenyum nipis melihatnya. Andra Maulana, dia adalah orang yang membuatku merasakan debaran yang aneh di hatiku untuk pertama kalinya. Aku mengerti dengan semua rasa itu, hanya saja sikapku yang seolah bodoh terhadap rasa yang telah ada sejak 2 tahun terakhir ini.
Bunyi loceng rehat memberhentikan guru yang sedang mengajar di depan. Aku menghela nafas.Belum beranjak pergi ke kantin dan enggan untuk pergi. Tanganku merogoh tasku dan mencari sebuah novel lantas membacanya.
“Kau tidak makan?” Andra menatapku.
“Tidak, kau juga?”
“Aku malas” ucapnya seraya menatap kembali ke arah jendela yang memperlihatkan sebuah kelas. Dia selalu menatap ke arah jendela itu, mungkin lebih tepatnya ke arah kelas yang ada di seberang. Aku tahu dia sedang memperhatikan gadis yang menarik perhatiannya di sana. Gadis yang sangat cantik, tentu saja sangat popular di sekolah ini.
Share this novel