Rate

BAB 1

Drama Completed 255

“Sekarang mencari duit nggak bakal susah lagi,” tukas Saprin.

Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala berulang-ulang. Kulihat ia semakin
senang dengan adanya peraturan tersebut. Dimain-mainkannya asap rokok
yang keluar dari lubang mulut dan hidungnya. Kerana ia mulai menggila
dengan kepulan asapnya, aku bergegas pulang. Kupandangi langit sore ini
mulai muram dan angin-angin yang menghempaskan dedaunan tua semakin
ramai dan riang. Ayah pasti sudah pulang dari ladang orang tempatnya
bekerja.

“Ayah kenapa?”

Setibanya di rumah, aku dikejutkan dengan Ayah yang tergeletak
kesakitan dengan nafas yang turun naik. Wajahnya hancur, penuh dengan kesan lebam dan bengkak serta titisan darah di muka Ayah membasahi lantai rumah kami yang beralas karpet murah hutang dari kedai karpet warga Bangladesh. Tak dapat disangkal lagi, itu semua adalah bekas
dibelasah bertubi-tubi. Namun seketika terbit seuntai senyuman dari bibir
Ayah yang lebam dan penuh darah.

“Akhirnya kamu nanti dapat beli motor baru walaupun bekas,”

Aku melongo. Maksudnya apa? Ah, jangan-jangan…

“Dan juga handphone baru seperti yang kamu ceritakan seminggu yang lalu!”

Aku ambil air di gayung dan sepotong kain untuk membersihkan luka di
wajah Ayah . Ku dukung tubuhnya hingga ia dapat duduk dan bersandar di
dinding. Betapa mengerikan wajahnya. Mengapa ia melakukan ini semua?

“Luka ini akan sembuh, Nak. Apalagi jika nanti duit itu sudah cair.”

Tiba-tiba tangisku meledak kerana begitu terharu. Dasar anak cengeng.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience