"Vania!!!" Seru pak Teddy.
Vania memejamkan kedua matanya,meruntuki kebodohan yang telah dia perbuat.sekarang Vania tidak bisa lari lagi.mau tidak mau dirinya harus menghadapi dosennya itu.
Gilang yang mendengar nama Vania di sebut segera menoleh ke arah Vania,bersamaan itu juga Vania membalikan badannya ke arah sang papa.
Vania terdiam menatap Gilang sambil menggigit bibir bawahnya,sementara Gilang terkejut bukan main setelah melihat Vania yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat dia duduk.
"Eh-pa-pa..." Vania menggaruk tengkuknya.perlahan gadis itu berjalan menuju tempat sang papa berada.
"Duduk?" Titah pak Teddy.
Vania melirik kursi kosong yang ada diantara papanya dan gilang.sesaat pandangannya teralih kembali pada Gilang yang masih setia menatapnya tidak menyangka.Vania tersenyum kikuk setelah itu mendaratkan bokongnya di kursi.
"Ini putri saya.namanya Vania?" Ucap pak Teddy memperkenalkan putri semata wayangnya.Vania dan Gilang kini saling melempar pandang.
"Khem!!..iya pak teddy.kebetulan saya juga sudah mengenal putri bapak ini?" Gilang memutuskan pandangannya dari Vania lalu menatap pak Teddy dengan tenang.
"Oh,ya.jadi anda sudah mengenal Putri saya?" Terlihat pak Teddy sangat terkejut.
"Vania salah satu mahasiswi saya di kampus pak?" Jelas Gilang.untuk kesekian kalinya pak Teddy terkejut mendengar perkataan kliennya itu
"Jadi anda..."
"Ya,saya seorang dosen?" Jelas Gilang lagi.
"Wow!!..saya benar-benar tidak menyangka.selain seorang CEO muda anda juga seorang dosen?" Gilang hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan pak Teddy.
===============
Vania pikir sejak dirinya bergabung dengan papanya dan juga Gilang semua obrolan ini akan berakhir,namun nyatanya tidak.justru obrolan keduanya semakin panjang.demi tuhan,vania sudah merasa tidak nyaman disini.terlebih lagi dengan tatapan Gilang yang selalu mengintimidasinya.
Dddrrrrttt....Dddrrrrttt....
Hp milik pak Teddy bergetar,tertera disana asistennya menelpon.pak Teddy pun segera menjawab panggilan tersebut.
"Halo"
"............"
"Astaga,saya lupa?"
"............"
"Baiklah,saya akan menemuinya setelah ini?"
"............"
Selesai menelpon pak Teddy memasukkan kembali hpnya kedalam saku jasnya kemudian menatap Vania dan Gilang bergantian.
"Nia,kamu bisa kan pulang sendirian?" Vania mengerutkan keningnya kebingungan.
"Loh,emang papa mau kemana?" Tanya gadis itu.
"Papa mau ada pertemuan lagi,nak?" Jawabnya.
"Ya udah,Nia ikut papa aja?" Dengan cepatk imut imut yang imam pak Teddy menggelengkan kepalanya.
"Ga usah ya sayang,papa takut pertemuan ini akan lama.nanti kamu bosan?" Ucapnya.
"Mmm...pak Gilang.saya pamit.sekali lagi terimakasih sudah mau bekerja sama dengan perusahaan saya?" Pak Teddy beranjak dari tempat duduknya begitu juga dengan Gilang dan Vania.
"Sama-sama pak.oh,ya.kalau diizinkan,apa boleh saya mengantar putri anda pulang?" Ucap Gilang yang berhasil membuat Vania terkejut.
"Eh,apa-apaan nih.main minta izin aja?" Batin Vania,dia menatap Gilang dengan kesal.Baru saja Vania ingin protes namun sang papa sudah menyetujui permintaan Gilang.
"Boleh?" Gilang langsung tersenyum puas.
"Tapi pah,aku-"
"Gak apa-apa nia.kamu pulang diantar pak Gilang aja ya?" Sebelum pergi pak Teddy dan Gilang bersalaman kemudian mengecup kening Vania.
"Papa pergi dulu?" Pamitnya.
Vania Menatap punggung papanya yang semakin jauh,sampai akhirnya sosok pak Teddy menghilang dibalik pintu.
==================
"apa liat-liat!!" Vania menatap garang dosen yang ada disebelahnya.
Gilang menghela nafas panjang,dia tau saat ini Vania masih marah kepadanya atas kejadian semalam.
"Kamu bisa duduk dulu.saya ingin bicara sebentar dengan kamu?" Gilang mendudukkan Vania dikursi namun dengan cepat gadis itu menegakkan kembali tubuhnya.
"Saya mau pulang!!" Ucap Vania tegas.
"Iya,nanti saya antar kamu pulang.tapi kita bica-"
"Gak ada yang perlu kita bicarakan lagi pak?" Vania hendak pergi tapi dengan sigap Gilang mencekal tangan Vania.
"Maaf?" Ucap Gilang pelan.
"Saya benar-benar gak sengaja lakuin hal itu.semua diluar kendali saya?" Lanjutnya.
Vania tersenyum remeh."diluar kendali bapak bilang!!!..bapak yang keenakan!!!...asal pak Gilang tau,itu first kiss saya!!" Ketus Vania.
"Etis dosen memperlakukan mahasiswinya seperti itu?!Boleh gak saya nampar bapak?!" Tanya Vania tidak ada takut-takutnya.
Kali ini dirinya tidak salah,dosen didepannya lah yang sangat tidak sopan,Mencium mahasiswinya secara gamblang.
Gilang menelan salivanya susah payah,ternyata gadis didepannya ini galak juga.
Sejenak dirinya melihat sekeliling,begitu banyak orang disana yang tengah melihat perdebatannya dengan Vania.MALU,tentu saja.tapi ini juga karena kesalahan yang telah dia perbuat sendiri.
"Tampar?" Ucap Gilang dengan lesu.
Seketika itu juga tangan kanan Vania terangkat keatas dan...
PLAKKK!!!
Sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipinya.saat itu juga Gilang langsung memegangi pipinya yang terasa nyeri.gilang yakin,pasti sekarang ini pipinya sudah tercetak jelas gambar telapak tangan Vania.
"BRENGSEK!!" Puas menampar dosennya Vania segera pergi meninggalkan laki-laki itu.
"VANIA!!..TUNGGU!!.."
===============
Gilang terus mengejar Vania sampai keluar gedung restoran.dirinya sangat cemas memikirkan Vania yang saat ini tengah dilanda emosi.
"VANIA!!"
Padahal tinggal sedikit lagi dia mendekati vania.tapi entah kenapa rasanya begitu sulit baginya untuk menggapai Vania.
"Taksi!" Seru Vania memberhentikan taksi didepannya.buru-buru Vania membuka pintu mobil taksi tersebut lalu masuk kedalamnya.
"Aaarrhh!!...,sial!!" Umpat Gilang ketika melihat taksi tersebut sudah jalan.Tanpa pikir panjang Gilang berlari mengejar taksi yang ditumpangi oleh Vania.
Sementara didalam taksi Vania melihat Gilang dari kaca spion.dosennya itu masih tetap gagah mengejar dirinya.
"Mbak,itu suaminya masih ngejar loh.apa kita berhenti aja?" Ucap supir taksi tersebut.dirinya mengira bahwa Gilang adalah suami dari penumpangnya ini.
"Dia bukan suami saya pak?!" Jelas Vania.
Sang supir taksi pun tersenyum.sesekali laki-laki itu melihat vania lewat kaca spion.
"Rumah tangga itu emang rumit mbak.kadang akur,kadang juga ribut.gimana kita menyikapinya aja mba.tapi pesan saya,kalau ada masalah bicarakan baik-baik.sayang loh...suaminya ganteng gitu dianggurin.nanti diembat cewek lain loh mbak?" Ucap laki-laki itu lagi.
"CK!!..saya udah bilang pak,dia BUKAN SUAMI SAYA!!!" Kekesalan Vania semakin bertambah saat mendengar ocehan sopir taksi yang sok tau ini.
Vania mengambil hp di tasnya berniat menelfon bela..sedangkan dibelakang Gilang masih terus mengejar taksi yang ditumpangi oleh Vania,tanpa menyadari ada sebuah motor melaju dengan kencang dibelakangnya.
BBUUGGHH!!!
"AAARRGHHH!!!!"
Gilang berteriak kesakitan kemudian tubuhnya terhuyung ke depan hingga akhirnya jatuh.Pengendara motor itu sempat berhenti setelah menabrak Gilang,namun beberapa detik kemudian pengendara itu kabur meninggalkan Gilang yang sudah terkapar tidak berdaya di aspal.
Ciiiittt!!
"Aduh!!pak!!kalau nyetir yang bener dong!!" Omel Vania karena sang sopir mengerem mendadak mobilnya,membuat keningnya terbentur kepala jok didepannya.
"Maaf mbak.tapi itu,suaminya ketabrak motor!!" Sang sopir menunjuk kebelakang tepat dimana tubuh Gilang tergeletak.
Mendengar penuturan sang sopir taksi tersebut vania langsung menolehkan kepalanya ke belakang.matanya terbelalak begitu melihat tubuh Gilang terkapar di aspal.
"Astaghfirullah!!pak Gilang!!" Dengan hati cemas Vania turun dari mobil dan berlari menuju tempat Gilang berada.
"Pak Gilang!!bangun!!pak Gilang kenapa?!" Vania menepuk pelan wajah Gilang.
"Ssshhhhh...Vania...sa-kiitt!!" Dalam keadaan setengah sadar Gilang meringis kesakitan.
"Pak Gilang tahan ya,kita kerumah sakit sekarang!!" Vania pun segera berteriak memanggil sang supir taksi.
"Iya,mbak?" Ucap sang sopir setelah berada di depan Vania.
"Tolong bantu saya!" Sang sopir taksi itu mengangguk cepat lalu megendong tubuh Gilang,membawanya ke dalam mobil.
==============
Setelah sampai di rumah sakit beberapa petugas langsung membaringkan tubuh Gilang diatas brangkar lalu membawanya ke dalam gedung rumah sakit.
"Pak Gilang yang kuat ya.kita udah di rumah sakit?" Tangan kanan Vania menggenggam telapak tangan gilang.sementara tangannya yang kiri mengusap kepala Gilang penuh kelembutan.
"Va-nia...sa-kit?" Gilang tidak kuasa menahan rasa sakit ditubuhnya.
Vania yang melihat Gilang terus meringis kesakitan semakin merasa bersedih.tanpa sadar air matanya jatuh menetes.
"Iya,tahan ya pak.bentar lagi pak Gilang diperiksa sama dokter?" Vania mengusap kasar air matanya yang terus mengalir.
Gilang yang melihat Vania menangis,Sekuat tenaga mengangkat tangan kirinya untuk menghapus air mata Vania.
"Ja-ngan nangis....sa-ya...gak suka?" Vania menarik kaku sudut bibirnya ke atas lalu mengangguk pelan.Gilang membalas senyuman Vania.sampai akhirnya pandangan Gilang mulai menggelap dan laki-laki itu pun tidak sadarkan diri.
===============
Sudah hampir satu jam Vania berdiri di depan ruang IGD,namun sampai sekarang tidak ada seorangpun yang keluar dari sana untuk memberitahukan keadaan Gilang.
Vania menangis dengan jantung yang terus berdebar kencang.dirinya merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah terjadi kepada dosennya itu.
Kalau saja Vania tidak meninggikan rasa egonya,mungkin semua ini tidak akan terjadi.sekarang,penyesalan tinggalah penyesalan.yang bisa Vania lakukan saat ini hanyalah berdoa untuk keselamatan Gilang.
"Jangan nangis nia,ini bukan salah loe,pak gilang bakalan baik-baik aja kok?" ucap bela menenangkan.
Ya,saat ini Vania tengah ditemani oleh ketiga sahabatnya.sebelum menuju rumah sakit Vania sempat menelfon mereka karena panik.
Awalnya Bela,Gita dan Rika merasa bingung.kenapa bisa ada Vania di saat Gilang kecelakaan.namun ketiganya enggan untuk bertanya,karena sekarang sahabatnya itu sedang diselimuti perasaan sedih.
"Iya nia.ini semua bukan salah loe kok,jangan nangis lagi ya?" Ucap Gita ikut menenangkan sahabatnya itu.
"Enggak!! hiks...ini semua gara-gara gue hiks...gue yang udah egois ninggalin pak Gilang direstoran hiks..!!" Rika merangkul vania yang terisak dari samping.Dia mengusap lembut bahu sahabatnya yang terus bergetar karena menangis.
Walaupun Vania gadis bar-bar,galak dan selengean.tapi aslinya Vania adalah gadis berhati lembut.maka,tidak heran bagi mereka saat melihat Vania sesedih ini dengan kondisi Gilang.
Bela berjongkok di hadapan Vania lalu menghapus buliran air mata yang mengalir di wajah Vania.
"Loe mau pak Gilang baik-baik aja kan?" Ucap bela dan Vania langsung mengangguk cepat.
"Kalau gitu Jangan nangis lagi.pak Gilang pasti gak suka liat loe kayak gini.lebih baik kita do'ain pak Gilang,oke? " Vania terdiam,sesaat gadis itu teringat akan perkataan Gilang sebelum tidak sadarkan diri.
"Kalian keluarga pasien?" Tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan IGD.
Vania menghentikan tangisnya kemudian berjalan menghampiri sosok laki-laki yang memakai jas berwarna putih.
"Kita mahasiswinya,dok?" Jawab Vania.
"Keadaan pasien tidak terlalu parah.hanya saja tangan kanannya patah?" Ucap dokter itu.
Secara serempak Bela,Gita dan Rika menutup mulut mereka dengan telapak tangan.mereka sangat terkejut dengan penjelasan dokter tersebut.
"Pa-patah dok?" Sang dokter menganggukan kepalanya,merespon perkataan Vania.
"Iya.tapi tenang saja,cindera yang dialami pasien tidak terlalu parah.dengan pengobatan dan istirahat yang cukup semua akan kembali normal?" Jelasnya.
Vania bernafas lega,setidaknya Gilang tidak mengalami pendarahan atau hal apapun yang serius akibat kecelakaan tadi.
"Apa saya boleh menemuinya dok?" Tanya Vania.
"Boleh,tapi nanti setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat?" Vania mengangguk paham setelah itu pun sang dokter pergi meninggalkan mereka.
================
Vania terus menatap Gilang yang masih setia menutup matanya.pandangannya kembali sendu saat melihat arm sling yang terpasang rapi di tangan kanan Gilang.
"Maafin saya pak?" Ucap Vania.
"Kalau aja saya gak egois,Pasti semua ini gak akan terjadi?" Vania tersenyum kaku.hatinya begitu sakit saat melihat Gilang terbaring lemah seperti ini.
Tidak lama gadis itu menundukkan kepalanya ke arah wajah sang dosen lalu mengecup kilas keningnya yang terhalang oleh rambut.
"Cepet sembuh pak!" Ucap vania kemudian segera menegakkan tubuhnya kembali.
Bagaikan cerita dongeng,Gilang yang telah dicium keningnya oleh Vania tiba-tiba saja mulai sadarkan diri.terlihat jemari tangannya bergerak pelan,begitu juga bola matanya.
"Vania?" Gumam Gilang pelan.
Vania yang mendengar samar-samar gumaman Gilang merasa terkejut lalu memfokuskan diri kearah Gilang.
"Pak gilang.bapak udah sadar?" Terlihat Gilang mulai membuka kedua kelopak matanya.dan yang pertama dia lihat adalah sosok Vania yang tengah tersenyum kepadanya.
"Saya dimana?" Tanya Gilang menatap sekelilingnya.
"Bapak ada dirumah sakit?" Jawab Vania.
Karena saking senangnya melihat Gilang yang sudah siuman vania langsung memeluk Gilang.Laki-laki itu sedikit terkejut dengan perlakuan Vania,namun beberapa detik kemudian dirinya tersenyum manis.
===============
"Mmm...Vania...bisa kamu lepaskan pelukannya.saya sedikit sesak?" Keluh Gilang.
"Eh.." Vania terkejut,dirinya baru tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya.dengan cepat gadis itu melepas pelukan tersebut.
"Ma-maaf pak?" Cicit Vania penuh rasa malu.Gilang tersenyum menatap wajah Vania,lagi-lagi gadis itu terlihat menggemaskan dimatanya.
"Kamu sangat mengkhawatirkan saya,hm?" Tanya Gilang.
Belum sempat Vania menjawab pertanyaan Gilang tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar,menampilkan sosok ibu Hanna diambang pintu.
"Bunda?" Gilang sangat terkejut melihat kedatangan sang bunda.
"Saya yang menghubungi bunda pakai hp bapak?" Jelas Vania ketika Gilang menatapnya penuh tanya.
Ibu Hanna berjalan cepat menghampiri ranjang gilang.sementara vania segera menggeser tubuhnya untuk memberi ruang kepada ibu Hanna melihat sang anak.
"Gimana keadaan kamu nak?" Tanya ibu Hanna dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Gilang tersenyum lembut lalu menggenggam tangan sang bunda yang tengah mengecek kondisi tubuhnya.
"Bunda jangan khawatir,aku baik-baik aja kok?" Jawab Gilang menenangkan sang bunda.
Walaupun Gilang sudah mengatakan keadaannya baik-baik saja,tapi tetap saja hati ibu Hanna masih terasa cemas melihat kondisi Gilang yang seperti ini.
"Ta-tangan kamu??" Ibu Hanna menyentuh tangan Gilang yang patah.
"Aawwss" ringis Gilang.
"Vania,tangan Gilang kenapa?" Tanya ibu Hanna sambil menatap Vania.
"Mm...itu tante.tangan pak Gilang patah?" seketika ibu Hanna terkejut mendengar jawaban Vania.
"Patah?" Vania mengangguk pelan.
"Tapi kata dokter cidera yang dialami pak Gilang gak terlalu parah?" Jelasnya.
Pandangan ibu Hanna kini beralih kepada sang anak."kenapa ini bisa terjadi sih Lang??" Tanya sang bunda.
Gilang melirik kilas Vania,namun sedetik kemudian pandangannya kembali kepada sang bunda.
"Maafin aku Bun.aku ceroboh.aku nyebrang jalan gak liat kanan kiri?" Jawab bohong Gilang.
Ibu Hanna berdecak kesal kemudian menarik hidung mancung Gilang dengan gemas.
"Bunda?" Gilang mengusap hidungnya yang memerah karena ditarik sang bunda.
"Lain kali jangan ceroboh.bunda gak mau kehilangan anak lagi.mengerti?" Gilang hanya bisa mengangguk paham.
"Dan kamu Vania?" Kini bunda dan Vania kembali bertatapan.
"Terimakasih udah nolong anak saya?" ibu Hanna mengumbar senyum manisnya dan segera dibalas oleh Vania dengan tidak kalah manis.
"Sama-sama Tante?" Ucapnya.
"Bunda kok Dateng kesini sendirian aja.ayah kemana?" Tanya Gilang.
"Oh,ayah mu dua jam yang lalu pergi ke Surabaya.mau ketemu om erlangga.katanya ada urusan penting?" Jawabnya.
Gilang terdiam sejenak,entah kenapa akhir-akhir ini ayahnya terlihat tidak begitu sibuk dengan orang lain ketimbang keluarganya sendiri.
"Jangan berfikiran macam-macam.ayah juga khawatir sekali dengan keadaan kamu,lang?" Ucap ibu Hanna seakan tau apa yang ada di pikiran anaknya.
Share this novel