Cinco

Thriller Series 7758

"What did I see?"
....

Malam berlalu dengan sangat cepat. Cahaya matahari membangunkan keenam sahabat itu. Satu per satu dari mereka keluar dari kamar masing masing dan saling menyapa mengucapkan selamat pagi dan saling menanyai keadaan pagi ini.

Calista keluar dari kamarnya dan dirangkul oleh Alex, berkumpul bersama yang lainnya di ruang tamu.

"Hai!" sapa Jessie. Gadis itu terlihat baik baik saja dari yang kemarin. Di sebelahnya ada Tristan yang terus memeluk pinggang gadis itu, "Hai love birds! Good morning" balas sapaan dari Alex, terdengar mengejek.

"Bagaimana kalau kita jalan jalan di sekitar desa ini?" usul Hoseok. Yang lain mengangguk setuju lalu mengikutinya berjalan keluar dari villa.

Hoseok terus mengoceh saat berjalan jalan di jalanan desa kecil itu. Calista meninggalkan boneka itu di villa, Jessie melarangnya untuk membawa boneka itu ikut bersama mereka. Lunetta tidak mendengar ocehan lelaki itu, ia hanya sibuk mendengarkan musik di ponselnya dengan headphone.

Orang orang di desa menyapa keenam sahabat itu dengan ramah. Beberapa anak kecil yang sedang bermain kada melempar sesuatu ke arah Alex, Tristan, dan Hoseok hanya untuk mengundang mereka bermain.

Keenam sahabat itu memutuskan untuk istirahat sejenak di salah satu kios kecil sambil melihat Alex, Hoseok, dan Tristan yang sibuk bermain bola bersama anak anak tadi.

Orang orang di desa ini ramah kepada mereka dan sepertinya juga menerima keenam sahabat itu.

Salah seorang perempuan mengantarkan teh yang dipesan Jessie, Calista, dan Lunetta. Ia juga membawa sepiring kecil cemilan.

"Gracias" Jessie mengambil minuman miliknya di nampan yang di antarkan wanita itu. "Me IIlamo Jessie, Jessica Velez" lanjutnya sambil memperkenalkan dirinya. Wanita paruh baya itu tersenyum ramah.

"A-aku Netta, Lunetta Vasquez"

"Aku Calista, Calista Johnson" timpal Calista memperkenalkan dirinya. Wanita itu tersenyum, "Kalian baru pertama kali kemari?" tanyanya dan hanya Jessie yang mengangguk, kedua temannya sibuk pada minuman yang mereka pesan.

Ketiga gadis cantik itu terus berbicara dengan wanita paruh baya penjaga kios itu. Sampai akhirnya Alex memanggil, ketiganya lalu berpamitan dengan wanita paruh baya itu lalu berjalan menghampiri yang lain.

"Terimakasih atas semuanya" ucap Hoseok dengan aksennya yang khas itu.

Keenam sahabat itu kembali melanjutkan perjalanan mereka kembali ke villa. Di tengah perjalanan, Calista berhenti, membuat kelima temannya juga ikut berhenti.

"Ada apa?" tanya Alex, Calista menggeleng lalu tangannya menunjuk ke suatu arah yang membuat teman temannya melihat ke arah yang ditunjuk Calista.

Mereka hanya melihat sebuah rumah tua yang mewah, rumah itu kosong tanpa adanya penghuni sehingga menjadi tempat bertumbuhnya lumut.

"Apa? Ini hanya sebuah rumah" ucap Tristan keheranan.

"Tidak. Anehnya aku merasakan seseorang ada di dalam rumah itu" ucap Calista lagi. Alex menggeleng cepat, "Cih!! Jangan mengada ngada. Mana ada orang yang mau tinggal di rumah tua yang kosong seperti ini"

Hoseok mengangguk setuju, "Tidak ada yang perlu dilihat disini, ayo kembali ke villa. Tubuhku sudah lengket dengan keringat"

Teman temannya hanya mengangguk lalu berjalan pergi mengikuti Alex.
. .
. .
Keenam sahabat itu tersentak saat menemukan sebuah tulisan dengan cairan merah di lantai ruang tamu bertuliskan 'Find me'

Mereka menggeleng bersamaan.

"Mungkin ada orang iseng yang mau menuliskan tulisan ini. Villa ini tidak dikunci kan saat kita pergi, jadi bisa saja anak anak iseng itu menuliskan ini dengan cat merah atau lipstik untuk menakut nakuti kita" Alex angkat bicara lalu mengambil kain untuk membersihkan tulisan di lantai itu.

" Yah... Itu bisa saja" timpal Hoseok. Lelaki itu selalu berpikiran positif.

"Ya sudahlah. Sebaiknya kita membersihkan diri lalu aku akan membuatkan sarapan" ucap Lunetta. Jessie menatap gadis itu remeh, "Memangnya kau tak takut dengan kejadian kemarin siang?"

Lunetta menghendikan bahunya, "Tak ada pilihan lain. Tidak mungkin kan kalau kita harus membeli makanan di luar? Bisa habis persediaan uang kita kalau begitu" Hoseok mengangguk setuju, "Aku akan menemaninya memasak"
. .
. .
"Sarapan siap!" teriak Hoseok dari ruang makan, keempat temannya yang tadi sedang berbicara di ruang tamu menyusulnya di ruang makan.

Di meja makan sudah tersedia sarapan pagi mereka yaitu omelet dan segelas susu. Netta duduk di sebelah Hoseok lalu Calista dan Alex duduk di hadapan mereka sementara Jessie dan Tristan duduk berhadapan. Mereka mulai memakan sarapan sambil berbicara tentang orang orang di desa itu.

"Kalian ada menduga hal lain tentang tulisan dengan cairan merah yang kita temukan tadi?" Calista angkat bicara. Alex menatap gadis itu sekilas, "Memangnya apa yang membuat mu berpikiran lain?"

"Yah..." Calista berjalan menjauh dari meja makan untuk menaruh piring piring di wastafel, "Siapa yang mau iseng dengan kita di desa ini. Kalian lihatkan kalau orang orang di desa menerima kita di sini" lanjutnya, Alex terdiam lalu sejurus kemudian kembali menatap Calista, "Tidak ada yang tahu Cal, mereka bisa saja iseng. Jelas jelas mereka mengenal kita" bela Alex.

"Mereka bisa saja iseng"

"Tidak"

"Bisa saja!"

"Tidak!"

"Teman teman. Sudahlah. Jangan bertengkar ok?" ucap Netta pelan. Alex dan Calista saling berpandangan lalu tertawa kecil, "Ah tidak. Kami tidak bertengkar kok, benar kan Cal" balas Alex dan Calista hanya mengangguk setuju.

"Jessie, bisakah kalau kita sedang berkumpul, kau tidak terus menatap ponsel mu? Hei! Kau mengabaikan kami" Hoseok angkat bicara sambil merebut ponsel yang dipegang Jessie.

Gadis itu memanyunkan bibirnya, "Harusnya kau tidak hanya memarahi ku, lihat! Anak kecil itu juga mengabaikan kita dengan memainkan mainannya"

Hoseok meneguk salivanya susah payah, "Apa yang kau lihat? Disini hanya ada kita"

Yang lain hanya terdiam menatap Jessie, Calista seketika membeku melihat Jessie yang tidak seperti biasanya.

Gadis itu berdecak sebal, "Kalian ini... Lihat! Anak perempuan itu kini memainkan mainannya" ucap Jessie. Tristan meneguk salivanya, "Tidak ada siapapun di sini, Jess"

"Hanya ada kita" timpal Calista yang masih berdiri di dekat wastafel.

"Ak-

Jessie tak melanjutkan kalimatnya lagi ketika terdengar suara seorang anak kecil yang tertawa dengan suara lirih. Lunetta menatap Jessie dengan tatapan yang mengatakan seperti, 'Ada apa?' dan gadis itu menghendikan bahunya. Lalu terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Keenam sahabat itu terdiam tanpa ada yang membuka pembicaraan. Saling berpandangan lalu berlari keluar dari ruang makan dan duduk di sofa.

"Apa yang kau lihat, Jessie?" tanya Tristan saat mereka semua sampai di ruang tamu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience