Nb: terdapat beberapa perubahan dan perbaiian typo, terima kasih :)
Sepanjang perjalanan menuju tempatnya bekerja, Jesslin terus murung seperti ada hal yang dipikirkannya, langkah kakinya terhenti saat dirinya tiba di depan meja kerjanya.
"Ada apa?"
"Oh…. Tidak ada apa-apa, Sin"
"Apa kau mimpi buruk lagi?"
"Entahlah…..jika aku bisa menyebutnya sebagai mimpi buruk maka aku ingin cepat melupakannya, tapi aku tidak bisa karena mimpi itu adalah kenyataan"
Mendengar ucapan Jesslin, membuat Sinta teman satu rekannya cukup sedih, bagaimana tidak mimpi yang selalu sama terus dialami oleh Jesslin setiap harinya, mimpi yang seperti sebuah filem terus terputar di ingatan Jesslin. Kenyataan bahwa dirinya di tinggalkan oleh Mamanya saat dirinya berusia 5 tahun.
Meskipun begitu Jesslin tumbuh sebagai wanita yang kuat, dan juga pemberani, bahkan wanita yang bernama Jesslin itu tumbuh sebagai wanita yang memiliki paras cantik dengan mata hitam bulat yang dapat memikat semua orang yang melihatnya.
Jam makan siangpun tiba, banyak dari mereka yang keluar untuk pergi membeli makanan diluar adapun hanya sekedar menyeruput secangkir kopi sambil menyantap potongan roti, tapi tidak dengan Jesslin waktu makan siang adalah waktu dimana dia harus bertemu dengan seorang pria.
***
"Maaf membuatmu menunggu"
"Tidak apa… santai saja"
Kata pria dengan mata coklat dan paras tampan, sambil menyodorka secangkir kopi hangat kepadanya, dengan senyum yang terkuir di wajah tampan pria itu.
Setelah menyeruput secangkir beberapa kali kopi yang ada di hadapannya, Kini wajah Jesslin berubah menjadi serius, alasanya datang ke cafe saat ini bukanlah untuk bertemu dengan pria yang saat ini berada di hadapannya, tapi untuk membicarakan suatu hal.
"Daniel , Apa ada perkembangan ?"
Pria yang dipanggil Daniel itu mengeleng, raut wajahnya telah menjawab semua pertayaan Jesslin. melihat raut wajah Jesslin yang berubah menjadi murung, Daniel langsung menggengam kedua tangan Jesslin dan mengisyaratkan bahwa Jesslin harus kuat.
"Jangan kawatir, aku pasti akan menepati janjiku padamu, setidaknya kau harus mendengar alasan dari keluargamu?"
Tatapan Jesslin berubah senduh, kepalanya tertunduk untuk menyembunyikan tagis yang hampir tumpah membasahi pipinya. Tapi dengan sekuat tenaga Jesslin menahan dirinya untuk tidak menangis, karena baginya sudah terlalu banyak air mata yang dia keluarkan untuk keluarganya, yang mungkin keluarganya saat ini sudah lupa dengan Jesslin.
suara yang memanggil namanya membuat Jesslin menoleh, sambil memandang lekat-lekat wajah wanita yang ada di hadapanya, Daniel berusaha menyakinkan Jesslin bahwa dia akan menemukan keluarga Jesslin apapun caranya.
***
Hujan turun membasahi kota Jakarta, tanpa berniat pulang meskipun jam sudah menunjukkan waktu istirahat, pria itu tetap saja berkutat dengan berkas-berkas yang ada di hadapnya.
Tatapan mata yang ditunjukan Jesslin, saat pertemuan mereka di cafe tadi siang, terus terngiang-ngiang di benak Daniel , sampai membuat pria itu sakit kepala. perlahan tangganya memijat pelipis kepalanya sendiri, berharap sakit kepala itu bisa hilang, tanpa berpikir panjang lagi Daniel memilih untuk merehatkan pikirannya sejenak.
Berusaha untuk mencari cara menyelesaikan kasus ini, tapi tetap saja kasus ini sangat sulit untuk di pecahkan. Mungkin banyak orang berfikir bahwa kasus kehilangan orang tua itu mudah untuk di tanggani, jawabannya iya,
Tapi untuk kasus yang satu ini rasanya sulit sekali bagi Daniel untuk menyelesaikannya, sepertinya keluarga Jesslin sudah mengubur semua bukti tentang kasus ini dalam-dalam, bahkan saksi yang melihat mamanya Jesslin meninggalkannya sendiripun tidak kunjung ditemukan.
Suara ketukan pintu membangunkannya dari pikirannya tentang kasus Jesslin.
"Masuk"
"Dari data yang anda berikan kepada saya, saya belum bisa menemukan mereka"
Sambil menghembuskan nafas beratnya, Daniel meminta karyawaannya untuk bekerja lagi. Pandangannya sekarang terarah pada foto dirinya dan Jesslin yang sedang tersenyum.
"Janji yang pernah kuucapkan padamu 20thn yang lalu, akan ku tepati bagaimanapun caranya, jadi kumohon padamu terseyumlah sampai hari itu tiba"
***
Suara ketukan pintu membuat pria paru baya yang ada di dalam ruangan menoleh, langkah kaki seorang pria perlahan mulai memasuki ruangan kantor yang sangat besar.
"Anda memanggil saya ?"
"duduk"
helahan nafas berat terdegar di seluruh penjuru ruangan, perlahan pria paru baya itu melangkahkan kakinya menuju sofa yang kini tegah diduduki pria itu.
"sebenarnya ada apa anda memanggil saya kemari?"
"kau tau, setelah kakakmu pergi meninggalkan rumah, tanggung jawab keluarga dan perusahaan sekarang ada di tangganmu"
"jadi..?"
"jadilah penerus perusahaan DK Group, lagi pula orang tua rentah ini tidak sanggup lagi untuk menjalankan perusahaan ini, dan kurasa usiamu sudah cukup untuk menjadi penerus dari perusahaan"
"dan satu lagi….. Apa kau tidak berniat memperkenalkan wanita yang akan menjadi menantuku ?, kurasa saat aku mati nanti aku baru bisa melihatnya."
sambil sedikit mengejek dan menggoda putranya, pria parubaya itu perlahan menyeruput kopi yang ada di hadapannya, senyum tipis mulai mengembang di wajah pria itu.
"kenapa kau hanya tersenyum?"
"yang pasti……… calon menantu papa nanti adalah wanita yang sangat baik dan dia juga sangat cantik dan…. Dia adalah cinta pertamaku saat kecil yang sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupku untuk selamanya"
"kau harus memperkenalkannya pada papa, sebelum kalian menikah nanti"
"papa tenang saja, akan kupastikan calon istriku nanti datang menemui calon mertuanya"
Pria itu terus tersenyum membayangkan dirinya yang akan menikah dengan cinta pertamanya , bahkan senyumnya terlihat lebih lebar dari biasanya, perlahan kakinya beranjak pergi dari kantor papanya sambil terus tersenyum.pria parubaya itu hanya bisa menatap punggung putranya sampai hilang dari balik pintu.
***
Langkah kaki Jesslin berlari dengan cepat menuju sebuah kantor yang dapat di bilang cukup besar untuk sebuah firma hukum yang di bangun sendiri tanpa bantuan orang lain.
sambil berusaha menstabilkan nafasnya , perlahan tanggannya membuka kenop pintu dan betapa terkejutnya Jesslin saat seseorang tiba-tiba memeluknya dengan erat setelah pintu di buka. Seolah-olah pemilik tempat tau bahwa wanita itu akan segera datang.
"akhirnya usaha kita terbayarkan, kau bisa menemui orang tuamu dan menggetahui alasanya"
Entah harus senang atau sedih yang pasti saat ini hati Jesslin bimbang, entah kenapa dia takut menemui orang tuanya dia takut kejadian 20 thn yang lalu terulang kembali. Tapi, Jesslin tidak bisa mundur lagi karena baginya meskipun harus tersakiti untuk yang ke dua kalinya , dia tidak peduli asalkan dia bisa tau alasan dari orang tuanya meninggalkannya saat 20 thn yang lalu.
Suara seruputan teh terdengar di dalam ruangan kantor, perlahan Jesslin meletakan cangkir tehnya dan menatap lekat- lekat pria yang ada di hadapannya.
"mungkin kau ingin tau bagaimana caraku bisa menemukan keluargamu, jadi laporan fisik yang pernah kuterima 4 thn yang lalu itu adalah sebuah kebohogan , keluargamu tidak meninggal sama sekali tapi mereka mengganti nama dan kewarganegaraan mereka , selama ini mereka tinggal di Singapura selama 15 thn ini."
"jadi….. Apa mereka masih berada di sana?"
"tidak…. setelah ku selidiki mereka sekarang tinggal di Bandung, dan ini…."
Kata Daniel sambil memberikan sebuah tiket pesawat untuk berangkat ke Bandung.
"berangkatlah ke Bandung, dan ini alamatnya"
Lagi-lagi hati Jesslin bimbang, tapi dia melawan ketakutanya dan memutuskan untuk berangkat ke Bandung.
"apa kau perlu untuk aku temani"
"tidak, aku tidak ingin menggangu pekerjaanmu, sekali lagi terima kasih karena sudah membantuku, aku pasti akan membalas kebaikanmu"
Senyum cerah terpancar di wajah Daniel, tanpa Jesslin sadari Daniel terus memandangi wajah Jesslin.
***
"Apa kau yakin tidak perlu aku temani?"
"tentu saja, aku bukan anak kecil yang harus kau tuntun kemanapun aku pergi, lagi pula setelah urusan ku selesai di Bandung aku pasti akan langsung kembali"
"baiklah, setelah kau kembali , ayo kita temui orang tuaku dan kita bahas pernikahan kita"
"ehmmm… baiklah, aku tutup dulu teleponnya karena masih ada hal yang harus ku urus sebulum keberangkatanku besok"
"oh… da"
Perlahan David meletakan ponselnya di atas meja, tanggannya mulai menggambil bingkai foto yang ada di ats meja. David kembali terseyum saat dirinya membayangkan akan menikahi sosok wanita yang ada di bingkai poto itu.
****
1 hari telah berlalu semenjak keberangkatan Jesslin , tapi Daniel tidak juga mendapat kabar dari Jesslin, karena sebelum keberangkatan Jesslin kemarin, dia sudah berjanji akan menghubungi Daniel, tapi entah kenapa Jesslin belum kunjung menghubunginya.
Merasa cemas dengan keadaan Jesslin dengan cepat langkah kaki Daniel meninggalkan ruangan kantornya berniat untuk menyusul Jesslin, karena dia takut jika akan terjadi hal buruk dengan Jesslin.
namun langkah kakinya terhenti saat dirinya mendengar berita yang disampaikan dari salah satu stasiun tv saat ini, berita tentang kecelakaan pesawat yang di tumpangi oleh Jesslin, seketika itu ponsel yang ada di genggaman Daniel jatuh.
***
Share this novel