BAB 2

Drama Completed 528

Semuanya telah beres. Dari mulai tas, senter, maupun sarung buat menaruh cadangan makanan apabila tasnya nggak muat. Atong men-cek kembali perlengkapannya. Oke, sempurna! Sebelumnya saya ingin jelaskan, kalau disini setiap pencuri yang masuk ke rumah itu ada dua. Bukan dua-duanya bantuin gotong. Tapi, yang satu tugasnya nyanyi, biar orang yang mau dirampokin tidurnya tambah nyenyak. Dan satu lagi tugasnya buru barang yang ingin dirampok. Wkwk ?? #tamplok penulisnya
“Ehm, tes.. tes..” Atong men-cek pita suaranya
“Nyanyi apaan ya ntar gue?” tanyanya sendiri
“Nina bobo udah sering. Potong bebek udah pernah. Emm Happy Birthday, ah yang ini gue ngga bisa ngomong inggrisnya.” Atong menyibakkan rambutnya yang agak kedepan. “Gue kan cinta Indonesia” pikirnya, lalu tersenyum renyah.

“Tong, lama amat sih lu. Udah mau berangkat nih..” panggil salah sorang teman Atong , yang menjalani misi rampok bersamanya.

Atong pun terkesiap. Ia melesat dengan baju yang sama seperti kemarin-kemarin dulu. Pakaian yang serba hitam. Kuku di menipedi hitam, lipstik & eyeshadow nya hitam, tak lupa juga sarung penutup tubuhnya yang didapat dari warisan kakeknya pun bewarna hitam. Atong berpikir sejenak
‘mungkin lebih cucok, kalau sarungnya jadi warna pink kali yah.’

Tujuan pertamanya adalah rumah si Rahmat . Seorang bocah kecil yang selalu pake sorban dan peci kemana pun ia pergi. Dan pastinya selalu pakai baju koko, masa iye pake sorban trus pake kaos oblong? Ada juga diketawain sama anaconda yang diperut. Ha..ha.. ??
Atong menyelusup lewat pintu belakang. Jleep. Jidat Atong langsung beradu dengan tembok beton di sebelahnya. ‘Aduh sungguh sial..’
Pintu pun terbuka dengan sendirinya. Atong langsung melesat cepat, ia sangat tau tujuan pertamanya, sebelum ia menyanyi ia harus mengisi perutnya dulu, yaitu ke D-A-P-U-R., tempat favoritnya. Beberapa kue-kuean yang kayaknya buat persiapan lebaran, telah berhasil masuk ke dalam tas Atong . Atong tersenyum lega ‘Lumayan nih, lebaran ga usah ngredit kue ke pa tua.’
Sayup-sayup Atong mendengar suara lantunan ayat-ayat suci yang bergetar lembut membangunkan bulu kuduknya yang selama ini tertidur pulas.

Di dalam kamar, Rahmat memang sedang mengalunkan ayat-ayat suci itu tiba-tiba mendengar suara dentingan piring pecah. Rahmat terkaget dan bangkit.
“Astagfirullah.. Perang dunia ke-3 meledak. Bersiap, waa caw haa.” Rahmat melancarkan aksi karate yang baru kemarin ia dapat dari tukang bakso sebelah.
“Jurus bakso pedes.” Rahmat kembali melancarkan salah satu jurus karatenya.
Nyak dan babe Rahmat yang masih tertidur dalam dekapan guling yang agak pesing itu seraya terbangun dan ikut-ikutan menggerakan kedua tangan mereka meniru gaya si Rahmat .
Atong yang masih berpijak di dapur pun panik. Kakinya gemeteran kayak orang lagi nahan sesuatu*. Mukanya yang udah pake blash on warna hitam terlihat makin item. Cukup lama Atong terpaku dalam kepanikannya. Sampai dari kejauhan ia melihat 3 superhero yang siap beraksi.
Seorang bapak renta berkumis tebal yang mirip chaplin tapi lebih mirip chaplin yang versi indonesiannya yakni jojon, membawa ban motor dan kaca spion yang kacanya udah almarhum karena keinjek sendiri. Lalu ada wanita tua yang hanya pake kupluk serta daster panjang yang agak sedikit robek sambil membawa bantal gulingnya. Dan satu lagi, sorang anak kecil bersorban membawa gayung sekaligus embernya.
Lengkaplah sudah. Superman, Catwomen dan Batman.. #eh ralat, karena keluarga Rahmat lebih suka yang ke-indonesiaan. Maka jadilah.. jreeng – jreeng – jreeng ~~ Gatot kaca, Cat wadon dan Unyilman ~~

Degup jantung Atong semakin cepat tak terkendali. Keringat dingin mulai mengaliri tubuhnya. Atong mencoba menghela napas untuk menenangkan pikirannya. Sebutir darah pun akhirnya berhasil masuk ke otak Atong setelah melewati perjalanan sulit karena terhimpit sisa makanan.
Cliing. Atong baru teringat.
“Oiya, gue kan pake item-item, kalau ngumpet di bawah meja pasti ngga keliatan. Huh.” Otot nya langsung melemas. Sedangkan otaknya masih berpikir betapa bodohnya dirinya.
“Ema gue ngga pernah nyekolahin gue sih, makanya gue jadi bego gini.” pikirnya sendiri.

Si Gatot kaca, Cat wadon, dan Unyilman masih terus mencari sosok misterius itu. Cat wadon memilih mencari ke kamar mandi, karena dari tadi dia udah kebelet. Gatot kaca malah memilih ke tempat motor otentiknya disimpan, karena takut ada sesorang mengambil bagian dari motor yang merupakan pewarisan kakeknya dulu.
Nah.. yang paling pinter kayaknya cuma si Unyilman alias Rahmat , Rahmat tau pasti bunyi yang terdengar tadi adalah bunyi piring pecah. Dan piring itu pasti adanya di dapur. Rahmat melangkah kesana dengan harap-harap cemas, takut, kalau kue nastar yang dibeli pakai hasil rengekan pada babenya itu hilang. Karena butuh berhari-hari buat Rahmat ngumpulin air mata buayanya untuk minta duit ke babe. Sedangkan air matanya habis diperes kemarin pagi, jadi sekarang pasokan air matanya belum cukup banyak.

Ketiga superhero itu saling berpandangan karena belum juga menemukan sosok itu. Rahmat memberanikan diri membuka lemari es dan mendapati kue nastarnya yang benar-benar hilang.
“Nyaak, babe.. Kue nastar Rahmat …ilaang.”teriak Rahmat yang membuat semuanya tutup kuping, termasuk si kulkas sendiri.
Air mata yang membendung pun ga bisa ditahan Rahmat . Namun setelah beberapa detik, Rahmat cepat-cepat menghapus air mata itu, dia sadar ini bukan waktu yang tepat untuk merengek pada babenya buat beliin kue nastar baru lagi. Lebih baik ia menyimpan air matanya untuk saat yang tepat

“Ada apa sih umi, abi?” tanya seorang wanita yang turun menekuri anak tangga dengan anggun. Dihiasi jilbab oranye dan gamis bermotif sakura yang membalut tubuh mungilnya.
Seraya semua mata tertumpu pada sosok itu. Termasuk, Atong yang masih mengumpat di bawah meja pun ikut syok sendiri sendiri karena mengira wanita tadi adalah bidadari yang baru saja turun dari kayangan untuk berjodoh dengannya. Siapa gerangan gadis itu?
Namun tak satupun dari mereka yang berani bersuara. Suasana hening sejenak. Tak lama, kumandang azan memenuhi lorong-lorong sunyi di telinga mereka. Semua mata itu beradu kembali, tak percaya. Sudah berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk ini? Semua menggeleng dan meraba perut mereka masing-masing.
Rahmat berpikir sejenak. ‘nasib baik aku dah makan tadi. Ya, seenggaknya lumayan buat makan anaconda ini biar ngga ngamuk sampe ntar buka.’
Sedangkan si babe dan nyak hanya geleng-geleng kepala. Sambil terus meraba perutnya yang udah kepalang laper. ‘Bobo yang nyaman ya anaconda. Bangunnya nanti pas buka’ pikir mereka bersama.
Dan Khadeeja a, mpo’ nya Rahmat langsung tancap gas menuju masjid dengan Rahmat yang masih melingkari sorban di lehernya. Atong malah terenyuh, melihat kekompakan keluarga tadi. Tapi, hatinya begitu teriris untuk pertama kalinya karena telah mencuri setoples kue ini, semua jadi kacau.

Atong mengikuti langkah Khadeeja dan Rahmat menuju masjid. Sedangkan ia hanya berdiri di luar masjid yang ditutupi pohon mahoni yang tumbuh subur di antara pelataran masjid ini. Atong berjanji, tidak akan pergi, sebelum melihat senyum merekah di bibir Khadeeja dan Rahmat . #Hehew pencuri berperasaan nih..

‘Allahu Akbar’
Khadeeja dan Rahmat mengikuti sholat berjamaah dan dilanjutkan kultum singkat dari Pa ustaz . Sedangkan Atong masih berdiri di luar masjid, karena ia sempat teringat perkataan dari kakek buyutnya
‘Untuk semua pencuri dan keturunannya tidak diharapkan untuk memasuki tempat-tempat suci karena tubuh ini terlalu kotor.’
Atong teringat kembali. ‘iya yah, gue udah berapa minggu ya ngga mandi?’

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience