Rate

BAB 2

Drama Completed 255

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ayah tak pergi ke ladang orang
untuk menerima upah harian hari ini. Ia bersiap-siap pergi ke Balai Desa
pagi ini demi memenuhi panggilan dari pemerintah desa perihal
perkelahian yang terjadi kemarin siang. Walaupun luka di wajahnya masih
belum sembuh, Ayah tetap bersemangat menjalani hari. Dikencangkannya
ikat pinggang di celana kepernya. Pokoknya ia tampak rapi sekali pagi
ini. Namun beda halnya denganku. Justru aku malah khawatir.

“Ayah yakin ini akan mudah?”

“Tentu saja, Nak. Untuk mendapatkan segala sesuatu, kita hanya perlu
mengorbankan segala sesuatunya saja.”

Ayah tidak mengerti apa maksudku. Ia malah sibuk merapikan rambutnya
dengan pomade yang ia beli kemarin. Ia benar-benar yakin soal ini.
Terutama soal duit itu. Sepuluh juta.

“Hidup ini sebenarnya adil. Kenapa kau bilang waktu itu kalau hidup ini
tak adil, Nak? Hanya orang-orang yang tak dapat melihat peluang keadilan
saja yang dapat berkata begitu.”

“Jadi maksud Ayah adil namanya kalau rasa sakit di muka Ayah dibayar
Ribuan ringgit?”

“Bukan adil lagi itu namanya. Tapi anugerah, Nak! Ternyata mencari duit
sepuluh juta tak sesulit yang kita bayangkan. Nggak harus membabat,
mencangkul, susah payah bulan demi bulan, tahun ke tahun, waktu ke
waktu. Dengan modal keberanian yang gagah, sepuluh juta pun kita dapatkan!”

Dihidupkannya motor bututnya yang knalpotnya sudah terus menerus
mengeluarkan asap. Tetangga-tetangga kami memperhatikan Ayah . Ada yang
sembari berbisik dan bergunjing. Ayah ku tetap tak peduli. Barangkali,
hanya duit sepuluh juta itu saja yang ada di kepalanya. Sebelum
memasukkan gigi pertama motornya, ia agak berteriak padaku agar
suaranya dapat menyaingi suara motor bututnya itu.

“Setelah semua persoalan ini beres, Ayah ingin kamu menyaksikan
bagaimana cara Ayah memperoleh duit sepuluh juta. Agar kamu percaya
kalau semuanya itu mudah!”

Aku menelan ludah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience