4

Romance Completed 118757

Pulang dari kerja, Haras terus duduk di bangku dibelakang rumah dimana terdapat kebun sayuran Hannan disana.

" Sayang. " Panggil Hannani.

Dah lama sampai ke? " Tanya Hannani lagi.

" Baru je. " Kata Haras.

" Ayang baru sampai ke? " Tanya Haras.

" Ye Sayang. Banyak Customer tadi. Sayang sendiri tahu kan namanya dah nak masuk perayaan Krismas ni, ramai yang buat tempahan. " Kata Hannani.

" Dato, Datin. Ini airnya. " Kata Bik Lani.

" Letak je Bik. Hanna belum balik Bik? " Tanya Haras.

" Belum Dato. Non Hanna bilang mau keluar jumpa teman. " Kata Bik Lani.

" Budak sial tu? " Tanya Hannani.

" Kerja Datin. " Kata Bik Lani.

" Kalau dia balik, bagitahu kat dia bersihkan dekat laman tu. " Kata Hannani.

" Baik Datin. " Kata Bik Lani.

Panjang umur Hannan apabila keretanya masuk ke perkarangan rumah. Setelah mematikan enjin keretanya, dia keluar lalu melangkah masuk kedalam rumah.

" Assalamualaikum Bik. " Sapa Hannan.

" Waalaikumsalam, Non. Baru sampe? " Tanya Bik Lani.

" Iya Bik. Penat sikit. " kata Hannan.

" Ibu kamu kesan, suruh kamu bersihin laman Non. " Kata Bik Lani sambil menunduk serba salah.

" Tak pe Bik. Hannan ganti pakaian dulu. " Kata Hannan dan masuk kedalam biliknya bagi mengganti pakaiannya.

Beberapa minit kemudian, Hannan kembali dengan pakaian santai ditubuhnya. Dia mulakan langkah untuk membersihkan laman rumah yang nampak berselerak.

Haras dan Hannani memerhatikan Hannan melakukan kerja membersihkan halaman rumah mereka.

" Ayang. Tadi Sayang jumpa Afhan. " Kata Haras.

" Betul ke? " Tanya Hannani.

" Haah. Dah bujang dah anak dia si Khalif tu. " Kata Haras.

" La ruginya Ayang tak ada tadi. " Kata Hannani.

" Afhan ada bagitahu, Arwah Alya nakkan anak dia dijodohkan dengan anak kita. " Kata Haras.

" Kacak tak anak dia tu? " Tanya Hannani.

" Handsome macam ayah dia. " Kata Haras.

" Tadi Hanna datang ke pejabat. " Kata Haras lagi.

" Bermakna dia dah bertemu dengan anak Afhan? " Tanya Hannani.

" Tak sempat. Sebab Khalif bergegas pergi ke Hospital dimana dia akan bertugas. " Kata Haras.

" Hospital? " Kata Hannani.

" Ye. " Kata Haras.

" Takkan Hospital tempat anak sial tu kerja? " Tanya Hannani.

" Ayang rasa tak. Ayang rasa Khalif bertugas dekat Hospital kerajaan. " Kata Haras.

Hanna sampai di laman parking di rumahnya. Wajah bertambah murung apabila melihat Hannan yang sedang memotong rumput di laman sisi kiri rumah.

" Hannan!! " Panggil Hanna.

Hannan tak memperdulikan panggilan Hanna dan terus memotong rumput di depannya.

" Sweety. " Panggil Hannani sambil melambaikan tangannya pada Hanna.

" Aduh. Masak aku, kenapa aku tak nampak Ibu dan Papa tengah santai kat bangku tu. " Bisik Hanna sambil melangkah ke arah Kedua orang tuanya.

" Ibu. " Sapa Hanna join duduk disisi Papanya.

" Macam mana Sweet? Dah jumpa dengan anak Uncle Afhan? " Tanya Haras.

" Dah Pa. Handsome. Tinggi badan pun boleh tahan. Memang idaman sangatlah. " Kata Hanna.

" Hanna setuju tak kalau dia jadi suami Hanna. " Tanya Haras.

" Setuju Pa. " Kata Hanna memberi kata putus.

Sedangkan dia kini sudah mempunyai teman istimewa.

" Cantikkan, kebun sayur mini ni? " Tanya Hanna.

" Sejuk mata memandang. Nilah hasil dia kalau kita berbudi kepada tanah. " Kata Hanna lagi.

" Eh lain nak bunyinya. " Kata Haras.

" Eh. Takde apa lah Pa. Hanna cakap je. Takde maksud apa-apa. " Kata Hanna.

Hannan yang selesai memotong rumput dan membersihkan laman itu, dia pergi masuk melalui pintu dapur.

" Budak sial tu dah masuk. " Kata Hannani.

" Kenapa Ibu panggil Hannan macam tu? " Kata Hanna.

" Dia memang membawa sial. Dan kehadiran dia tak pernah kami sambut. " Kata Haras.

" Dah tak payah cakap pasal dia. Ni Ibu nak tanya, Hari Anniversary Ibu dan Ayah nanti, Ibu nak jemput Uncle Afhan dan anak dia. " Kata Hannani.

" Hujung minggu ni ke Bu? " Tanya Hanna.

" Ye. Ibu dah tempah Katering dan Ibu dah putuskan tema malam tu. " Kata Hannani.

" Hah? Ada tema? " Terkejut Hanna mendengar kata Ibunya.

" Ye. Tema pada malam tu Ibu nak Blue White. " Macam mana? " Tanya Hannani.

" Fuhh nasib baik Ibu pilih warna Biru putih. " Balas Hanna.

" Why dear? " Tanya Hannani.

" Sebab Hanna beli dress wrna blue White. " Kata Hanna.

" Kebetulan kan? " Tanya Haras.

" Nanti Hanna bagitahu Hannan. " Kata Hanna.

" Untuk apa? " Tanya Hannani.

" Dia kan anak Ibu dan ayah juga. " Kata Hanna.

" Dia bukan anak kami. " Kata Hannani.

Dia bangun dari duduknya dalam keadaan emosi lalu meninggalkan Haras dan Hanna disana.

Sedangkan, Hannan mendengar perbualan mereka. Mengalir air matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Hannani.

Bik Lani mendekati Hannan yang teresak sambil menekup mulutnya.

" Non yang sabar Ya. " Kata Lani.

" Takpe Bik, Hannan sedar diri siapa Hannan. " Kata Hannan.

" Baguslah kalau kau sedar diri kau tu bukan siapa-siapa dekat dalam rumah ni!! " Kata Hannani.

" Hey budak sial, kehadiran kau membawa malang dekat keluarga ni. Kau faham tak. " Kata Hannani sambil jari telunjuknya menekan-nekan dahi Hannan hingga Hannan terhuyung hayang kebelakang.

" Datin. Udah ya. Nanti Datin stress lo. " Kata Bik Lani.

" Selagi budak ni ada dalam rumah ni, aku akan stress. " Kata Hannani lalu meninggalkan Hannan dan Lani di dapur.

" Maaf ya Bik. Hannan dah fikir, biarlah Hannan keluar dari rumah ni. " Kata Hannan.

" Tak!!! " Herdik Hanna dari ruang tamu.

" Hanna!!! Kalau dia nak berambus dari rumah ni biarkan. Kau nak berambus? Dipersilakan. " Kata Haras.

" Kalau Hannan pergi, Hanna juga akan pergi. Ingat tu Pa. " Kata Hanna terus naik ke biliknya.

" Hanna ugut Papa? Hanna sekarang dah pandai melawan Papa? Sebab budak sial ni? " Tanya Haras marah.

BAM!!!!

Pintu bilik ditutup kuat hingga mengeluarkan bunyi yang kuat.

" Kau ajar dia apa hah? " Tanya Haras.

" Hannan takde ajar dia apa-apa. " Balas Hannan.

Haras membuka tali pinggang yang terlilit di pinggangnya. Dengan cekap lengan Hannan digenggam kuat dan tali pinggang dihayun ke tubuh Hannan.

" Pa!! Sakit Pa!!! " Teriak Hannan.

" Diam!!!! Kau memang tak sedar di untung!!!! " Herdik Haras.

" Dato!! Udah. Jangan dipukul lagi. Kesian Non Hannan. " Kata Lani teresak.

Sekujur tubuh Hannan terbaring di lantai dapur lemah. Baju t-shirt yang tersarung di tubuhnya koyak rabak.

Terlihat jelas lebam di tubuhnya dan lengannya. Lani memangku kepala Hannan yang lemah.

" Non... Tahan ya Non... Bibik ngak sanggup liat Non dipukul selalu. " Kata Bik Lani.

" Udah ya Bik. Jangan menangis. Hannan okey. " Kata Hannan tersekat-sekat dia menjawab.

Lani membantu Hannan masuk ke bilik disisi bilik tidurnya. Baju Hannan diganti.

" Sudah lah Bik. Biar Hannan buat sendiri. " Kata Hannan.

" Bisa? " Tanya Bik Lani.

" Insya-Allah Bik. Hannan masih mampu. " Kata Hannan.

Bik Lani keluar meninggalkannya terbaring lemah diatas katil. Sakit seluruh tubuhnya dan yang menyedihkan terdapat luka dibelakang badannya yang tak mampu digapai oleh tangannya.

Dia mula menghubungi Linda. Dan meminta agar bertemu dengannya.

" Kau okey tak Hannan? Kau kena pukul lagi ke? " Tanya Linda.

" Aku nak jumpa kau boleh. " Soal Hannan.

" Datang je Hannan kerumah aku. Aku tunggu kau. " Kata Linda cemas.

" Terima kasih Linda. " Kata Hannan memutuskan panggilan.

Hannan mengambil beg pakaian disisi Almari nya. Memasukkan beberapa helai pakaian dan tidak lupa segala dokumen-dokumen penting.

Melihat semuanya sudah ada di dalam beg pakaiannya, dia mula mengambil handbag dan melangkah keluar dari biliknya.

" Hannan? Kau nak kemana? " Cemas Hanna bertanya. Terlihat mata sembab lepas menangis.

" Aku kena outstation Hanna. Kalau aku lambat gerak, lambatlah aku sampai. " Tipu Hannan.

" Oo. Aku ingatkan kau nak kemana. Dahlah pergi cepat. Nanti lambat pulak kau sampai. " Kata Hanna yang kini berada di meja makan.

Tanpa berlengah, Hannan pergi dari rumah neraka baginya.

" Ya Allah kau tutup hatiku untuk jejakkan kaki kerumah ni lagi. Kerana aku tahu, aku tak diperlukan didalam rumah ni dan kehadiran ku hanya satu kesilapan. " Kata Hannan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience