BAB 1

Drama Completed 383

Aku sudah cukup lama menunggu sahabatku, dia berjanji akan datang menemuiku di bawah pohon yang kami tanam beberapa tahun yang lalu, disebuah taman kota dekat dengan rumahku. Sesekali kutengok jam yang melingkar di tangan kiriku. Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit, empat puluh menit, dan satu jam aku sudah menunggunya. Tapi, tak kulihat tanda-tanda kedatangannya. Aku seperti orang yang bertapa, duduk sendirian di bawah pohon dan tak ada satu orang pun di taman itu. Sahabatku selalu bercerita tentang kehidupannya di tempat ini, tempat duduk memanjang di bawah pohon yang kami tanam dahulu. Tapi, sejak kapan ia mengingkari janjinya untuk tidak datang menemuiku? aku yang justru mengingkari janjiku sendiri. Dan hari ini, aku datang lebih awal, dan aku tak ingin sahabatku itu selalu menunggu. Aku ingin menunggunya di sini dan bukan dia yang menungguku. Ternyata, semua ini sangat membosankan!

Dan setelah dua jam aku menunggu, akhirnya ia datang juga menemuiku. Dan seperti biasa, segurat senyum selalu merekah dari bibirnya. Dan tarikan ujung-ujung bibirnya membuat lesung pipinya semakin dalam. Seperti putaran air yang aku lihat ketika aku dan dia bermain di sungai sepulang sekolah. Aku selalu menancapkan kayu pada putaran air itu, dan setelah itu, putaran air akan menghilang begitu saja, muncul lagi, dan menghilang kembali. Tak ada bedanya dengan lesung pipi Leon sahabatku. Yang kadang menghilang dan muncul saat senyum merekah di bibir manisnya. Seulas senyum menukik yang kulihat seperti bulan sabit di kala malam hari. Lantas aku membalas senyumnya.

“Apa kau sudah lama menunggu?” Tanya Leon , dan itu yang sering aku tanyakan padanya. ”Oh, tidak!” Jawabku dengan senyum. Sebenarnya, aku sudah lama menunggunya. Dan aku mencoba belajar untuk tidak mengatakannya. Leon sering berbohong kepadaku, dan sebenarnya aku juga tahu kalau dia sudah menunggu lama, ketika kami bertemu. Seperti pertemuan-pertemuan kami sebelumnya, kami selalu bertukar cerita selama seminggu terakhir dari pertemuan kita.

“Leon , bolehlah aku bertanya sesuatu?” Kataku dengan nada ragu. ”Apa?” Tanyanya dengan mengerlingkan mata, curiga. ”Sekian lama kamu bercerita kepadaku, kamu tak pernah bercerita tentang kekasihmu. Bukankah kamu banyak digemari cewek-cewek” Ungkapku. ”Sekian lama kamu bercerita kepadaku, kamu juga tak pernah bercerita tentang kekasihmu. Jadi, buat apa aku menceritakannya?” Kata-kata Leon membuatku mati kata-kata, aku tak tahu harus membalasnya dengan apa!

“Banyak orang bilang, kamu tampan, senyummu yang indah, lesung pipi yang dalam, dan dua bola mata yang indah selalu memancarkan cahayanya saat kau tersenyum. Seperti cahaya dua bintang di langit, itu yang sering mereka katakan” Ungkapku yang kudapat dari teman-teman, dan orang-orang yang menyukai Leon . ”Dan itu semuanya, yang membuatku sulit untuk menemukan cinta” Jawab Leon dengan tenang sambil menyandarkan punggungnya. ”Kau tak salah bicarakan?!” Tanyaku heran. ”Leon , kamu dapat mendapatkan cewek secantik yang kau inginkan. Banyak yang suka denganmu”

“Hafiza , kamu salah! aku belum dapat menemukan cintaku” Kata Leon . ”Apa maksud kamu?” Tanyaku meminta penjelasan. ”Suatu saat kau akan tahu hal itu” Jawab Leon dengan memandangku dan seulas senyum untukku, hanya untukku, sahabatnya. ”Leon …” Aku ingin Leon mengutarakan maksud dari kata-katanya. ”Hafiza …” Kata Leon dengan mendekatkan wajahnya di hadapanku, dan kali ini tanpa senyum indah di bibirnya. ”Baiklah..” Kataku menyerah, aku tak ingin memaksanya untuk mengatakan sesuatu yang tak ingin dia katakan.

“Kamu benar-benar akan pindah keluar kota?” Tanya Leon . ”Memangnya kenapa?” Tanyaku. ”Kau akan tinggal di sana selamanya dan tak akan kembali untuk sahabatmu?” Kata Leon yang bangkit dari sandaran kursi. ”Aku tak tahu!” Kataku sambil menggelengkan kepala. ”Tak dapat kah kau memberiku jawaban yang pasti. Kau selalu membuatku bertanya-tanya dengan jawabanmu yang tak pasti itu” Kata Leon yang kecewa. ”Lalu, kau ingin aku menjawab apa?” Tanyaku. ”Aku ingin kau memberikan jawaban yang pasti. Ya atau tudak!” Leon menegaskan kata-katanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience