BAB 3

Drama Completed 339

Mimpi itu pun lambat laun mulai tergerus ombak kehidupan. Kami tak sanggup melawan arus. Di titik puncak inilah akhirnya. Di titik inilah kami patah semangat. Meskipun tawaran dari berbagai SMA berbasis Beasiswa tak lantang aku nekat melawan arus untuk kedua kalinya.

Desa kami jauh dari sekolah. Beruntung di penghujung akhir masa SMP ini aku mendapat tawaran dari sekolah yang baru selesai jadi. Di desaku sendiri. Sekolah Menengah Kejuruan. Bukan main. Embel-embelnya sudah Negeri. Dengan iming-iming yang sama pula. Dengan tawaran yang sangat menggiurkan pula yaitu “lulus langsung kerja”. Akhirnya kami menjadi murid angkatan pertama SMK NEGERI itu.

Tak pelak jika orangtua langsung merekomendasikan kami di sana. Di sisi lain kerana sering mepetnya kebutuhan materi. Setiap pulang sekolah kami bertiga bahu-membahu mencari rupiah untuk membantu perekonomian.
Setelah beberapa bulan sekolah di SMK NEGERI ini.

“Rozi, bukankah itu teman sekelasmu waktu SMP?” Tanya Salih.
“Bisa mati kutu! Lewati rumah ini kita masuk gang lih”. Jawabku dengan nada malu.

Sudah hampir setahun aku sepulang sekolah menggeluti profesi ini. Sebagai pengamen jalanan.
Hinggap kesana kemari. Melantunkan alunan petikan senar dari rumah ke rumah. Mengumpulkan pecahan koin. Sungguh tak masuk akal jika harus dinalar berjuang sejauh ini di era serba super modern seperti sekarang.

“Gelandangan! Gak ada receh! Pergi sana”. Gertak salah satu penghuni rumah mewah saat kami mulai memetikan alunan senar gitar.
Gertakan semacam itu kerap sekali aku dengar.
Lambat laun aku mengeluh-eluhkan kegiatan ini. Aku sedar memang ini adalah kegiatan yang sangat mendorong perekonomian sekaligus tak menyita waktu sekolah kami.

Di penghujung jalan, pohon rindang tempat kami berteduh saat ini aku menanyakan kepada mereka.
“Apa kalian sudah lupa mimpi itu? Mimpi yang sering kalian sebutkan saat kita belajar bersama?” Tanyaku kepada kedua sahabat karibku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience